Film Indonesia enggak selalu berjaya di Tanah Air. Bahkan, beberapa judul ada yang dilarang tayang di bioskop tertentu. Masyarakat setempat menolak ditayangkan karena menimbulkan kontroversi.
Beberapa dicekal dengan alasan yang kurang masuk akal, tapi ada juga yang ditolak tayang karena alasan serius. Penasaran? Berikut tujuh film Indonesia yang dicekal di beberapa lokasi Tanah Air. Yuk, simak!
1. Suster Keramas (2009)
Film horor komedi dewasa Indonesia ini sempat dilarang tayang di Kalimantan Timur oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda. Alasannya, film yang dibintangi selebritas asal Jepang, Rin Sakuragi, akan merusak moral karena berbau porno.
Produser Maxima Pictures, Ody Mulya, mengklarifikasi bahwa adegan porno yang ada pada film Suster Keramas hanya menggambarkan fantasi pemuda berandal setelah melihat seorang gadis Jepang. Judulnya juga bukan penggambaran aktivitas sensual, tapi berdasarkan kisah nyata tentang hadirnya sosok perawat yang rambutnya terlihat selalu basah.
2. 212 The Power of Love (2018)
Aksi 212 yang diikuti ribuan umat muslim pada Desember 2016 diangkat ke layar lebar. Bahkan di sejumlah daerah Tanah Air, film yang dibintangi Fauzi Baadilla ini sempat dicekal dan menimbulkan berbagai kontroversi. Misalnya, penolakan penayangan di Manado dan Palangkaraya.
Film 212 The Power of Love ini ditolak karena diduga mengandung unsur politik dan paham radikal. Hal tersebut ditanggapi wajar oleh Fauzi bahwa penolakan ini terjadi karena hawa politik di Indonesia, khususnya di Jakarta yang sedang ‘memanas’.
3. Senyap (2014)
Buat penyuka sejarah, film Senyap atau Look of Silence bukanlah film asing. Sayangnya, film karya Joshua Oppenheimer ini dilarang diputar oleh Komando Distrik Militer 0833/Bhaladika Jaya, Malang, beberapa hari setelah dirilis.
Film ini menuai kontroversi di Indonesia lantaran mengangkat tema pembantaian massal pada 1965. Sebagai informasi, film Senyap sebenarnya kelanjutan dari dokumenter berjudul The Act of Killing. Film tersebut juga dilarang tayang di Indonesia, tapi justru dapat nominasi Academy Award dan memenangkan BAFTA 2014.
4. Salawaku (2017)
Bagaimana kalau sebuah film ditolak tayang karena rumah produksinya belum terkenal? Yap, itulah yang terjadi pada film Salawaku. Enggak hanya karena rumah produksinya baru, juga sutradaranya pun baru pertama kali menggarap film, yaitu Pritagita Arianegara. Sebelumnya, dia menjadi asisten sutradara Ismail Basbeth, Hanung Bramantyo, dan Kamila Andini.
Pada 2015, film produksi Kamala Films ini ditolak salah satu jaringan bioskop di Indonesia. Untuk membuktikan, film ini dibawa keliling dunia dan diputar pertama kali di Tokyo International Film Festival (TIFF) 2016, serta berlaga dalam kategori Asian Future. Film ini juga meraih Piala Dewantara kategori “Film Cerita Panjang Bioskop” dalam Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016.
Akhirnya, film yang dibintangi Karina Salim ini mendapat kesempatan tayang di bioskop pada Oktober 2016. Karena beberapa hal, enggak jadi tayang dan akhirnya publik bisa menyaksikan film Salawaku pada Januari 2017. Berkat kualitas cerita, film produksi Ray Zulham ini mendapat delapan nomine FFI 2017.
5. Soekarno: Indonesia Merdeka (2013)
Nah, film Indonesia satu ini bukan ditolak suatu daerah atau jaringan bioskop, melainkan dicekal oleh putri Presiden Soekarno, yaitu Rachmawati Soekarnoputri. Dia menilai Hanung Bramantyo sebagai sutradara telah menghilangkan nilai sejarah perjuangan Soekarno dalam film tersebut.
Bahkan, Rachma menganggap film ini jadi salah satu cara membunuh karakter Bung Karno. Dia sampai menggugat ke pengadilan dan memutuskan untuk melarang film Multivision Pictures ini tayang. Namun akhirnya, majelis hakim mencabut putusan tersebut karena enggak mengandung dua adegan yang dipermasalahkan pihak Rachmawati.
6. Battle of Surabaya The Movie (2015)
Film animasi Battle of Surabaya ini pernah ditolak di seluruh stasiun televisi Tanah Air. Namun, penolakan itu malah jadi titik balik kesuksesannya di Box Office Indonesia. Bahkan, film produksi MSV Pictures ini disaksikan sekitar 30 ribu penonton.
Ternyata penolakan enggak sampai di situ. Menjelang filmnya rilis, film animasi ini juga menuai kontroversi terkait pemasarannya. Promosi film ini dianggap terlalu berlebihan karena menggunakan isu harga diri bangsa supaya publik menontonnya di bioskop.
7. Dilan 1991 (2019)
Nah, film yang lagi hangat dibicarakan ini juga memunculkan kericuhan di suatu daerah, tepatnya di Makassar. Sekuel Dilan 1990 (2018) ini penayangannya ditolak oleh sekelompok mahasiswa karena film tersebut dinilai melecehkan profesi guru dan kekerasan dalam dunia pendidikan.
Aksi penolakan oleh Komando Mahasiswa Merah Putih (Kompi) dilakukan di beberapa titik, seperti Mal Panakkukang dan Kantor Dinas Pendidikan Kota Makassar. Meski ditolak, penonton film drama remaja ini di daerah lain justru membludak. Buktinya, film Dilan 1991 berhasil mencetak beberapa rekor dalam sejarah film Indonesia.
***
Itulah deretan film Indonesia yang dilarang tayang di beberapa lokasi Tanah Air. Padahal, seharusnya kita harus mendukung film apa pun yang tayang di Tanah Air, karena film yang berhasil dirilis berarti udah melewati serangkaian prosedur. Pintar-pintar diri kita yang memilih tontonan. Setuju?