*Spoiler Alert: Review film The Fabelmans mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Steven Spielberg merupakan salah satu sutradara legendaris yang masih aktif menggarap film hingga saat ini. Setahun setelah merilis West Side Story (2021), Spielberg kembali merilis karya terbarunya yang diberi judul The Fabelmans. Berbeda dengan West Side Story yang bergenre drama musikal, The Fabelmans hadir sebagai film drama coming of age.
Selain menyutradarai, Spielberg juga menggarap naskah The Fabelmans bersama dengan Tony Kushner. Bersama Kushner, Spielberg mengerjakan naskah The Fabelmans selama akhir 2020, ketika masa lockdown akibat pandemi. Film drama ini dibintangi deretan aktor ternama, di antaranya Gabriel LaBelle, Michelle Williams, Paul Dano, Seth Rogen, dan aktor lainnya.
The Fabelmans bisa dibilang sebagai film semibiopik yang ceritanya diadaptasi dari kisah masa anak-anak dan remajanya Steven Spielberg. The Fabelmans disebut sebagai semibiopik karena ceritanya disampaikan melalui karakter fiksi bernama Sam Fabelman. Film drama ini berkisah tentang bagaimana Sam mengeksplorasi kekuatan film dalam membantunya menemukan kebenaran tentang orang di sekitarnya.
Review film The Fabelmans
Film personalnya Spielberg yang penuh dengan perjalanan emosi
Seperti yang telah dijelaskan di atas, The Fabelmans merupakan film semibiopik untuk kisah hidupnya Spielberg. Jadi, enggak semua hal yang kamu lihat di film drama ini merupakan representasi kehidupan Spielberg yang seutuhnya. Walau begitu, kamu tetap bisa merasakan bagaimana Spielberg memberikan sentuhan personalnya secara jujur ke dalam cerita The Fabelmans.
Lewat The Fabelmans, kita bisa merasakan bagaimana besarnya rasa cinta Spielberg kepada dunia film, lewat penggambaran sang karakter utama, yaitu Sam Fabelman. Filmnya bahkan dibuka dengan momen yang memperlihatkan bagaimana Sam pertama kali merasakan jatuh cinta kepada film, hingga akhirnya dia sadar bahwa membuat film adalah panggilan hidupnya, bukan hanya sekadar hobi.
Enggak hanya sekadar mengeksplorasi rasa cintanya Sam kepada dunia film, The Fabelmans juga mengangkat konflik keluarga serta kehidupan SMA-nya Sam yang dipenuhi perundungan karena status Yahudinya Sam. Bahkan lewat konflik keluarga dan kehidupan SMA-nya, Sam malah menemukan kekuatan film yang mampu mengungkapkan kebenaran di sekitarnya.
Denga durasi 2 jam 31 menit, The Fabelmans mampu membuat penonton merasa terhubung dengan kehidupannya Sam yang penuh dengan perjalanan emosi. Apalagi, konflik yang ditampilkan film drama ini terasa relate dengan kehidupan nyata, sehingga enggak sulit bagi penonton untuk merasa terhubung dengan kebahagiaan maupun rasa frustrasinya Sam.
Penampilan para aktor yang spektakuler
Enggak bisa dimungkiri bahwa penampilan para aktor The Fabelmans merupakan salah satu poin plus yang paling kuat dari film drama ini. Gabriel LaBelle, yang memerankan Sam, berhasil memerankan karakternya dengan sempurna. Aktingnya begitu memukau, apalagi ketika Sam sedang menyampaikan rasa frustrasinya kepada orang-orang di sekitarnya.
Selain penampilannya LaBelle yang mencuri perhatian, aktingnya Paul Dano dan Michelle Williams jelas enggak perlu diragukan. Dano dan Williams berperan sebagai orang tuanya Sam, yaitu Burt dan Mitzi Fabelman. Walau terlihat baik-baik saja di depan anak-anaknya, Burt dan Mitzi sebenarnya merupakan pasangan suami-istri yang bermasalah.
Penampilan Dano sebagai Burt berhasil membuat penonton bersimpati dengannya. Apalagi, Dano berhasil menampilkan ekspresi penuh kesedihan yang harus disembunyikan di depan istri dan anak-anaknya. Penampilan Williams sebagai Mitzi juga begitu baik, sehingga kamu bakal dibuat geregetan dengan keegoisannya sebagai seorang istri.
Film dengan alur slow pace yang membuat pembangunan ceritanya lebih terasa
Perlu diperhatikan lagi bahwa The Fabelmans mempunyai durasi sepanjang 2 jam 31 menit, yang jelas bukanlah film yang singkat. Durasi tersebut mungkin bakal menjadi masalah bagi beberapa orang karena film ini hadir dengan alur cerita yang pace-nya cukup lambat. Kamu yang kurang suka dengan film drama dengan pace lambat mungkin bakal kesulitan untuk menyelesaikan The Fabelmans.
Di sisi lain, penerapan alur dengan pace yang lambat pada The Fabelmans sebenarnya merupakan treatment yang tepat untuk film coming of age ini. Film drama ini berpusat pada kisah pendewasaan Sam, sebagai anak yang punya kecintaan besar pada dunia film. Dengan alur slow pace, penonton dibuat semakin memahami Sam.
Naik dan turunnya kehidupan Sam juga dibangun secara jelas lewat pace filmnya yang lambat. Pembangunan hubungan antara Sam dan orang-orang di sekitarnya, khususnya dengan kedua orang tuanya, juga tersampaikan dengan jelas dan rapi. Jika terbiasa menonton film dengan pace lambat, dijamin kamu bakal menikmati setiap detik cerita dari film drama ini.
***
The Fabelmans bisa dibilang sebagai surat cintanya Steven Spielberg kepada dunia perfilman. Spielberg menghadirkan kisah hidupnya, lewat karakter fiksi Sam Fabelman, dengan cara yang menghangatkan hati, menyenangkan, namun juga menampilkan sisi frustrasinya. Konflik yang ditampilkan juga membuat penonton merasa simpatik dengan kehidupannya Sam.
Setelah baca review film The Fabelmans, apakah kamu jadi tertarik menonton film drama coming of age ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang film ini, ya!