*Spoiler Alert: Review film The Contractor mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Chris Pine terakhir kali terlihat di film lewat penampilannya sebagai Steve Trevor di Wonder Woman 1984 (2020). Setelah itu, Pine sama sekali enggak tampil di film apa pun selama 2021. Kabar baiknya, kamu enggak perlu berlama-lama menunggu penampilan terbarunya Pine karena sang aktor comeback di 2022 lewat film berjudul The Contractor.
The Contractor disutradarai oleh Tarik Saleh, yang melakukan debut Hollywood-nya lewat film ini. Selain Pine, film dibintangi oleh Ben Foster, Gillian Jacobs, Eddie Marsan, dan Florian Munteanu, aktor yang sebelumnya tampil sebagai Razor Fist di Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings (2021). Faktanya, The Contractor ternyata sempat direncanakan rilis pada Desember 2021.
The Contractor berkisah tentang James Harper, seorang tentara Amerika Serikat yang dipaksa mundur karena kondisi kesehatannya. Padahal, James sedang membutuhkan uang untuk kebutuhan keluarganya. James kemudian diajak temannya untuk bergabung ke organisasi militer swasta yang memberikan gaji cukup besar. Apakah James mampu menyelesaikan misi dari tempat kerja barunya?
Review film The Contractor
Tampilkan perjuangan seorang veteran demi kelangsungan hidup keluarganya
Karakter yang diperankan oleh Chris Pine di film ini, yaitu James Harper, bisa dibilang sebagai family man. Kondisi lututnya padahal sudah tidak baik, tetapi dia memaksakan untuk tetap bertugas sebagai tentara demi kebutuhan hidup keluarganya. Walau pada akhirnya, James tetap disuruh mundur oleh atasannya karena kondisi fisiknya yang sudah tidak memungkinkan.
Tuntutan ekonomi inilah yang membuat James kenal dengan sebuah organisasi militer swasta yang menjanjikan lebih banyak uang. James bahkan nekat mengambil misi tanpa tahu apa tujuan sebenarnya dari misi yang dia kerjakan. Pergi menjalankan misi bersama temannya yang bernama Mike, James menemukan banyak kejanggalan dari misi yang dia jalani.
Plot yang ditampilkan The Contractor bisa dibilang bukan sesuatu yang baru dan cenderung klise untuk film aksi bertema tentara. Sudah plotnya tidak ada yang spesial, eh, skenarionya juga tidak digarap dengan baik. Ada beberapa adegan yang dipaksakan untuk membangun nuansa sentimental di film ini. Sayangnya, adegan tersebut sebenarnya enggak punya peran besar untuk jalan cerita filmnya.
Sebagai family man, James dibuat memiliki masa lalu yang kurang menyenangkan dengan ayahnya. Jadi, ada beberapa momen yang memperlihatkan flashback masa kecilnya James bersama ayahnya. Niatnya, sih, ingin membuat James sebagai karakter kompleks dengan masa lalu kurang bahagia, sehingga dia ingin menjadi ayah yang lebih baik untuk anaknya. Namun, adegan flashback tersebut enggak perlu ada karena film ini akhirnya lebih fokus pada bagaimana James menjalankan misinya.
Aksi tembak-tembakan yang terlalu kaku
Film aksi tentunya enggak akan lengkap tanpa adegan tembak-tembakan dan kejar-kejaran. Hal tersebut pastinya bakal kamu temukan juga di The Contractor. Namun untuk ukuran film aksi, adegan tembak-tembakan yang ditampilkan di The Contractor terlihat cukup kaku, cenderung konyol, dan sama sekali enggak memacu adrenalin penonton.
Salah satu adegan tembak-tembakan paling buruk di film ini adalah ketika aksi James dan timnya ketahuan oleh polisi Jerman di awal misi mereka. James dan timnya mengenakan topeng, ditambah lagi perpindahan kamera dari mereka ke para polisi terjadi begitu cepat. Sehingga, kamu mungkin bakal dibuat bingung, siapa, sih, dari timnya James yang sedang menembak dan yang ditumbangkan oleh polisi.
Lalu, adegan tembak-tembakan paling buruk lainnya malah ada di akhir, tepatnya pada klimaks film. Sebagai tentara, James dan Mike seharusnya paham dalam mencari momen yang tepat untuk memulai aksi tembak-tembakan. Namun, kedua karakter ini malah menembak dengan begitu sembrono dan seperti tidak punya skill. Adegan klimaks The Contractor pun jadi terasa “kentang”.
Klimaks kurang gereget dan tidak memorable
Selama menjalankan misi, James menemukan sebuah konspirasi jahat dari misi yang dia jalani. James merasa bahwa misi yang dia jalani diperintahkan oleh seseorang atau organisasi lebih tinggi yang ingin mencari keuntungan pribadi. Namun hingga akhir film, penonton enggak pernah dikasih tahu siapa dalang sesungguhnya yang membuat James dan rekannya masuk dalam misi yang berbahaya.
James dan Mike kemudian menumpahkan kekesalan mereka terhadap Rusty Jennings, sosok yang merekrut mereka untuk menjalankan misi. Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, James dan Mike menyergap kediamannya Rusty dengan begitu sembrono dan tanpa strategi, untuk ukuran seorang tentara berpengalaman.
Pada akhirnya, James dan Mike bisa membalaskan dendam mereka kepada Rusty. Namun, cara mereka mengalahkan Rusty terbilang terlalu mudah. Ditambah lagi, rahasia di balik konspirasi tentang misi yang mereka jalani pun tidak pernah terpecahkan. Malahan, penonton disajikan adegan sentimental lainnya yang lagi-lagi terasa dipaksakan untuk menutup film dengan keharuan.
***
Setelah tampil di Wonder Woman 1984 yang banjir kritikan, Chris Pine malah comeback di film yang sama sekali enggak berkesan. The Contractor bisa dibilang merupakan perwujudan kebingungan sutradara dan penulis naskah yang ingin membuat film aksi dengan bumbu sentimental. Sayangnya, baik elemen aksi dan elemen sentimentalnya tidak tereksekusi dengan baik.
Setelah baca review film The Contractor, apakah kamu jadi tertarik menonton film ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa tulis pendapat kamu pada kolom komentar, ya!