Pada era modern, nama Glenn Fredly juga begitu berjasa dalam mengisi soundtrack perfilman Indonesia. Kiprahnya dimulai ketika ia mendapat tawaran untuk mengisi album soundtrack dari film Cinta Silver (2005). Glenn terlibat sebagai penyanyi dari 12 lagu dalam albumnya, termasuk lagu “You are My Everything”.
Setelah itu, Glenn terbilang cukup aktif dalam mengisi soundtrack film ternama yang tak jarang menjadi hits pada tangga lagu. Mulai dari lagu “Malaikat Juga Tahu” untuk film Rectoverso (2008), “Sabda Rindu” di film Surat dari Praha (2016), hingga “Kembali ke Awal” di film Twivortiare (2019).
Pada awal era 2010-an, band Nidji jugai aktif mengisi soundtrack film setelah sukses dengan lagu tema untuk film Laskar Pelangi (2008). Nidji bahkan punya album bertajuk “King of Soundtrack” (2014).
Album ini berisi lagu-lagu mereka yang menjadi soundtrack sejumlah film Indonesia; mulai darii film Sang Pencerah (2010), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013), hingga 5cm (2012). Proyek film terakhir yang melibatkan Nidji sebagai pengisi soundtrack adalah Street Society (2014) dengan lagu mereka yang berjudul “Secepat Kilat.”
Penyanyi berbakat lainnya yang mewarnai perfilman Indonesia adalah Raisa. Ia pertama kali terjun ke dunia soundtrack dengan membawakan lagu “Firasat” yang jadi OST film Rectoverso (2013).
Kendati diskografi Raisa sebagai pengisi soundtrack belum sebanyak Melly, tapi film yang melibatkannya selalu memiliki lebih dari satu juta penonton. Baik film London Love Story (2016) ataupun Ayat-ayat Cinta 2 (2017) dengan lagunya yang berjudul “Teduhnya Wanita.”
Nama lain yang acap kali terlibat dalam soundtrack film adalah The Overtunes yang mulai eksis pada 2013. The Overtunes beberapa kali terlibat dalam album kompilasi soundtrack film Indonesia populer, seperti Ngenest (2015), Cek Toko Sebelah (2016), hingga Susah Sinyal (2017).
Baca selanjutnya: Soundtrack sebagai Jembatan Musisi Indonesia ke Kancah Internasional