Livy Renata dalam META: Esports, Polos, dan Kaya Raya

“Ini aku lagi chat, dia nyetir sendiri ke sini soalnya,” jawab Baby Desca, KOL & Community Partnership KINCIR ketika tim editorial menanyakan keberadaan sosok yang kami tunggu hari itu.

Jam menunjukkan pukul 14.15 ketika perempuan yang tengah jadi sorotan netizen itu muncul. Ia datang dengan oversized shirt, celana pendek, tas kecil, dan tablet miliknya. “Tapi manajer I belum sampai, ada trouble mobilnya, jadi I nyetir sendiri. Di sini ada WiFi enggak ya?,” katanya sambil menyapa beberapa orang di studio.

Yap, Livy Renata ada di KINCIR by One. Di tengah aktivitas pekerjaan dan kuliahnya, ia meluangkan waktu untuk duduk bersama tim editorial KINCIR. Benar saja, ketika make-up, ia membuka tabletnya dan mulai ikut kelas. Dosen sempat meminta Livy untuk membuka kameranya, namun dengan polos ia menampilkan dirinya tengah dirias dan menjelaskan bahwa ia sedang ada di sesi foto.

Selesai kuliah online, Livy sudah siap dengan make-up dan bajunya. Paduan biru dan hitam membuatnya tampil bak campuran Jett dan Neon. “I seperti Jett, aaaahhh you sengaja ya bikin tema ini karena tahu I suka Valorant,” katanya sebelum mulai interview.

Raut wajah dan matanya seketika berubah saat kami berbincang soal game yang sedang booming itu. Ia Diamond 1 dengan agen andalan Sage, walau dirinya tidak bisa menampik kesukaannya terhadap Jett. 

“I play Sage, kayak I’m so quick at healing, jadi there’s many people yang main Sage and they’re very selfish. Mereka tuh kayak nge-heal diri sendiri all the time. Kalau I mendingan orang lain yang ke-heal daripada I. Because I know they’ll be a better asset to the team, terus kalau misalnya kayak mereka enggak clutch, It’s not my fault because I tried,” jelasnya.

Game fps besutan RIOT Games ini juga jadi pelabuhan hatinya ketika ia butuh hiburan; bahkan ketika ia jengah menghadapi netizen. Selepas kegiatan padat Livy, main Valorant di malam hari jadi pelipurnya.

Tak hanya soal apa yang ia gemari, KINCIR by One kali ini membahas bagaimana seorang Livy Renata menjalani mimpi di tengah perspektif masyarakat yang memandangnya polos. Settingan atau tidak? Seberapa crazy rich ia? Bagaimana hidup normal ala Livy Renata? Berikut adalah hasil interview kami bersama Brand Ambassador Alter Ego tersebut. 

Mulai di esports, tenar di entertainment 

Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE..
Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE..

Adanya dukungan dari orang tua secara materi pasti punya dua sisi. Kita tinggal berfokus pada pendidikan dan karier, namun bila tidak awas, kita juga bisa terlena dengan segala kemudahannya.

Perjalanan karier Livy Renata bisa dikatakan cukup unik. Tumbuh di lingkungan keluarga serba berkecukupan, ia justru dididik orang tuanya untuk bekerja. 

“Saya melihat banyak dari ibu saya. Dia itu suruh banyak orang kerja, ibu saya suka orang yang kerja keras. Dia paling enggak suka manjain orang. Jadi, pertama saya kerja di MC buat event organizer. Jadi buat sweet 17 gitu I kerja, bukan MC sih, jadi VJ. Karena saya enggak cukup percaya diri buat main di panggung besar. I tiga bulan kerja di sana, enak loh, kayak rasanya enggak ngapa-ngapain!,” katanya.

Livy juga banyak cerita soal pekerjaannya di sebuah kafe board game. Tak hanya itu, selama kuliah ia juga bekerja paruh waktu untuk belajar mandiri; sesuai didikan orang tuanya.

Sebelum tenar sebagai seorang entertainer yang dikenal sangat polos, namanya mencuat ketika ia menjadi brand ambassador tim esports Alter Ego. Ia harus bertindak sebagai “wajah” dari tim Alter Ego, sehingga apa pun yang ia lakukan akan memiliki dampak bagi reputasi tim secara luas.

Beda dengan brand ambassador lain yang sering live streaming, Livy punya caranya sendiri untuk mendomplang nama tim Alter Ego.

“Kalau BA lain I lihat mereka sih, streaming ya, tapi I beda dari yang lain. Saya enggak streaming… Pekerjaan I itu duduk manis dan terlihat cantik dan ketika mereka (Alter Ego) lagi tanding, tugas I dukung ‘Go AE go Alter Ego go! woohoo!’ gitu, iya itu pekerjaan saya,” jelasnya lebih lanjut.

Dikenal sebagai perempuan yang gemar bermain game, membuat Livy sempat didekati oleh tim esports lain untuk menjadi brand ambassador. Namun pilihannya jatuh ke Alter Ego, yang ia rasa memiliki masa depan yang bagus.

Well, tawaran pertama yang datang itu dari Saint Indo. Terus habis itu dapat tawaran dari Alter Ego. Kemudian, ya cuma pilihannya kan dua ya, sudah jelas I pilih tim yang menurut I masa depannya lebih bagus. Karena ini bisnis, I juga mikir yang kayak lebih baik yang masuk MPL gitu,” ungkap Livy ketika ditanya alasan ia memilih Alter Ego.

Banyak yang menganggap pekerjaan sebagai brand ambassador adalah hal yang mudah. Namun hal itu langsung dibantah oleh Livy. Perempuan yang kini sedang duduk di bangku kuliah tersebut mengaku kalau brand ambassador juga memiliki tantangan tersendiri.

“I pikir tantangannya itu banyak haters. Waktu itu I live Instagram dan tim (Alter Ego) lagi kalah, terus habis itu di streaming chat-nya itu semuanya kayak emoji badut, badut, badut gitu. Padahal I bahkan enggak main game tapi I yang disalahkan kayak ‘Ih gara-gara you sih jadi timnya kalah’ gitu,” ujar Livy kepada tim KINCIR.

Mengawali karier di dunia esports, nama Livy Renata semakin melambung ketika ia mulai terjun ke dunia entertainment. Berawal dari kemunculannya di berbagai podcast serta video YouTube, nama Livy kini semakin dikenal lebih luas di telinga masyarakat Indonesia.

Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE.
Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE.

Tak sulit menyebrang dari seorang brand ambassador ke entertainer. Pembawaannya yang menyenangkan jadi daya pikat banyak orang. Ketika ditanya soal mana yang lebih menggambarkan kepribadian seorang Livy Renata, perempuan berusia 20 tahun tersebut menjawab jika dirinya lebih nyaman dianggap sebagai seorang entertainer.

“Keduanya (brand ambassador dan entertainer), tapi I pikir lebih ke entertainer karena orang lebih kenal I sebagai seorang entertainer,” ujar Livy kepada tim KINCIR.

Walau sibuk dengan pekerjaannya, Livy tidak pernah kepikiran untuk meninggalkan kuliahnya. Ia jarang stres, justru sang manajer yang harus pintar-pintar mengatur kegiatannya.

“Sebenarnya tantangannya itu kalau harus datang ke acara TV, and yang bikin stres itu i enggak stres I santai aja tapi manajer i yang stres kayak: ‘Oh my God, you kerjanya tuh banyak’, tapi untuk I enggak apa-apa selama saya menikmati hidup saya. I juga hmm.. penting juga buat lanjutin kuliah juga gitu, kan?” jelasnya.

Media, konfrontasi, dan Livy Renata

Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE..
Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE..

Pernah mencoba untuk mengetik nama Livy Renata di Google? Kekayaan dan kepolosannya selalu menarik klik. Harga apartemen, uang jajan, bahkan outfit-nya dihitung. Tak sulit untuk membuat pernyataannya jadi viral.

Masih jelas dalam ingatan kita ketika ia tak kenal siapa Luna Maya. Dalam sebuah video, Livy salah mengira jika Luna Maya adalah bundanya Al, El, dan Dul. Kejadian ini jadi ramai, bahkan Luna Maya sempat dikonfrontasi host sebuah program entertainment. Luna sempat tak yakin; apakah itu bagian dari gimmick atau kepolosan Livy mungkin dibuat-buat.

“Lucu banget ya, maksudnya, dia apa sih? Influencer? Oh, gamer,” kata Luna Maya kepada Nassar dan Caren Delano, dalam program Pagi-pagi Ambyar.

Ada satu hal yang menarik dalam pertemuan kami dengan Livy Renata. Ia kelewat jujur dan blak-blakan, berbeda dengan kebanyakan orang Indonesia yang mungkin punya pemikiran panjang dalam bertutur kata. Apa yang ia tidak tahu, ya memang ia tidak ketahui.

“Sekarang ya, I kenal tapi sebelumnya I enggak kenal. Ini sangat lucu ketika saya ketemu orang di situ, I baru tahu dia siapa, ini kayak cool banget,” katanya ketika ditanya KINCIR soal alasannya tidak banyak mengenal figur publik di Indonesia.

Ah, termasuk soal Jefri Nichol! Berita sudah jauh ke mana-mana, padahal Livy mengakui kalau ia senang berteman dengan aktor muda itu.

“Saya tahu namanya, tapi enggak tahu apa yang dia kerjakan, enggak tahu mukanya, dan tiba-tiba dia chat saya di DM ‘Kok kamu sering nyebut namaku, sih? Emangnya kamu kenal aku? Pernah nonton film aku?’ terus I kayak ‘no, kamu seorang aktor?’ Jefri Nichol? I tahu siapa dia, tapi enggak pernah kepo sama mukanya gitu, loh.  Intinya I sering dengar nama, makanya I sering bisa salah kayak Luna Maya sama Maia Estianty itu karena I sering dengar Maya tapi enggak tahu mereka siapa,” jelasnya.

Livy mengaku, pada awal kariernya dalam industri entertainment, ia sempat kena mental. Perbedaan ‘makna kedekatan’ antara pergaulannya dan masyarakat Indonesia pada umumnya agak jomplang.

“Misalkan I deket sama cowok mana, mereka semua: ‘Oh my God, you gatel banget!’. Padahal cuma berteman saja dan I orangnya memang friendly. Enggak tahu ya, kalau di Australia itu kalau ketemu orang kan memang klop gitu, kan? Tapi di Indonesia, friendly enggak normal buat meluk atau cium pipi. Padahal kalau di luar memang sudah biasa, so I rasa itu mereka pikir I gatel gitu,” katanya sembari curhat.

Kendati demikian, tidak butuh lama bagi Livy untuk bangun. Ia punya caranya sendiri untuk menghadapi rasa jengah imbas stres dengan segala pemberitaan negatif.

“Oh, saya jalan-jalan dengan teman-teman karena saya stres gitu, lho! Waktu itu, saya nongkrong bareng teman, tapi mereka tahu ada sesuatu yang terjadi karena saya enggak bacot kayak biasanya. Jadi mereka kayak Livy kenapa? Sepertinya ada yang mengganggu kamu. Tapi saya coba untuk enggak pikirin… Main Valo,” jawabnya.

Hampir satu jam KINCIR berbincang dengan Livy Renata, dan ada satu hal yang menggelitik kami sebagai pembuat berita. Kami akan mengajak kamu untuk hitung-hitungan uang jajan Livy Renata. Pernah dengar Livy bicara kalau uang Rp30 juta untuk jajan itu kecil? Kepada kami, ia menjelaskan rincian pengeluaran yang akhirnya bikin jumlah tersebut jadi wajar.

“Apa-apa di Australia itu mahal, woy. Jadi teman-teman I yang lain itu di atas 2.000 dolar. Buat kami bayar sewa apartemen per minggu. Kalau di Australia itu bayar uang sewa per minggu, bisa 300 dolar. Kalau dikali empat, jadi sekitar 1.200 dolar. Jumlah 2.000 dolar itu udah semua biaya hidup I di sana. Untuk beberapa alasan, karena dikonversi jadi rupiah makanya terdengar sangat besar si Rp30 juta itu,” ujar Livy kepada tim KINCIR.

Menarik, ya? Melihat sesosok perempuan yang katanya manja, datang sendiri menyetir mobil ke studio. Dicap gatal, padahal hanya mencoba friendly. Dengan segala jatuh bangunnya dalam industri esports dan hiburan, Livy belajar satu hal dari netizen Indonesia.

”Kalau siap dipuji, harus siap dihujat,” katanya. 

Tahu segala risiko, sempat bikin down, dan punya segalanya, buat apa Livy Renata repot terjun ke dunia entertainment? Di balik segala pemberitaan yang ada, ia punya tujuan manis. Apa itu?

Settingan polos ala Livy Renata

Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE.
Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE.

Mahasiswi asal Macquarie University ini dicap polos lantaran tak kenal kegiatan atau konsumsi sehari-sehari masyarakat kalangan menengah ke bawah. Lucunya, semua kebiasaan yang kita lakukan, bisa jadi ia pelajari ketika terjun di dunia entertainment.

I mean like everyone setiap kali ketemu I pasti nanya ‘kamu tahu ini enggak?’, kamu tahu ini enggak? Padahal mereka tahu jelas-jelas I enggak tahu and bikin I terlihat bodoh, kan? Jadi semua orang pikir I bodoh, tapi yaudah, enggak apa-apalah selama I bisa hibur mereka,” ujar Livy dengan santai.

Hampir tidak mungkin rasanya bagi Livy mengetahui hal-hal tersebut ketika kita sadar bahwa dirinya dibesarkan oleh keluarga berkecukupan, bahkan lebih. Artinya, kepolosan yang ditunjukkannya tidak dibuat-buat hanya untuk konten belaka.

Di sisi lain, jadi crazy rich menurut Livy punya tantangan tersendiri. Apalagi cap ini disematkan kepadanya oleh para netizen. Bukan hal yang mudah bagi Livy terus-terusan “menghidupi” pendapat orang lain soal kehidupannya. 

“Itu agak menakutkan sejujurnya. Soalnya, I enggak merasa kalau I kaya. Saya merasa, saya harus hidup di atas ekspektasi mereka sepanjang waktu, kamu tahu…”, katanya.

Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE.
Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE.

Padahal Livy bukan tipikal orang yang doyan pamer harta. Walau ia punya banyak modal untuk tampil sombong, Livy benci orang pongah. Tumbuh di circle pertemanan dengan mayoritas orang kaya bikin dia belajar untuk enggak flexing.

“Oh, kalau misalnya secara keseluruhan I enggak suka orang yang flexing uang mereka, apalagi itu bukan uang mereka. Jadi itu uang papa dan mereka kayak ‘Papi I itu yang punya ini loh!’,” katanya.

Didikan ibu bikin Livy paham betul apa itu arti berdiri di atas kaki sendiri. Ibunya tidak mau menanamkan sifat manja meskipun sebenarnya ia bisa saja mendapatkan segala yang ia mau. Bukan hanya soal finansial pribadi, tapi juga soal menjaga circle tetap kecil namun berarti.

“Oh kalau sekarang itu I lihat dulu orang dekati I, kenapa dia dekatin I I gitu, loh? Dan kapan pun dia ketemu I, apakah mereka itu mau sesuatu dari saya atau mereka benar-benar tulus? Terus harus lama dulu akrab sama mereka, baru I bisa kayak oh saya bisa percaya orang ini. Soalnya, salah satu teman baik saya yang sekarang, namanya Linda, pertama kali saya ketemu dia, saya enggak follow dia. Kayak I ketemu dia enam kali baru I follow. Soalnya, saya menduga saya enggak akan ketemu dia lagi. Tapi lama-lama ya cocok juga gitu, loh,” katanya.

Ketika ditanya soal ruang lingkup gaulnya, Livy menjawab; “Teman I enggak banyak, woy!”. Tak heran kalau akhirnya ia memilih teman, sebab di masa sekolah, Livy punya pengalaman kurang menyenangkan. Ia juga pernah terkena dampak bullying. Lebih sering sendiri membuatnya lebih mengenal pribadi dan berhasil tumbuh jadi sosok yang kuat. Sepertinya di fase ini Livy menemukan versi terbaik dirinya sampai akhirnya bisa seperti sekarang.

“Saya rasa banyak orang tahu tentang ini, tapi saya tidak punya banyak teman ketika bertumbuh di sekolah gitu. Saya tidak pernah beruntung di sekolah, teman I itu kalau enggak sampah, mereka (suka) bully, ya pokoknya gitu lah. Menurut I kurang enak…,” kata Livy.

Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE.
Livy Renata dalam KINCIR by One | Fotografi: Hann Prawira, Fashion Editor: Anantama Putra, Make-up: Maria Robert, Hair: Neng Niar, Busana: Danjo Hiyoji, H&M, Uniqlo U, NIKE.

Masa-masa ups and downs yang pernah Livy alami bikin mentalnya kuat dan pribadinya kian bijak. Kepada KINCIR, Livy mengaku bahwa pilihannya terjun jadi entertainer justru karena pengalamannya pernah di-bully.

“I ingin menolong orang yang dirundung. Karena ketika I di-bully I suka nonton Pewdiepie. Jadi dia itu sudah kayak teman I sendiri. Jadi, I mau diri I jadi sosok figur untuk seseorang. Jadi kayak balik dari sekolah ada yang, ‘I mau nonton Livy nih, karena dia membuat saya senang, because she makes me happy,” ujar Livy 

Bukan jadi sosok yang crazy rich yang bergelimang harta, jauh dalam relung hatinya Livy ingin jadi pelipur lara. Timbang-timbangan kaya baginya pun enggak sekadar jumlah uang di rekening atau berbagai barang mahal yang dikenakan. Sepanjang kami ngobrol, Livy ogah mendefinisikan dirinya jadi sosok crazy rich yang dibilang orang-orang. Cinta, kegembiraan, dan keluarga adalah kaya menurutnya.

“Kaya untuk saya adalah ketika kamu punya sebuah keluarga yang penuh cinta, sebuah rumah, maksudnya rumah milkmu sendiri dan harus ada kolam renang. Itu artinya kamu kaya, karena kolam renang itu mahal,” pungkas Livy

***

Ibarat magnet, Livy Renata yang unik selalu jadi angle yang menarik. Ia terasa begitu kontras dengan masyarakat luas. Kepolosannya jadi nilai jual. Setiap gerak-gerik, pernyataan, hingga kehidupan sehari-harinya jadi perhitungan bahkan mengundang klik sebagai judul berita. 

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dari Livy Renata kita bisa melihat soal ketidaksiapan netizen melihat kehidupan seorang kaya; bisa jadi ada yang iri atau mungkin jadi benci. Di sisi lain, perlakuan industri hiburan pun jadi terbaca, bahwasanya memberi santapan hangat untuk emosi selalu jadi pilihan angle yang diangkat.

Livy bukan tak sadar kalau ia ‘terlihat bodoh’. Segala persepsi ia tanggung untuk mencapai tujuannya; membawa kebahagiaan untuk siapapun yang menikmati kontennya. (GL/AK/TP)

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.