The Hunger Games

5 Hal yang Hilang dari Novel dalam Film The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes (2023) yang bisa saja mengganggu kalian yang belum menonton.

Bagi penggemar film bergenre distopia, seri The Hunger Games tentunya sudah enggak asing lagi. Trilogi orisinalnya yang dibintangi Jennifer Lawrence tersebut memang jadi salah satu film paling populer pada 2010-an. Film prekuel The Ballad of Songbirds and Snakes yang baru tayang 15 November 2023 ini bisa jadi obat rindu yang siap mengantarkan kita kembali ke era distopia tersebut. Film ini diadaptasi dari novel karya Suzanne Collins dan masih digarap oleh sutradara Catching Fire (2013) serta Mockingjay – Part 1 (2014) dan Part 2 (2015), Francis Lawrence.

Berlatar 64 tahun sebelum peristiwa Hunger Games milik Katniss Everdeen dan Peeta Mellark, The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes lebih berfokus pada kisah origin Presiden Snow. Sebagai murid yang ambisius, Coriolanus Snow (Tom Blyth) ditugaskan menjadi mentor untuk tribut Hunger Games dari Distrik 12, Lucy Gray Baird (Rachel Zegler). Dibumbui kisah cinta yang cukup ‘rumit’, film ini menampilkan perjalanan Snow hingga akhirnya menjadi pemimpin tiran kejam seperti yang kita tahu. Bagaimana dari awalnya Snow hidup susah dalam kemiskinan hingga ‘bangkit’ menjadi Presiden Panem. Snow Lands on Top!

Buat penonton yang juga membaca novelnya, film ini bisa dibilang cukup “setia”. Artinya, enggak banyak perubahan dalam adaptasinya menjadi film. Memang, Lawrence mengungkapkan bahwa sang penulis, Suzanne Collins terlibat langsung dalam proses produksi sehingga film ini tetap benar-benar mengacu pada bukunya. Namun, tentu saja detail-detail dalam buku setebal 500 halaman lebih ini enggak mungkin seluruhnya diangkat ke dalam film berdurasi 2 jam 37 menit ini.

Pada artikel bawah ini adalah daftar cerita dalam novel yang enggak sempat diceritakan dalam filmnya. Langsung saja simak!

5 Hal dalam Novel yang Enggak Diceritakan dalam Film The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes

1. Nasib Clemensia setelah digigit ular milik Dr. Gaul

The Hunger Games

Ketika dipanggil Dr. Gaul ke laboratoriumnya, Clemensia mengklaim bahwa dirinyalah yang menulis proposal terkait Hunger Games. Namun, seperti yang kita tahu, kenyataannya proposal itu ditulis sendiri oleh Snow. Karena itu, ketika tangannya masuk ke dalam tabung berisi ular ciptaan Dr. Gaul untuk mengambil proposal tersebut, Clemensia langsung digigit dan pingsan. Ular tersebut enggak mengenali “bau” tangan Clemensia karena memang proposal tersebut ditulis oleh Snow.

Dalam filmnya, kita enggak diceritakan bagaimana nasib Clemensia setelah pingsan digigit ular. Dalam bukunya, Clemensia selamat dari gigitan tersebut, tetapi dia enggak sama lagi seperti dulu. Ketika dirawat di rumah sakit, Snow sempat mengunjunginya dan melihat bahwa mata Clemensia itu berubah jadi kuning dan lidahnya sering menjulur layaknya ular. Enggak hanya itu, dia juga memiliki sisik ular yang berwarna pelangi di tubuhnya. Sikapnya pun berubah jadi lebih dingin terhadap orang-orang yang ditemuinya.

2. Kematian beberapa tribut yang berbeda dengan bukunya

Pertama, Dill yang tewas dalam The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes karena meminum air yang sudah diracuni Lucy Gray. Dalam bukunya, Dill meninggal memang karena tuberkulosis yang sudah dia idap sebelum terpilih menjadi tribut. Kematian Dill versi film ini sebenarnya merupakan kematian Wovey dalam bukunya, yaitu keracunan akibat meminum air yang terkontaminasi racun tikus. Namun, dalam film Wovey meninggal karena diserang ular Dr. Gaul.

Selain Dill dan Wovey, kematian Reaper juga berbeda. Dalam filmnya, Reaper seakan-akan menerima nasibnya begitu saja dan langsung tewas diserang ular-ular Dr. Gaul. Namun, dalam bukunya, Reaper sebenarnya selamat dari serangan ular tersebut dan sempat melawan Lucy Gray sebagai satu-satunya tribut yang masih selamat. Reaper pun pada akhirnya tewas karena sebelumnya telah terkena rabies dan sempat meminum genangan dari air yang Lucy racuni.

3. Surat dari Tigris dan Snow yang sempat memikirkan untuk bunuh diri di Distrik 12

Perjalanan Snow di Distrik 12 versi filmnya cukup dipersingkat dari cerita asli dalam novelnya. Di film, Snow langsung bertemu dengan Sejanus di kereta untuk bersama-sama “mengabdi” sebagai prajurit di Distrik 12. Terpisah dari keluarganya, Snow hanya mendapat kabar singkat via telepon dengan Tigris yang mengatakan bahwa mereka diusir dari rumah dan harus cari tempat tinggal lain.

Nah, dalam bukunya, Snow enggak langsung bertemu dengan Sejanus. Jadi, Snow benar-benar sendirian dan pikirannya kacau. Dia mendapat surat dari Tigris yang mengabarkan keadaannya dan sang nenek yang sebenarnya enggak baik-baik saja. Merasa keluarga Snow mulai terpuruk dan martabatnya direndahkan, Snow pun mulai berpikir bahwa hidupnya sudah enggak ada gunanya lagi. Terlebih, kini dirinya dihukum untuk menjadi prajurit rendahan selama dua puluh tahun di distrik. Snow akhirnya sempat memikirkan untuk bunuh diri, tetapi akhirnya enggak jadi setelah Sejanus juga datang ke Distrik 12 menjadi prajurit.

4. Lucy Gray yang hadir di “The Hanging Tree” saat Sejanus dieksekusi

Lagu “The Hanging Tree” sebagai simbol pemberontakan oleh Katniss ternyata awalnya berasal dari Lucy Gray. Dalam bukunya, Lucy ikut hadir ketika Sejanus dieksekusi akibat Snow yang sebenarnya berkhianat. Sejanus dihukum mati dengan cara digantung di pohon bersama dengan warga lain yang dianggap bersalah karena ingin kabur dari distrik.

Lucy yang hadir saat itu pun pada akhirnya menciptakan lagu “The Hanging Tree” tersebut. Dalam The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes, kita enggak melihat bahwa Lucy Gray hadir ketika Sejanus dieksekusi. Jadi, enggak begitu jelas konteks bagaimana Lucy tiba-tiba menciptakan dan menyanyikan lagu tersebut untuk Snow.

5. Snow yang jadi ahli waris Plinth dan memanggil ibu Sejanus dengan panggilan “Ma”

Seperti yang ditunjukkan dalam filmnya, Snow pun akhirnya kembali ke Capitol dan bahkan menjadi ahli waris keluarga Plinth hanya karena dirinya adalah teman Sejanus. Dia pun tinggal di rumah keluarga Plinth dan dalam bukunya bahkan memanggil ibu Sejanus dengan panggilan “Ma”.

Meski enggak ditampilkan dalam filmnya, detail kecil ini sebenarnya bisa menambah kesan ‘bejatnya’ Snow. Setelah mengkhianati dan akhirnya membuat Sejanus digantung mati, dia masih berpura-pura polos dan enggak bersalah. Snow merenggut hidup Sejanus dan kini dia menikmati harta keluarganya yang bahkan menganggap dirinya sebagai anak sendiri.

***

Sebenarnya, selain lima poin di atas, masih banyak lagi detail-detail kecil yang enggak diceritakan dalam filmnya. Tentu, buku sepanjang lima ratus halaman ini enggak bisa dimuat semuanya ke dalam film yang hanya berdurasi sekitar dua setengah jam. Nah, di antara daftar tersebut, adegan manakah yang sebenarnya kamu ingin untuk masuk ke dalam filmnya? Bagikan pada kolom komentar, ya! Jangan lupa ikuti KINCIR buat dapatin informasi menarik seputar film atau serial lainnya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.