*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Sex Education 3 yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Setelah sukses di dua musim sebelumnya, serial Sex Education 3 akhirnya rilis. Serial ini masih dengan para aktor yang sama, kelucuan yang sama, dan selipan edukasi seks yang sama.
Di musim ketiga ini penonton disuguhkan dengan cerita yang lebih kompleks, di mana hampir setiap karakter memiliki masalahnya masing-masing. Perkembangan karakternya pun makin kuat pada musim ini. Sex Education 3 sudah bisa kamu tonton di Netflix sejak 17 September. Bagaimana keseruannya? Simak review di bawah ini.
Sinopsis dan Review Sex Education 3
Moordale Vs. Kepala Sekolah Baru
Sex Education 3 dimulai dengan banyak kejutan. Namun, dari semua kejutan, yang paling tidak bisa diterima oleh para siswa Moordale adalah hadirnya seorang kepala sekolah baru bernama Hope yang menggantikan Michael Groff.
Masalahnya, Hope adalah seorang kepala sekolah yang begitu kolot dalam bersikap. Semenjak menjabat sebagai kepala sekolah, Hope langsung memberi banyak aturan bagi para siswa. Dia menghancurkan toilet bekas tempat Otis dan Maeve buka klinik, dan mewajibkan para siswa untuk menggunakan seragam.
Salah satu kebijakan ekstrem yang dilakukan Hope adalah dia membatasi ruang ekspresi para siswa. Bahkan, menganggap semua hal yang berurusan tentang seks di usia remaja adalah hal yang berbahaya. Hope melakukan itu demi mengembalikan citra sekolah.
Sementara, para siswa menganggap apa yang dilakukan Hope berlebihan dan merampas kebebasan ekspresi. Jadi, apa yang akan terjadi dengan Moordale? Bagaimana para murid bisa beradaptasi dengan peraturan baru tersebut? Juga, bagaimana kisah cinta para siswa berlanjut?
Mengakhiri Kerumitan Kisah Cinta Maeve dan Otis
Ending Sex Education 2 ditutup dengan cara licik Isaac dengan menghapus pesan suara Otis yang dikirimkan ke ponsel Maeve. Nah, musim ketiga ini dimulai dengan kisah Otis dan Maeve yang renggang. Otis bahkan berhasil mengencani Ruby, cewek paling populer di sekolah. Ruby takluk dan jatuh hati pada Otis.
Ruby dan Otis kerap jalan bersama. Bahkan, Otis jadi orang pertama yang diperbolehkan berkunjung ke rumah Ruby. Namun, ternyata kecantikan dan popularitas Ruby tak membuat Otis jatuh cinta. Dia masih memikirkan Maeve. Disisi lain, Maeve justru jatuh cinta pada Isaac.
Kerumitan kisah cinta antara Maeve dan Otis memang sudah dimulai sejak musim pertama. Keduanya tak kunjung bersatu meski sama sama memendam perasaan suka. Untungnya, di musim ketiga ini, kerumitan kisah cinta keduanya dapat terurai.
Sayangnya, mereka belum bisa bersama. Maeve harus pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Jadi meski sama-sama mengakui perasaan, kebersamaan Otis dan Maeve akhirnya tertunda.
Hadirnya Banyak Karakter Baru
Dibandingkan dengan musim kedua, Sex Education 3 lebih banyak mengenalkan karakter-karakter baru. Selain Hope, ada Cal yang merupakan siswi pindahan. Cal lebih merasa jika dirinya adalah laki-laki. Uniknya, Cal justru membuat Jackson jatuh hati.
Ada juga karakter Peter Groff, kakaknya Michael Groff yang begitu menyebalkan. Baik Hope, Cal, dan Peter, tidak hanya numpang lewat. Mereka punya imbas yang besar pada berjalannya cerita Sex Education 3.
Sex Education dan Identitas Para Karakternya
Sadarkah kamu jika sejak musim pertama kita bisa menemukan keunikan dari hampir tiap karakternya. Sutradara Ben Taylor tak mau membiarkan para pemeran di serialnya menjadi karakter anak muda yang mengikuti tren yang tak memiliki pendirian. Maka dari itu, setiap karakternya nyaris diberi kekhasan dalam pakaian.
Otis dengan jaket tiga warnanya yang menandakan kesederhanaan. Eric dengan pakaian motif bunga melambangkan jiwa yang feminin. Maeve dengan jaket kulitnya seolah memberitahu jika dia adalah cewek muda yang kuat.
Lalu, Ola dengan kaus warna-warni melambangkan dirinya seorang penyuka sesama jenis. Adam dengan jaket bombernya semakin menguatkan citra ‘kaku’ sejak musim pertama. Ada Lily dengan pakaian unik yang seolah memberitahu bahwa dia adalah perempuan yang penuh imajinasi. Terakhir, ada Jackson dengan pakaian ketatnya berkaitan dengan karakter maskulin.
Masih dengan Konten Edukasi Seks yang Apa Adanya
Sex Education memang cukup gamblang menyajikan konten edukasi seks pada para penonton. Edukasi tersebut dibungkus dalam dialog dan beberapa adegan komedi. Di musim ini, penonton juga diberitahu pentingnya mengenakan kondom dan terbuka pada pasangan. Bahkan, juga memberitahu bahwa melahirkan di usia tua bukan suatu masalah.
Di film atau serial lain, konten vulgar seperti ini mungkin akan canggung disajikan. Di serial ini, sutradara Ben Taylor lagi-lagi menyajikannya dengan apa adanya dan cenderung kocak. Cara itu justru lebih membuat penonton jadi jauh lebih mengerti perihal pesan apa yang mau disampaikan.
Semoga Bukan Musim Terakhir Sex Education
Selain Maeve dan Otis, serial ini memang menampilkan banyak karakter yang berpasangan. Uniknya, setiap pasangan dibekali konfliknya masing-masing. Mulai dari Jean dan Jakob, Ola dan Lily, Eric dan Adam, Michael dan Laureen, sampai Aimee dan Steve. Dalam delapan episode yang tayang, semuanya dibekali masalah dan berhasil rampung di ujung musim.
Selain itu, diceritakan bahwa Moordale akan dijual, karena cap masyarakat yang menyebutnya sebagai sekolah mesum. Terlebih, ini juga jadi tahun terakhir Otis dan kawan-kawan berada di sekolah. Jadi, mungkinkah ini jadi musim terakhir Sex Education? Mengingat, di akhir musim ketiga nyaris tidak ada konflik yang menggantung.
Semoga ini bukan jadi musim terakhir, karena teramat sulit untuk melepas serial komedi yang menyajikan edukasi seks secara gamblang dan unik.
***
Jelas musim ketiga ini jadi musim yang krusial. Bagi kamu yang ikutin serialnya sejak musim pertama, musim ketiga ini mungkin akan terasa lebih pelik, tapi jauh lebih melegakan ketimbang dua musim sebelumnya. Jadi, selamat menyaksikan Sex Education 3 di Netflix.
Buat kamu yang sudah nonton, bagaimana pendapatmu? Bagikan di kolom komentar, ya!