Dengan hadirnya The International 10 (TI 10) tahun ini, turnamen terbesar Dota 2 tersebut sukses digelar dan ternyata ada banyak fakta menarik di dalamnya.
Setelah tertunda tahun lalu, Valve akhirnya bisa menggelar turnamen yang paling dinanti pencinta Dota 2 dunia, yakni The International 10 (TI 10). Turnamen yang berlangsung selama kurang lebih dua pekan ini sukses membuat semua mata tertuju pada setiap sajian pertandingan sengit di dalamnya.
Tidak hanya soal prize pool yang sangat besar, titel bergengsi Aegis of Champion juga dipertaruhkan pada turnamen ini. Di TI 10, banyak menyisakan fakta-fakta menarik untuk dibahas. Tentu saja, kali ini KINCIR telah mengemas fakta apa saja yang harus kalian ketahui dari gelaran ini.
Buat yang penasaran, simak artikel berikut ini!
Kisah OG Terulang Kembali oleh Team Spirit
Dulu, semua mata tiba-tiba tertuju kepada tim OG karena penampilan gemilang mereka di The International 2018. Tahun itu OG terbilang tim underdog yang bahkan tidak diunggulkan. Namun kapasitas tiap pemainnya berhasil membuktikan kalau n0tail, Topson, Ceb, Ana, dan JerAx pantas mengangkat piala Aegis of Champion bahkan sampai dua kali beruntun!
Tahun ini kejadian lagi di Team Spirit. Sejak awal lolos ke Main Event, Team Spirit tidak mendapat sorotan karena tertutup oleh sinar tim-tim papan atas seperti Invictus Gaming, Team Secret, PSG.LGD, atau OG. Secara mengejutkan, kemenangan mereka dari OG langsung membuat namanya di perhitungkan.
Apalagi mengingat kemenangan tersebut memupuskan harapan n0tail dan kawan-kawan untuk meraih hat-trick. Tidak hanya OG, tim-tim besar seperti Invictus Gaming, Team Secret, dan bahkan PSG.LGD sang finalis TI tiga kali dipaksa takluk oleh kuasa dari tim yang bermarkas di Rusia tersebut.
Setelah perjuangan keras mereka menembus playoffs dan akhirnya sampai ke final, Team Spirit pun mengangkat Aegis of Champion untuk pertama kalinya. Prestasi ini patut diapresiasi tinggi mengingat turnamen kejuaraan dunia Dota 2 ini jadi impian para pemain.
Yatoro Jadi Carry Paling Produktif Sepanjang The International 10
Yatoro yang merupakan punggawa dari Team Spirit jadi pemain paling disorot. Sosok carry yang satu ini harus diakui sebagai pemain paling produktif. Tercatat, sepanjang The International 10, Yatoro memakai 19 Hero yang berbeda-beda! Pasalnya jarang talenta seperti ini ditemukan di scene pro. Biasanya para pro player hanya memiliki beberapa hero pool saja.
Contohnya Ana dengan Ember Spirit atau Spectre, bisa juga Ame yang terkenal kuat kalau pakai Terror Blade. Namun di tangan Yatoro, 19 Hero bisa dipakai secara efektif dan menunjukkan kalau pemain yang satu ini benar-benar memiliki banyak hero pool, sehingga permainannya sangat sulit untuk dibaca oleh musuh.
Tidak berhenti hanya soal hero pool, prestasi Yatoro berlanjut sebagai satu-satunya pemain yang berhasil mencetak tiga Rampage. Hal ini didapat pada laga melawan Invictus Gaming di upper bracket dan semifinal lower bracket, kemudian pada match melawan Team Secret di final lower bracket.
Hebatnya, Yatoro berhasil mencetak Rampage tersebut dengan tiga hero yang berbeda! Hal ini menunjukkan kalau dirinya memang punya kapasitas tinggi dalam hal menguasai berbagai macam Hero carry.
Untuk Pertama Kalinya Pemain Indonesia Tembus ke Main Event
Dengan bangga poin ini ditulis untuk Kenny “Xepher” Deo dan Matthew “Whitemon” Filemon. Duet maut dari T1 ini sukses tembus ke playoffs The International 10 dan bertanding tiga laga. Setelah dikalahkan PSG.LGD di upper bracket, mereka bangkit dan menggugurkan Alliance di lower bracket.
Sayangnya Xepher dan Whitemon tidak mampu mengimbangi kekuatan Vici gaming dan harus gugur dari The International. Kendati demikian, masuknya dua pemain asal Indonesia di ajang The International bisa dibilang sebuah gebrakan besar bagi esports Dota 2 Tanah Air. Mengingat saat ini di Indonesia jagat esports Dota 2 tidak seperti dulu lagi.
Apalagi Xepher sempat membuat sebuah statement ikonik yang sepertinya akan terus diingat oleh para penggemar. Ketika diwawancara oleh SirActionSlack pasca pertandingan, Xepher mengatakan “Mama, aku di TI” yang akirnya langsung viral.
Semoga saja penampilan kedua pemain Indonesia ini bisa jadi pemicu tingginya minat para pemain Dota 2, khususnya di Tanah Air. Dengan begitu, skena epsorts Dota 2 kembali hidup lagi dan semakin banyak talenta bangsa yang bisa go international seperti Xepher dan Whitemon.
The International Pertama di Venue Outdoor
Berbicara soal venue, Area Nationala merupakan lokasi outdoor pertama yang dipakai oleh Valve guna menggelar The International 10. Sebelum-sebelumnya, Valve selalu memakai lokasi dalam sebuah hall besar. Contohnya di Koelnmesse, Benaroya Hall, Rogers Arena, dan terakhir di Mercedes-Benz Arena.
Sebenarnya, pilihan pertama Valve untuk menggelar The International masih dengan tipe lokasi yang sama. Namun karena adanya masalah soal perizinan mereka pun langsung memindahkan lokasi The International 10 ke Bucharest, Rumania dan Gabe Newell langsung menyewa satu stadion bola sekaligus!
Hal ini tentu menimbulkan atmosphere baru untuk turnamen, apalagi setelah ditunda satu tahun akhirnya kita kembali melihat turnamen offline untuk Dota 2. Sayangnya, Valve awalnya merencanakan kalau kursi penonton akan dibuka. Namun karena adanya kasus COVID-19 di turnamen ini, maka rencana tersebut dibatalkan.
Secara keseluruhan, keberadaan The International 10 di sebuah stadion bola merupakan gebrakan baru yang cukup besar. Perihal lokasi kita memang tidak bisa anggap sepele, selain menunjukkan nilai prestisius, di lokasi tersebut kita bisa lihat bagaimana keniatan Valve untuk menggarap turnamen tahunannya tersebut.
Tiongkok jadi Negara Penyumbang Pemain Terbanyak di The International 10
Dari semua negara yang mengirim perwakilannya ke The International 10, negara Tiongkok adalah yang paling banyak menyumbang pemain. Total ada 18 orang yang merepresentasikan negara tersebut meskipun berada di dalam tim yang berbeda.
Total ada lima tim yang membawa para pemain dari Negara Tiongkok, mereka adalah Vici Gaming, Invictus Gaming, PSG.LGD, Team Aster, dan Elephant. Dari lima tim ini, 18 pro player berhasil tembus sampai ke playoffs The International 10.
Kendati demikian sebenarnya jumlah mereka masih bisa lebih banyak lagi jika saja di tubuh tim Invictus Gaming tidak ada JT- dan Oli. Kehadiran dua pemain asal Malaysia ini memang jadi penambah daya gedot tim Invictus Gaming hingga mereka mencapai fase semifinal lower bracket.
Banyaknya jumlah pemain Tiongkok di The International 10 memang harus diakui karena para kontestan dari negara tersebut cukup mendominasi di fase DPC 2020-2021. Dari tahap ini saja sudah ada empat tim yang lolos ke The International 10 berkat perolehan poin mereka yang tinggi. Kemudian ditambah lagi oleh tim Elephant yang lolos dari China Qualifier.
Rekor ini juga sama pada gelaran sebelumnya yaitu The International 9. Di tahun tersebut, Tiongkok juga mendominasi dalam jumlah pemain. Hebatnya lagi, jumlah mereka juga tetap sama yaitu 18 orang. Hal ini menunjukkan kalau di skena esports Dota 2 dunia, minat di ranah Tiongkok memang sangat tinggi.
***
Dengan hadirnya beberapa fakta tadi, gelaran The International 10 sukses jadi turnamen yang berbeda dari yang lain. Dari segala aspek baik itu secara individu player, tim, bahkan sampai dari segi acara Valve memang selalu bisa mengungguli turnamen lainnya. Kalau berbicara soal prize pool sepertinya sudah bukan hal aneh lagi kalau jumlahnya terus bertambah dari tahun ke tahun yang bahkan sekarang tembus 40 juta dolar Amerika!
Bagaimana menurut kalian? Silakan tulis jawaban di kolom komentar, ya! Jangan lupa untuk terus pantau KINCIR agar kalian tidak ketinggalan berita terbaru seputar esports dan game lainnya.