Review Murder Mystery 2 (2023)

Murder Mystery 2 (2023)
Genre
  • Comedy
Actors
  • Adam Sandler
  • Jennifer Aniston
Director
  • Jeremy Garelick
Release Date
  • 31 March 2023
Rating
1 / 5

*(Spoiler Alert) Artikel review film Murder Mystery 2 ini mengandung spoiler yang mungkin enggak bikin kamu nyaman jika belum menontonnya. 

Adam Sandler pernah bergurau di The Howard Stern Show bahwa jika Uncut Gems enggak memenangkan Oscar, maka Sandler akan kembali membuat film-film yang enggak berkualitas lagi. Terlepas dari skor Uncut Gems, film ini enggka masuk nominasi Oscar.

Sandler membuktikan perkataannya. Murder Mystery 2 mungkin adalah salah satunya, setelah sebelumnya Sandler merilis film serius dan berkualitas bertajuk Hustle pada tahun 2022.

Banyak orang yang sebetulnya menyukai film-film Sandler karena “it is so bad that it is good.” Maksudnya, film-film yang sengaja ia buat buruk dan berskor rendah di berbagai situs film ini memang ditujukan untuk bikin orang-orang nyaman, menonton film demi hiburan semata dan melepas lelah.

Film-film Sandler kerap mendatangkan keuntungan bagi Netflix karena pasarnya luas dan ditonton berulang-ulang. Sehingga, diharapkan rilisnya Murder Mystery 2 dapat mengobati kangennya penonton film terhadap humor receh ala Sandler.

Namun, Murder Mistery 2 mengecewakan. Ia buruk secara kualitas dan dari segi hiburan ala Sandler. Kita bisa tertawa lepas melihat kebodohan Sandler dan rekan-rekannya di film-film seperti Just Go With It (2011), Billy Madison (1995), 50 First Date (2004), atau bahkan Murder Mystery pertama (2019). Namun, Murder Mistery 2 menyajikan kualitas yang buruk sekaligus tontonan yang kurang lucu.

Murder Mystery 2 menceritakan kelanjutan petualangan Nick Spitz, mantan polisi New York, dengan sang istri, Audrey Spitz, yang sebelumnya adalah penata gaya. Setelah enggak sengaja terlibat dan memecahkan kasus pembunuhan orang kaya saat berbulan madu kembali di Murder Mystery 1, kini keduanya diundang oleh Maharajah yang kaya-raya untuk menghadiri pernikahannya.

Tentu fasilitas yang dipersiapkan adalah berkualitas premium, tetapi lagi-lagi ada kasus pembunuhan dan penculikan di sana. Kasus-kasus ini membuat mereka lagi-lagi harus bermain sebagai detektif dan kabur karena dianggap terlibat.

Chemistry Jenifer Aniston dan Adam Sandler sudah kedaluwarsa

Dalam Just Go With It dan Murder Mystery pertama, chemistry antara Jennifer Aniston dan Adam Sandler bikin penonton terbahak-bahak. Mereka berdua memang ditakdirkan menjadi pasangan yang bodoh di dalam film. Setiap interaksi yang mereka lakukan bukannya romantis tetapi justru menimbulkan rentetan kesialan yang menjadi gurauan receh.

Review Murder Mystery 2.
Review Murder Mystery 2. Via Istimewa.

Chemistry antara Aniston dan Sandler pada Murder Mystery 2 sudah terlalu usang dan hanya merupakan repetisi-repetisi buruk dari hubungan mereka di film-film sebelumnya. Enggak ada perkembangan humor dari kedua karakter ini. Enggak ada juga relasi yang berarti padahal mereka digambarkan sebagai pasutri yang sedang berada dalam perbedaan prinsip atas kelanjutan karier mereka.

Seperti dalam film-film sebelumnya, tokoh yang diperankan Sandler selalu digambarkan sebagai tokoh yang menyebalkan dan bawa sial. Namun, penggambaran tokoh menyebalkan dalam film ini memang betul-betul mengesalkan bagi penonton. Nick Spitz enggak punya manfaat sama sekali baik dari segi jalannya cerita mau pun humor. Bahkan, penggerak humor dan cerita lebih terasa ada dari sosok Audrey.

Tokoh-tokoh lain pun gagal memberikan humor apalagi berkontribusi pada jalannya cerita. Enggak ada sama sekali momen di mana salah satu tokoh menimbulkan gelak tawa, karena kebodohan mereka lebih menjurus ke arah menyebalkan daripada lucu. Karakter mereka enggak jelas, motivasi-motivasinya bahkan enggak sekuat Murder Mystery 1. Kita enggak merasa tengah berada dalam situasi komedi di antara orang kaya munafik, tetapi seperti berada di teater yang dimainkan anak-anak SD.

Bahkan bukan cuma pasutri Spitz, hubungan antartokoh dalam film ini nol besar. Chemistry antartokoh yang ada pada film Sandler lain, The Ridiculous 6, yang hanya mendapatkan skor 4,8 di IMDb dan 0% Tomatometer, 35% audience score di Rotten Tomatoes, lebih terasa. 

Knives Out: Glass Onion versi nanggung

Murder Mystery seolah menjadi seperti Knives Out, dengan berbagai problematika pembunuhan yang melibatkan orang-orang kaya. Sama seperti Knives Out 2: Glass Onion, Murder Mystery 2 diawali dengan undangan ke pulau pribadi miliarder yang menjebak para tokohnya ke dalam situasi ruang tertutup.

Akhirnya, kita melihat film ini seolah hanya mereplika nuansa Knives Out 2, tetapi tanpa makna. Kemudian diperparah dengan adegan mereka pergi ke Paris karena plot seolah menyuruh seperti itu.

Dari segi plot twist, Murder Mystery 2 berniat membuat misteri berlapis seperti Knives Out, yang ujung-ujungnya kembali pada motivasi sederhana. Ini memang ide yang baik. Namun, eksekusinya kurang pas sehingga membuat kita enggak merasakan apa-apa kecuali hanya bahwa sekuel ini kebawa hype Knives Out 2 dengan cara yang buruk. Plot twistnya enggak bikin penasaran, enggak seperti Murder Mystery 1 yang cukup menyenangkan saat membuat misteri dan plot twist –untuk ukuran film humor receh. 

Latar belakang Nick sebagai mantan polisi dan Audrey sebagai penata rambut seolah cuma menjadi tempelan dalam film ini. Hal tersebut berbeda dengan film pertama, di mana latar belakang Audrey sebagai penata rambut memiliki peran penting dalam pemecahan kasus. Dibandingkan kembali dengan Knives Out 2, eksplorasi latar belakang ini jelas sangat gagal dan enggak penting bagi jalannya film.

Film ini terasa seperti bukan kehilangan arah, tetapi kehilangan getaran dan sensasi. Sandler gagal membawanya sebagai film yang bikin penonton merasa berdosa karena menikmati humor sampah. Penonton bahkan enggak akan merasa terhibur dengan humor sampahnya.

Formula pengulangan yang sudah usang

Murder Mystery 2 tampak seperti kliping film-film Sandler sebelumnya. Dari segi cerita,  ia hanya versi daur ulang dari Murder Mystery 1 tetapi berganti situasi dan kota. Dari segi plot, ia seperti Grown-Ups 2 versi detektif. Dari segi penokohan, ia seperti Little Nicky versi misteri. Namun, semua pengulangan yang diambil dari film-film Sandler sebelumnya hanya pengulangan usang yang membuat penonton merasa bosan.

Via Istimewa

Semua hal yang kita lihat di Murder Mystery 2 sudah terlihat pada film-film Sandler sebelumnya. Jadi, rasanya kita sama sekali enggak menemukan kejutan atau sesuatu yang baru. 

Terlebih lagi, dalam film baru ini, enggak ada teman-teman Sandler di Saturday Night Live (SNL) atau cameo sang istri yang membuat film-film buruk Sandler bisa dinikmati dari segi humor. Mereka semua, teman-teman Sandler di SNL dan sang istri, kerap dimasukkan menjadi tokoh-tokoh enggak penting yang membuat kita menikmati film secara “berdosa”. Jadi, jalan cerita yang buruk dan repetisi usang ini sulit untuk membuat kita enjoy.

Pengulangan-pengulangan dari situasi enggak jelas yang biasanya melibatkan tokoh-tokoh yang dihidupi geng Sandler di SNL, kini dihidupi oleh orang-orang asing dan ternyata membuatnya enggak lucu sama sekali.  Rasanya memang sungguh berdosa membandingkan film-film ini dengan besutan Happy Madison (rumah produksi Sandler) sebelum-sebelumnya yang sengaja dibuat seburuk mungkin, tetapi itulah yang terjadi. Sandler seperti kehilangan nyawanya sebagai pembuat film buruk yang kocak.

Sinematografi yang enggak penting

Review film Murder Mystery 2.
Review film Murder Mystery 2. Via Istimewa.

Film-film Sandler memang hampir enggak pernah memiliki sinematografi yang berkesan. Semua tempat sekadar tempelan belaka. Namun, dalam situasi di mana para tokoh berjalan-jalan ke berbagai tempat mewah, tentu kita mengharapkan sedikit hal yang lebih.

Peletakkan pulau pribadi bahkan Paris di film ini sama sekali enggak dieksplorasi dengan baik dari segi pengambilan gambar. Film sering berfokus pada wajah-wajah bodoh para tokoh dan slapstick yang enggak lucu. Sehingga, sinematografinya pun enggak menimbulkan kesan apa-apa. Bahkan jika film hanya berlatar di New York, rasanya jadi enggak ada bedanya.

Tentu adalah hal yang sia-sia memperbincangkan tentang sinematografi pada film Sandler. Namun, dengan penggunaan banyak latar megah, kita tentu mengharapkan lebih, setidaknya seperti Murder Mystery versi pertama yang cukup mampu mengeksplorasi latar dengan baik untuk ukuran Happy Madison.

                                                                   ***

Sandler kehilangan nuansa remeh yang biasa ia bangun dalam film-film sebelumnya. Mungkin karena Sandler sedikit ingin memberikan kualitas ke dalam film-filmnya. Namun, dengan vibe humor receh yang biasa ia tampilkan, hal tersebut justru menjadi jebakan. Sayang sekali karena dengan eksekusi yang sedikit lebih baik, humor yang dibiarkan mengalir, dan penokohan yang kuat, Murder Mystery 2 bisa menghibur dengan cara yang lebih berkualitas seperti 50 First Dates (2004).

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.