Review Serial The Rings of Power Episode 7: Mata Tak Terlihat

Review The Rings of Power (2022) Episode 7 : Ancaman Mata yang Entah di Mana
Genre
  • Fantasy
Actors
  • Morfydd Clark
  • Robert Aramayo
  • Tyroe Muhafidin
Director
  • J.A. Bayona
Release Date
  • 07 October 2022
Rating
3 / 5

Memberikan saran untuk The Rings of Power agar dapat memperbaiki skenario dan dialog mungkin adalah sebuah kemustahilan. Lantaran semua episode yang dicicil penayangannya tiap minggu sudah selesai dibuat semua.

Kita akan melihat bahwa pihak Elrond, Durin, dan kurcaci Khazad-Dum lainnya nampak enggak menjadikan perang besar atau apa pun lainnya sebagai isu mereka. Lagi-lagi, isu mereka hanyalah tentang transaksi.

Elrond memohon kepada raja Durin, dengan sangat, untuk dapat bertransaksi Mithril atas nama keselamatan kaum mereka. Tanggapannya? Raja Durin tentu tetap keras kepala, mengatakan bahwa nasib Elf bukan urusan mereka. Sementara itu, Pangeran Durin masih memohon demi sahabatnya.

Via Istimewa

Review serial The Rings of Power episode 7

Sinopsis serial The Rings of Power episode 7

Dari episode ini, kita juga pada akhirnya tahu bahwa suami Galadriel, Celebron, hilang saat perang. Enggak seperti sang kakak yang jasadnya ditemukan, Celebron enggak. Namun, kita yang sudah menonton semua film The Lord of the Rings pastinya tahu bahwa Celebron enggak mati. Dia hidup dan bersama Galadriel kembali ke Valinor.

Teka-teki besar kini menghampiri kaum Hobbit. Mereka dikejutkan dengan kehadiran tiga makhluk misterius berwajah putih pucat, bertubuh tinggi kurus bak Elf, tetapi bukan Elf. Api yang dibawa oleh para Hobbit untuk menyelamatkan diri, diambil dan ditransfer untuk membakar rumah-rumah Hobbit secara ajaib. Siapa trio misterius ini? Besar kemungkinan mereka adalah pemimpin sekte baru menuju pemujaan bangkitnya Sauron.

Episode yang lebih lemah daripada sebelumnya

Dari segi judul, episode ini memang menjanjikan banget. The Eye, nama dari episode ini, seolah mau menunjukkan bahwa bangkitnya Sauron akan terlihat di sini. Bahwa kita enggak akan hanya berkutat pada Orc remeh-temeh dan pengikut Sauron lainnya yang enggak seberapa kuat. 

Namun, jangankan Sauron. Bahkan, The Witch King of Angmar dan pasukan Ringwraith-nya pun enggak ada di sini. Adanya tiga makhluk misterius pengganggu Hobbit memang menyenangkan dan agak mengintimidasi. Namun, lagi-lagi itu hanya magnet untuk menarik kita agar enggak meninggalkan serial berbujet tinggi ini.

Lemahnya karakter-karakter

Galadriel mungkin seharusnya enggak pernah menjadi karakter utama. Dalam film-film adaptasi Tolkien sebelumnya, kita mengenal Galadriel sebagai sosok bijak sekaligus dingin, membuat kita tenang sekaligus segan saat melihatnya.

Namun, di sini, memang kita harus tahan melihat Galadriel versi coming-of-age, yang ternyata sudah menikah. Dan jika memang ia sangat kehilangan suaminya, kenapa hal itu enggak menjadi fokus kemarahannya sejak pertama kali? Kenapa yang difokuskan hanya kakaknya saja dan dendam membaranya yang enggak jelas arahnya terhadap kekuatan gelap?

Via Istimewa

Masalah lain yang ditemukan dari serial ini adalah lagi-lagi, alasan yang kurang kuat untuk bisa membuat kita percaya. Kenapa Galadriel bisa selamat? Mungkin, akan lebih baik jika ditunjukkan dengan ilustrasi cahaya yang membangkitkan Galadriel (seperti Frodo saat menghadapi Shelob) atau hal-hal lain yang lebih filosofis.

Alih-alih kuat di character driven atau plot driven, kita akan menemukan serial ini kebingungan. Mau menjadi kuat di plot seperti serial aksi lainnya, rasanya enggak bisa karena plotnya lemah.

Setiap adegan seolah enggak dijahit dengan baik. Seolah semua adegan hanya ada untuk menunjukkan kalau kekuatan gelap itu mengerikan. Hubungan Elf-Kurcaci yang rumitnya bisa dieksplorasi hanya selalu berputar pada perdebatan dan diplomasi datar yang enggak ada habisnya.

Character driven? Lebih sulit lagi karena sejujurnya, jarang karakter yang bisa mengambil empati kita. Dalam The Lord of the Rings dan The Hobbit versi Peter Jackson, kita bisa sesayang itu dengan Samwise Gamgee dan duo Merry-Pippin. Kita bisa sepercaya itu dengan Aragorn dan Gandalf, semarah itu dengan Saruman dan Grima, serta sekesal itu dengan Denethor, Thranduil, serta Thorin.

Namun, enggak ada satu pun karakter dalam serial ini yang mampu menyeret kita ke dalam emosi yang kuat. Adanya sosok tiga orang misterius adalah salah satu alasan kenapa kamu mungkin menunggu episode selanjutnya. Namun, berhati-hatilah terhadap ekspektasimu.

Layaknya judul The Eye yang sebetulnya enggak merepresentasikan apa yang dihadirkan di episode ini, entah klikbait semacam apa lagi yang akan dimunculkan pada episode berikutnya. Semoga ada banyak aksi keren yang mampu menutupi labilnya Galadriel dan lemahnya alasan karakter lain untuk bertahan hidup.

                                                                        ***

Setidaknya, penonton masih berharap adanya keajaiban bahwa pada masa lalu, ada satu titik di mana sineas-sineas di balik serial ini mampu menemukan wangsit dari segenap karya novel Tolkien dan film-film Peter Jackson. Nyatanya, keajaiban itu enggak akan ditemukan dalam episode ini. Alih-alih berharap sesuatu yang lebih baik, kita hanya harus menerima bahwa it is what it is.

Jangan lupa untuk terus pantau KINCIR agar kamu enggak ketinggalan review serial lainnya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.