*Spoiler Alert: Review serial Open BO mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Serial Open BO sudah memasuki episode ke-5 dan ceritanya pun sudah memasuki berbagai macam konflik. Dibandingkan dengan promosinya, serial ini ternyata enggak sepanas yang dibayangkan oleh banyak orang. Adegan paling panas bahkan hanya ada di episode pertama, begitu pula kesan yang menyenangkan.
Permasalahan dari Open BO, yang sebetulnya dapat dibenahi adalah manajemen konflik dan karakter. Membawa bintang-bintang kelas A kawakan, seperti Wulan Guritno, Winky Wiryawan, hingga Ariyo Wahab, sebetulnya tidak ada masalah dari segi akting. Namun, masalah dari Open BO adalah terjebak formula lama sinetron Indonesia pada umumnya, yakni konflik yang terlalu dibuat-buat dan pilihan hidup tiap karakter yang kurang realistis.
Pada episode kali ini, masalah datang dari Vania, orang dari masa lalu Jaka. Vania adalah mantan kekasih Jaka saat SMA yang meninggalkannya 12 tahun yang lalu. Setelah bermasalah dengan sang suami dan bercerai, Vania mendatangi rumah Jaka dan gerak-geriknya seolah menginginkan belas kasihan dan perhatian dari Jaka.
Seperti yang dikatakan oleh Soleh, kebaikan Jaka memang merupakan jebakan bagi dirinya sendiri. Bicara soal Soleh, sebetulnya, karakter pembantu ini justru lebih layak mendapatkan apresiasi. Pembangunan karakternya bagus dan enggak berlebihan –sesuai pada tempatnya.
Dibandingkan dengan Abimanyu yang secara lisan disebut penjahat kelamin, Soleh tanpa perlu banyak deskripsi mudah dipahami seperti apa karakternya. Ia adalah playboy kelas teri yang ingin menjadi pria beken, tetapi cukup realistis memahami siapa dirinya.
Bahkan, dalam episode yang satu ini, ia adalah pihak yang paling waras dari semua karakter yang motivasinya lama-lama mengabur. Ia mampu menunjukkan posisinya sebagai sahabat sejati Jaka dengan cara yang agak pedas, tetapi jitu. Alih-alih merenungkan apa yang sahabatnya katakan soal dirinya yang susah berkata “tidak”, Jaka justru semakin menunjukkan pola perilaku yang membuat konflik semakin enggak jelas.
Review serial Open BO episode 5
Interaksi yang kurang alamiah
Setelah Vania datang ke rumah Jaka, Vania seolah meminta Jaka untuk bisa menemaninya. Jaka, yang masih mengenang Vania sebagai cinta pertama sedikit kesulitan untuk menolaknya. Premis seperti ini sebetulnya sah-sah saja digunakan, tetapi interaksi dan dialog antara Jaka dan Vania-lah yang merusak pembangunan cerita. Interaksi keduanya enggak seperti orang yang sudah berpisah selama dua belas tahun, tetapi seperti mantan kekasih yang baru break selama enam bulan kemudian bertemu lagi.
Ketidakdewasaan tokoh, dialog yang dangkal, membuat hubungan Jaka-Vania sulit untuk diresapi. Padahal, jika mau memasukkan unsur cinta pertama yang manis layaknya film First Love, Open BO bisa memulainya dari dialog dan interaksi yang lebih canggung dan agak berjarak, mengingat dua manusia yang dulunya pernah bersama, pasti mengalami perubahan karena pengalaman dan kedewasaan.
Durasi yang sempit ini semakin membuat pikiran penonton penuh sesak, karena belum selesai eksplorasi kisah antara Vania dan Jaka, konflik antara Jaka dan Ambar muncul lagi. Sayang sekali, seiring dengan berjalannya episode, tokoh Ambar enggak terlalu setia pada penokohan awalnya: sosok perempuan yang sexually liberated, mandiri, bitchy, sekaligus dewasa karena usia dan kondisi.
Semakin lama, Ambar bertingkah seperti remaja dengan pikiran yang pendek dan emosi yang meledak-ledak. Ini bukan Ambar yang kita kenal pada episode-episode awal. Bahkan, rasanya, Ambar secara magis berubah menjadi orang yang berbeda.
Interaksi lain yang kurang alami masih terjadi pada Ambar dan Abi. Ambar dan Abi digambarkan sebagai pasangan yang berselingkuh, tetapi, Ambar dan Abi masih belum menampakkan chemistry tersebut. Durasi setiap episode yang pendek sebetulnya masih bisa memunculkan chemistry tersebut. Sayangnya, episode terlalu penuh sesak oleh banyaknya karakter.
Selain Vania, ada tokoh baru lagi di dunia kerja Jaka yang menjadi saingannya. Tokoh ini nampaknya dimunculkan hanya untuk memperuncing konflik dan memberikan komedi. Padahal, tokoh bos Jaka saja sebetulnya sudah cukup untuk memberikannya. Sayang, tokoh ini enggak dieksplorasi dengan lebih dalam dan hanya tempelan semata.
Kisah dan eksplorasi yang kurang matang, cerita penuh sesak
Satu tantangan yang harus diperhatikan oleh serial platform video on demand adalah durasi yang singkat. Biasanya, satu episode hanya berdurasi 40 menit hingga 1 jam. Untuk itu, pembuatan karakter dan penokohannya sebaiknya dilakukan seefektif mungkin.
Tokoh-tokoh yang diperkenalkan pada episode awal sebetulnya sudah cukup untuk membuat banyak konflik. Sayang, serial ini malah memilih untuk memasukkan terlalu banyak karakter baru. Fokus penonton pun menjadi terpecah dan enggak tahu mana masalah utama, mana masalah yang hanya menjadi penghibur semata.
Mana masalah hutang Jaka? Kecurigaan Shafa atas profesi “haram” ibunya? Profesi AMbar yang high-risk? Semua seolah dilupakan karena serial ini terus membuat masalah-masalah baru tanpa membahas masalah lama dengan baik. Judul pun menjadi enggak relevan sama sekali dengan jalan cerita, karena Ambar sudah enggak kelihatan melakukan open bo lagi.
Layangan Putus bisa menjadi contoh bagaimana karakter yang enggak terlalu banyak mampu membuat serial menjadi menguras emosi dengan konflik yang jelas. Fokus serial tersebut hanya masalah suami-istri dan perselingkuhan, tetapi justru itu membuatnya menjadi lebih memorable. Open BO, yang harusnya bisa menajamkan konflik pada isu yang tabu, malah berlarian ke sana-sini, menempelkan konflik demi konflik enggak jelas yang membingungkan.
Siapa tokoh utamanya?
Sejatinya Ambar (Wulan Guritno) adalah tokoh utama dalam serial ini. Sementara itu, Jaka (Winky Wiryawan) adalah tokoh pembantu. Namun, lama-kelamaan porsi cerita Jaka jauh lebih banyak dan kompleks daripada porsi kisah Ambar. Bahkan, seolah-olah, serial membawa kita pada point of view Jaka.
Sosok Ambar hanya menjadi tempelan agar banyak orang mau menonton serial ini, berharap bahwa Wulan Guritno bisa memberikan banyak adegan 18+ seperti yang ada pada poster dan trailer. Sayangnya, yang terjadi justru serial ini menampilkan banyak konflik cheesy ala sinetron yang enggak jelas ke mana arahnya.
***
Ada begitu banyak hal yang perlu dibenahi dari episode ini, tetapi ada juga beberapa yang patut diapresiasi seperti porsi cerita Nuri, istri sah Abi, yang mulai banyak dieksplorasi. Intrik yang diberikan pada tokoh ini juga memancing penonton untuk menunggu episode selanjutnya.
Semoga pada episode berikutnya, kita enggak diganggu oleh kisah-kisah sampingan yang dangkal dan justru merusak inti cerita: kisah Ambar, perempuan yang memiliki kehidupan ganda sebagai ibu tunggal sekaligus PSK kelas atas. Nyawa tersebut sudah tergerus pada episode kali ini.