Siapa sangka, ternyata banyak film dokumenter tentang Indonesia berhasil pukau dunia. Bahkan yang memproduksi tak hanya sutradara Indonesia, lho!
Industri perfilman Tanah Air sebenarnya tidak pernah kehabisan dalam menghasilkan film berkualitas. Salah satu genre yang menarik untuk ditonton sambil belajar adalah film dokumenter.
Siapa sangka, ternyata beberapa film dokumenter Indonesia juga sering mendapat pujian internasional dan penghargaan bergengsi. Tak hanya sutradara lokal saja yang membuat film dokumenter tentang Indonesia, beberapa sutradara asing pun pernah mengangkat isu sensitif yang berkaitan dengan sejarah masa lampau atau masalah di Indonesia.
KINCIR kasih rekomendasi deretan film dokumenter Indonesia yang tentunya sayang sekali jika kamu lewatkan. Apa saja? Simak, yuk!
Film Dokumenter tentang Peliknya Masalah di Indonesia
1. Jagal (2012)
Film pertama yang akan kita bahas adalah film garapan Joshua Oppenheimer, yang rilis pada tahun 2012. Film karya sutradara asal Amerika Serikat ini memiliki alur cerita yang sensitif, mengingat latar kejadiannya adalah saat pemberontakan PKI.
Secara singkat, Jagal atau The Act of Killing mengisahkan pelaku pembunuhan anti-PKI tahun 1965—1966. Pembunuhan massal itu terjadi pada ratusan warga sipil, yang diduga sebagai anggota PKI.
Mungkin masyarakat Indonesia sendiri masih banyak yang belum mengetahui kehadiran film hasil kerja sama Denmark-Inggris-Norwegia ini. Namun siapa sangka, Jagal berhasil masuk nominasi film dokumenter terbaik di Academy Awards pada 2014.
Tidak hanya itu, Jagal juga berhasil mendapat penghargaan di British Academy Film dan Televisions Art pada tahun 2013. Sayangnya, film ini tidak dapat diperdagangkan.
2. Jalanan (2013)
Jalanan adalah film dokumenter yang mengisahkan tiga pengamen jalanan yang bertahan hidup di Jakarta. Disutradarai oleh Daniel Ziv, Jalanan akan mengajak penonton untuk menelusuri potret Titi Juwariyah, Bambang “Ho” Mulyono, dan Boni Putera, yang mengais rezeki di Jakarta dengan mengamen.
Film ini memakan waktu proses syuting dari tahun 2006—2012, lho. Total durasi yang dikumpulkan Daniel hingga 250 jam, kemudian dirangkum menjadi 107 menit.
Dirilis pada 2013, Jalanan berhasil memperoleh penghargaan internasional, seperti Magnolia Award di Shanghai International Film Festival 2014, Macenant Award di Busan International Film Festival 2013, Melbourne International Film Festival, dan Edmonton International Film Festival.
3. Senyap (2014)
Setelah melihat sisi dari pelaku pembunuhan di film Jagal, film Senyap menceritakan sebaliknya. Yakni dari sisi keluarga yang terbunuh. Sama-sama membahas cerita yang sensitif, film ini juga tidak diperbolehkan tayang di Indonesia. Berjudul internasional Silence (The Lock of Silence), film ini menyajikan kisah salah satu korban bernama Adi, yang merupakan penyintas dan keluarganya dituduh sebagai anggota PKI.
Film yang juga garapan Joshua Oppenheimer ini diputar pertama kali pada 10 Desember 2014, yang bertepatan dengan Hari HAM Sedunia. Menariknya, film Senyap juga masuk dalam nominasi Oscar pada 2016. Penasaran ingin mengetahui kebenaran di balik sejarah masa lalu? Kamu bisa menonton secara online di situs resmi mereka, The Look of Silence.
4. Sepanjang Jalan Satu Arah (2016)
Film dokumenter kali ini tentunya tidak akan membuat kamu sebagai penonton merasa bosan. Kenapa? Durasinya hanya 16 menit saja!
Film garapan Bani Nasution ini menceritakan seorang anak yang diminta ibunya untuk memilih gubernur dengan agama yang sama dengannya. Selain kepada anaknya, ibunya ini juga meminta anggota keluarga lainnya untuk memilih gubernur sesuai dengan keinginannya.
Tentunya, latar cerita film ini adalah kehidupan keluarga kelas menengah dalam lanskap situasi politik Indonesia. Diproduksi oleh LiarLiar Films, film ini mendapatkan special mention dari juri di Sea Short Film Festival Kuala Lumpur. Selain itu, Sepanjang Jalan Satu Arah juga memperoleh penghargaan Film Dokumenter Terpendek Terbaik pada Festival Film Indonesia 2017.
5. Tarling is Darling (2017)
Film garapan Ismail Fahmi Lubish ini menelusuri seorang penulis lagu dangdut bernama Jaham dan Ipung. Keduanya merupakan seorang produser musik, dan telah banyak mengorbitkan artis baru. Artis yang mereka hadirkan biasanya adalah wanita muda berpenampilan menarik.
Suatu ketika, Jaham memproduksi sebuah karya lagu religius tapi dikemas dengan musik tarling. Hal itu tentunya mendapat kecaman dari berbagai kalangan.
Tarling is Darling memang mengangkat tema yang cukup unik, sehingga tak heran film ini sempat masuk nominasi festival Film Indonesia 2017 kategori “Dokumenter Panjang Terbaik”.
6. Diary of Cattle (2019)
Diary of Cattle adalah film garapan David Darmadi yang menyoroti kehidupan sekelompok sapi yang sehari-harinya mengonsumsi makanan dari tempat pembuangan sampah.
Sapi-sapi ini tidak memakan rumput, melainkan sampah makanan yang menggunung. Sapi-sapi ini tentunya akan dijual, dan dagingnya pun siap dikonsumsi oleh manusia. Film yang direkam oleh Lidi Afrilita ini berhasil jadi pemenang Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2019 sebagai “Best Short Film”.
7. Sexy Killers (2019)
Sexy Killers merupakan film dokumenter yang sempat membuat geger jagat maya, karena rilis menjelang Pemilu 2019. Film hasil produksi WatchDoc ini dibuka dengan adegan pasangan yang berada di kamar mewah. Lalu menyoroti listrik yang menjadi sumber daya utama kamar tersebut. Kemudian, penonton diajak menelusuri dari manakah listrik yang kita gunakan berasal.
Penonton selanjutnya akan diajak melihat proses pembentukan PLTU di berbagai daerah yang mengeruk dan memusnahkan sawah-sawah warga. Bahkan merenggut nyawa masyarakat setempat karena kesehatan mereka semakin mengkhawatirkan akibat udara sekitar yang memburuk alias mengandung racun.
Selain itu, Sexy Killer juga menyoroti hubungan antara industri bahan bakar fosil dengan sejumlah elit politik Indonesia dari berbagai afiliasi. Film ini menuai kontroversi, karena membahas isu yang cukup sensitif. Terlepas dari itu, film ini layak ditonton untuk menyadarkan masyarakat serta para pemangku kepentingan agar peduli pada lingkungan dan hemat energi.
***
Dari tujuh film dokumenter yang telah KINCIR sebutkan di atas, apakah ada yang membuat kamu tertarik untuk menontonnya?