Review Open BO Episode 6 : Pilihan yang (Tidak) Tepat

Review Open BO Episode 6 : Pilihan yang (Tidak) Tepat
Genre
  • drama
  • Steamy
Actors
  • Ariyo Wahab
  • Cathy Fakandi
  • Winky Wiryawan
  • Wulan Guritno
Director
  • Reka Wijaya
Release Date
  • 05 March 2023
Rating
2 / 5

*Spoiler Alert: Review serial Open BO episode 6 ini mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.

Durasi yang terlalu panjang pada sebuah serial bisa membuat ceritanya melebar enggak karuan. Hal itu sudah terbukti lewat sinetron stripping yang biasa ada di TV. Namun, durasi yang pendek, juga bisa menjadi jebakan. Salah ramuan, pembangunan cerita terasa lemah dan membingungkan. Kasus kedua ini terjadi kepada Open BO episode 6.

Pembangunan cerita Open BO memang sudah lemah sejak beberapa episode terakhir. Tokoh demi tokoh baru dipaksakan masuk dan enggak ada dasar perkenalan yang dalam sehingga kita bisa memaklumi apa yang dilakukan para tokoh.

Review serial Open BO episode 6

Sinopsis serial Open BO episode 6

Pada episode kali ini, diceritakan bahwa hubungan antara Jaka dan Soleh menegang karena Jaka terlalu memihak kepada Vania. Perlahan, Vania pun seolah mengambil dan mengontrol semua aspek kehidupan Jaka, membuat Jaka kehilangan dirinya sendiri dan mungkin mata pencahariannya.

Contoh nyata kita ambil dari Vania, yang menjadi fokus utama dalam episode ini. Vania baru diceritakan dalam satu episode dengan rentang interaksi pendek bersama Jaka, mantan kekasihnya 12 tahun lalu, karena Vania memilih pria lain. Namun, pada episode ini, konflik yang dibebankan kepada Vania membuatnya seolah sudah lama bersama Jaka pada beberapa waktu terakhir.

Sifat posesif Vania kepada Jaka enggak natural karena perkenalan yang sempit, pembangunan background cerita yang lemah, serta kejadian demi kejadian yang terburu-buru. Ketegangan yang terjadi antara Soleh dan Jaka, karena keberadaan Vania, terlihat sangat dipaksakan dan enggak natural. Supaya bisa terlihat wajar, sebetulnya perlu eksplorasi mendalam dan perkenalan yang lebih lama kepada tokoh Vania.

Sebetulnya, dalam episode ini ada beberapa konflik kuat yang bagus untuk dikembangkan. Misalnya, seperti hubungan Shafa-Jaka-Ambar yang menghadapi kendala lagi karena Shafa memukul kekasihnya. Ambar merasa Jaka terlalu ikut campur masalah Shafa, sementara Shafa lebih percaya kepada Jaka ketimbang ibunya yang terlalu sibuk.

Ini adalah konflik yang kuat dan justru merupakan nyawa utama dal premis Open BO. Sayangnya, dalam durasi yang sedikit, ia hanya mendapatkan setengah bagian dari total durasi.

Penokohan yang kurang alami

Review serial Open BO episode 6.
Review serial Open BO episode 6. Via Istimewa.

Dalam karya fiksi, kita akan menemukan banyak sekali tokoh dengan karakterisasi aneh yang mungkin enggak ada di dunia nyata. Namun, yang menjadi tolok ukur keberhasilan karakterisasi tokoh bukan kesamaan tokoh-tokoh itu dengan apa yang ada di dunia nyata. Believability sebuah tokoh dibangun karena pendalaman karakter yang cukup baik dengan alasan-alasan kuat mengapa karakter-karakter tersebut bertingkah demikian.

Pembangunan karakter terasa sangat lemah dalam Open BO episode 6. Soleh, yang digambarkan sangat santai dan punya prinsip you only live once, tiba-tiba menjadi pria yang sensitif hanya karena ponsel Vania ketinggalan. Sementara itu, Vania yang baru saja bertemu lagi dengan Jaka, tanpa komitmen apa pun, menjadi perempuan posesif yang mudah melarang Jaka untuk ngapain aja, padahal pertemuan mereka belum lama berlangsung.

Konsistensi pembangunan karakter justru ada pada Shafa, Jaka, dan Ambar. Jaka digambarkan dengan baik sebagai pria yang enggak enakan, tetapi bisa semena-mena terhadap dirinya sendiri sekaligus orang terdekat: Soleh. Jadi, alih-alih cuma sebagai orang lugu pada umumnya, Jaka digambarkan enggak punya prinsip. 

Sementara itu, Shafa punya karakter yang cocok dengan permasalahan coming-of-age. Emosinya cukup bisa dipahami dan karakter “cuek tetapi butuh perhatian”-nya masih konsisten sampai episode 6. Ambar, juga terjaga karakternya sebagai ibu tunggal yang mencoba kuat, tetapi punya banyak kekurangan. Konflik Ambar sederhana, hanya soal uang, eksistensi, dan anaknya.

Sinematografi yang kurang mewah

Open BO Wulan Guritno.
Open BO Wulan Guritno. Via Istimewa.

Open BO, dengan premis “kehidupan kupu-kupu malam” dan kenakalan lainnya, sayangnya hanya merekam potret tersebut seadanya saja. Setting klub malam yang harusnya bisa dieksplorasi nyatanya justru disia-siakan. Kamera lebih banyak menyorot tokoh, enggak terlalu menyorot latar klub yang semestinya bisa memperkuat kesan “nakal” dari serial. 

Selain itu, latar rumah Jaka hingga saat ini terasa enggak wajar. Rumah Jaka dan pengambilan sudut gambarnya terasa mewah dan hangat. Ini sangat kontras dengan deskripsi karakter Jaka, seorang perjaka pas-pasan dengan banyak pinjaman online. Alih-alih memilih rumah petak sempit, indekos, atau rumah warisan yang enggak terurus, setting rumah lawas dengan nuansa klasik dan hangat malah justru dipilih.

Kamera pun terus-menerus menyorot tokoh secara medium shot dan seperti enggak mengeksplorasi latar dengan baik. Kondisi tersebut agak membuat kita déjà vu sama sinetron-sinetron di televisi yang terus-menerus melakukan fokus pada wajah tokoh, seolah latar enggak penting. 

Padahal, dalam karya, layaknya kehidupan nyata, latar terikat pada tokoh itu sendiri. Apalagi, dalam Open BO, para tokoh terikat dengan latar sebagai bagian dari identitas mereka: sebagai PSK, sebagai penghibur di klub, sebagai pria hidung belang, dan sebagai penulis yang membutuhkan uang.

Sayang banget Open BO enggak mengeksplorasi berbagai potensi yang sudah digenggam. Tokoh-tokoh kuat di awal cerita diabaikan demi masuknya banyak tokoh baru yang memberikan konflik-konflik receh.

                                                                      ***

Bagaimana pendapatmu tentang episode 6 ini? Tonton di Vidio dan ceritakan impresimu.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.