Kamu pastinya familiar sama hal-hal yang ada di dalam sinetron Indonesia ini. Adegan wajib sinetron ini jadi formula yang klise.
Apa sih, yang disebut dengan sinetron Indonesia? Secara etimologis, kata ‘sinetron’ berasal dari frasa sinema elektronik. Nah, ini artinya sinetron yang enggak ditayangkan di layar lebar, tetapi di media elektronik (dulu hanya televisi). Namun, kalau ngomongin frasa sinetron Indonesia, pastinya pikiran kita beralih pada sinetron yang diputar di televisi dengan episode yang bertele-tele.
Ada beberapa hal “wajib” yang seolah menjadi syarat enggak resmi agar sebuah karya bisa dijuluki sebagai “sinetron Indonesia”. Apa sajakah hal-hal itu? Orang Indonesia pastinya familiar sama hal-hal yang ada di dalam sinetron bergenre drama di Indonesia ini.
Adegan Wajib Sinetron Indonesia
1. Scoring Monoton yang (Mencoba) Menjadi Mengejutkan
Untuk menimbulkan efek yang mengejutkan atau menegangkan, ada banyak hal yang bisa dilakukan sineas. Misalnya, nih, bikin adegan jump scare atau menggunakan scoring khusus. Sinetron Indonesia menggunakan alternatif kedua.
Sayangnya, nih, scoringnya monoton banget. Tentu para penonton sinetron Indonesia udah enggak asing lagi sama sama suara ini, bukan? Ini adalah adegan ketika Meisya mengonfrontasi para tokoh baik dalam sinetron Putri yang Ditukar.
Penggunaan scoring monoton ini, mungkin dianggap paling efektif buat memberikan perasaan cemas kepada penonton, atau memang scoring ini udah dibayar hak ciptanya, atau memang ini merupakan scoring free license.
2. Bukti Penting yang “Hilang” saat Tokoh Baik Akan Menang
Untuk menyenangkan penonton, sinetron kerap kali menampilkan adegan tokoh baik yang hampir “menang”. Eits, jangan senang dulu, karena ternyata, adegan tersebut biasanya diikuti dengan hal sial yang terjadi pada tokoh baik.
Contohnya, nih, dokumen bukti yang hilang, flash disk yang hilang, atau tokoh baik yang mengalami kecelakaan. Hal tersebut bikin si tokoh jahat semakin di atas angin dan episode pun bertambah.
3. Adanya Pak Polisi
Apa pun temanya, mau cinta, pembunuhan, perebutan harta, bahkan sekadar perselingkuhan, pasti selalu ada sosok polisi. Soalnya, tokoh antagonis selalu melakukan kejahatan yang kebangetan sampai harus bawa-bawa polisi. Selain itu, fitnah yang ditujukan kepada tokoh baik biasanya terlalu kejam sampai seringkali tokoh-tokoh ini harus merasakan dinginnya bui.
4. Luka Serius di Kepala
Semua hal di dalam sinetron drama bisa selesai atau malah hancur dengan luka pada kepala. Ya, salah satu jenis kecelakaan/penderitaan yang kerap terjadi pada tokoh adalah benturan di kepala. Benturan itu bisa terjadi karena tabrakan, hantaman benda tumpul, atau terpeleset.
Kenapa, sih, sinetron Indonesia suka banget sama adegan luka serius pada kepala? Ide ini bisa membuka pintu buat kemungkinan lain untuk memperpanjang episode, seperti tokoh hilang ingatan alias amnesia, atau tokoh tersebut mati.
5. Cerita yang Semakin Enggak Nyambung
Kalau kamu mau menghayati sinetron Indonesia, kamu memang harus menontonnya dari awal. Kalau enggak, jangan harap memahami ceritanya. Soalnya, topik awal yang dibahas dalam suatu sinetron akan jauh berbeda dengan apa yang terjadi di pertengahan.
Misalnya, nih, kisah awalnya adalah tentang anak yang ketukar. Namun, lama-lama, cerita mengarah ke mana-mana, bahkan sangat jauh dari premis awal. Penambahan tokoh, konflik, bahkan adanya insiden amnesia biasanya bikin cerita mengarah ke mana-mana.
Konflik-konflik akan semakin ngawur sampai nantinya rating turun dan sinetron mau enggak mau harus diselesaikan. Tahap ini sudah dialami pada sinetron Aldebaran dan Andin, ketika sebagian fans merasa Ikatan Cinta tak lagi sama.
6. Cowok Kaya Naksir Cewek Beda Kasta
Sebetulnya, fenomena ini memang kerap terjadi di dunia nyata. Namun, tentunya enggak selebay yang terjadi di dalam sinetron.
Di dunia nyata, cowok dan cewek yang kasta sosialnya beda biasanya jatuh cinta dan berniat menikah karena memiliki kesamaan: misalnya punya karier yang sama kayak Crazy Rich Asian (2018) atau satu pergaulan dan sekolah kayak film Dua Garis Biru (2019). Benang yang menghubungkan tokoh kelas atas dan kelas menengah/bawah dalam kedua film ini masih realistis dan mungkin banget terjadi.
Nah, di dalam sinetron, cinta beda kasta ini aneh banget. Tentunya, enggak mungkin pengusaha kaya jatuh cinta sama cleaning service atau kenek angkot, tetapi, itulah yang selalu dijadikan premis di dalam sinetron mainstream.
7. Tak Punya Uang, tetapi Wajah Selalu Mulus
Sinetron lagi-lagi gagal menjadi logis karena tokoh yang digambarkan miskin, sering terpapar udara luar dan sinar matahari saat bekerja, enggak pernah skincare-an, bahkan jarang membersihkan wajah, justru terlihat memiliki wajah mulus bak dirawat di klinik secara rutin.
Well, enggak ada salahnya, sih, kalau tokoh kelas bawah diperankan selebritas terkenal, tetapi, usaha buat merias tokoh supaya terlihat realistis seolah enggak ada. Tentunya, ini berbeda sama usaha film Perempuan Tanah Jahanam (2019) di mana Marissa Anita dan Tara Basro bener-bener menjelma “mbak-mbak yang jualan baju grosir” dengan riasan yang enggak lebay dan outfit yang tepat.
Adegan Bonus: Disekap
Seolah mau meniru film superhero, selalu ada adegan tokoh baik disekap dalam sinetron mainstream Indonesia. Biasanya, sih, adegan ini dipakai buat membuktikan kejantanan tokoh cowok atau buat memperlihatkan penderitaan tokoh cewek.
Dalam adegan ini, seringkali lilitan tali korban sandera terlihat enggak kenceng-kenceng amat dan seharusnya dia bisa kabur. Namun, alih-alih kabur, dia hanya menangis.
***
Apakah di dalam sinetron Indonesia favorit kamu ada adegan-adegan di atas? Ya, hampir semua serial drama mainstream pernah memuat salah satu atau malah semua adegan di atas!
Kita tentu berharap ada inovasi yang disematkan di dalam sinetron. Enggak perlu pakai CGI kayak serial Netflix, karena cukup realistis aja kayak Si Doel Anak Sekolahan atau Bajaj Bajuri udah cukup bikin bahagia, tetapi selama sistemnya masih kejar tayang, mungkin itu hanya mimpi.