Ketika pertama kali diumumkan pada 2013, proyek Batman v Superman: Dawn of Justice (2016) menjadi proyek yang sangat dinanti-nantikan oleh penggemar film superhero. Soalnya, film ini bakal mempertemukan Batman dan Superman untuk pertama kalinya di film live action. Ditambah lagi, Dawn of Justice juga bakal menampilkan Wonder Woman yang belum pernah muncul di film live action.
Antusias penggemar terhadap Dawn of Justice berhasil membuat film ini untung besar dengan pendapatan 874 juta dolar (sekitar Rp12,8 triliun). Walau berhasil secara Box Office, Dawn of Justice malah dikritik habis-habisan hingga hanya mendapatkan skor 29% di Rotten Tomatoes. Skor tersebut bahkan lebih kecil dari skor Man of Steel (2013) yang mendapatkan skor 56% di Rotten Tomatoes.
Walau mendapatkan banyak penilaian negatif dari kritikus, Dawn of Justice juga mendapatkan penggemar fanatik yang menyukai tema gelap yang diangkat film ini. Tujuh tahun setelah perilisan Dawn of Justice, sutradara Zack Sndyer, lewat acara Full Circle, mengemukan pendapatnya tentang mengapa filmnya bisa mendapatkan reaksi terpecah dari kritikus maupun penggemar.
Dilansir The Direct, Sndyer berkata, “Saya merasa banyak orang pergi ke bioskop dengan pemikiran, ‘Oh, itu film perkelahian superhero, ‘kan? Mari bersenang-senang menonton filmnya!’ Kami malah memberi mereka semacam kehancuran besar, film superhero mitologis modern yang berlapis-lapis, yang mana harus ditonton secara saksama. Itu mungkin tidak keren untuk mereka dan bukan sesuatu yang mereka inginkan. Mereka seperti, ‘Apa? Film ini melelahkan. Mengapa mereka berkelahi di malam hari?’”
Kenyataannya setelah Batman v Superman: Dawn of Justice dirilis, Warner Bros. meminta Zack Snyder untuk mengurangi elemen gelap di Justice League (2017). Walau pada akhirnya, Snyder mundur di tengah proses produksi Justice League. Apa kamu setuju dengan pendapatnya Snyder? Jangan lupa ikuti terus KINCIR buat dapatin berbagai informasi seputar film lainnya, ya!