Lily Gladstone adalah sesungguh-sungguhnya gambaran dari kita sebagai bagian dari industri film. Ia punya mimpi besar untuk menaklukkan industri namun pada akhirnya harus berhadapan dengan pahitnya realita.
Setelah diganjar pujian bertubi-tubi dan rentetan penghargaan atas penampilannya yang memukau di film Certain Women karya Kelly Reichardt di tahun 2016, Lily bermimpi bahwa kali ini ia akan menggapai mimpinya; berada di puncak rantai makanan industri. Tapi apa yang terjadi? Tak banyak panggilan kasting mendatanginya, sutradara tak serta merta antre untuk mengajaknya berperan di film mereka.
Seakan belum cukup, Lily kembali harus berhadapan dengan realita: paman dan ibunya yang mengidap demensia butuh pertolongan dan ia menjadi satu-satunya pihak keluarga yang paling memungkinkan untuk mengurus mereka. Maka Lily melemparkan mimpinya ke tanah. Ia tak berani lagi bermimpi bahkan berharap industri masih menginginkannya.
Sosoknya yang khas sebagai perempuan Indian mungkin memang membuat peran untuknya menjadi terbatas. Bahkan sangat terbatas. Hingga 3 tahun kemudian, harapan itu datang lagi. Kali ini sebuah panggilan kasting dari sutradara auteur, Martin Scorsese. Siapa yang berani bermimpi bisa bermain di film karya sutradara sekelas Martin?
Sayangnya, lagi-lagi semesta menguji Lily. Pandemi datang dan membuat apapun yang bergerak di atas permukaan bumi berhenti sejenak. Ritme kehidupan melambat dan Lily pun akhirnya hampir tak punya harapan lagi. Ia bahkan sudah bersiap memutar arah hidupnya: kembali menjalani hidup sebagai perempuan biasa yang jauh dari sorotan kamera.
Tapi takdir berkata lain. Setelah serangkaian badai menerjang hidupnya, di tahun 2023 Lily seperti terlahir kembali dan tampil cemerlang berdampingan dengan aktor kaliber, Leonardo DiCaprio.
Pada pertengahan Maret mendatang, kita akan melihat apakah Lily akan menjadi perempuan Indian pertama yang membawa pulang Piala Oscar? Ia pun menjadi salah satu alasan bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun paling menarik dalam sejarah penyelenggaraan Academy Awards yang telah diselenggarakan sebanyak 96 kali sejak penyelenggaraan perdana pada 16 Mei 1929.
Akankah Lily Gladstone menjadi perempuan Indian pertama yang beroleh Oscar?
Berperan sebagai perempuan dari suku Osage yang beroleh limpahan rezeki berkat minyak bumi tak serta merta membuat Lily mudah menjiwai perannya sebagai Mollie Burkhart. Kita yang beruntung menyaksikan Killers of the Flower Moon di layar besar tentu sepakat bahwa Lily menguasai layar dengan karisma, bahkan ketika hanya menatap dan dalam sikap diam.
Lily tak pernah membuat karakter yang diperankannya menjadi over-dramatic meski ia bisa saja mendekatinya dengan cara sedemikian. Maka kita melihat di tubuh Lily, sosok Mollie hidup sebagai perempuan Indian yang percaya bahwa sesuatu yang jahat tengah terjadi di sekelilingnya dan ia mencoba berkelit dari takdir untuk menjadi korban.
Tapi banyak dari kita yang mungkin belum tahu bahwa Lily memang belajar akting secara serius. Di tahun 2008, ia bahkan beroleh gelar Bachelor of Fine Arts di bidang akting/penyutradaraan dari Universitas Montana. Bisa jadi berkat keilmuan yang diperolehnya dari bangku kuliah dipadu dengan pengalaman otentiknya sebagai perempuan Indian membuat Lily sukses meniupkan ruh ke tubuh Mollie. Lily menjadi perempuan Indian keempat yang menjebol nomine Best Actress Oscar setelah Merle Oberon di tahun 1935, Keisha Castle-Hughes di tahun 2003 dan Yalitza Aparicio di tahun 2018.
Dan yang paling menarik dari Academy Awards tahun ini di mana Lily menjadi perempuan Indian Amerika pertama yang sukses masuk dalam daftar nomine Best Actress. Media seprestisius Variety dan New York Times juga memfavoritkan Lily untuk membawa pulang piala Oscar meski masih ada peluang baginya untuk dijegal oleh Emma Stone yang juga bermain luar biasa di Poor Things. Sejauh ini Lily telah membawa pulang piala dari Golden Globes dan National Board of Review.
Film super laris kembali unjuk gigi di panggung Oscar
Sudah cukup lama film-film super laris “menghilang” dari panggung Oscar. Terakhir kali hal tersebut terjadi 20 tahun silam saat Lord of the Rings: Return of the King memboyong 11 piala Oscar setelahnya. Everything Everywhere All At Once yang memboyong predikat Film Terbaik tahun lalu meski terhitung laris [beroleh lebih dari 100 juta dollar dari peredaran seluruh dunia] namun tak bisa dibandingkan dengan film-film super laris sekelas trilogi Lord of the Rings.
Barulah tahun ini fenomena itu kembali dengan dua film super laris yang juga dipuji mutunya oleh para kritikus. Karya terbaru sutradara auteur, Christopher Nolan, Oppenheimer menjadi film terbanyak mengoleksi nomine Oscar tahun ini. Film yang diproduksi dengan biaya “cuma” USD 100 juta tersebut beroleh USD 955 juta dari peredarannya di seluruh dunia. Siapa yang bisa menyangka film berdurasi 3 jam yang membahas seputar Bapak Bom Atom, Robert J Oppenheimer, bisa begitu dicintai oleh penikmat film?
Hal menarik lainnya, karena meski beredar di hari yang sama dengan Oppenheimer, Barbie juga beroleh keplokan meriah kritikus sekaligus perolehan box office tak terbayangkan. Film yang disutradarai Greta Gerwig tersebut dan diproduksi dengan biaya yang juga “cuma” 100 juta dollar bisa beroleh hingga 1,4 milyar dollar dari peredaran seluruh dunia dan memasukkan Barbie ke Klub Elit Film 1 Milyar Dollar. Di Academy Awards sendiri, Barbie juga diunggulkan di 8 kategori termasuk Film Terbaik. Begitupun banyak pihak yang menyayangkan tak masuknya Greta Gerwig dan Margot Robbie dalam daftar nomine Sutradara dan Aktris Utama Terbaik.
Maka tahun ini banyak pihak yang memprediksi rating Academy Awards yang cenderung merosot dari tahun ke tahun akan kembali meroket berkat popularitas dari film-film kontestannya yang juga termasuk didalamnya Killers of the Flower Moon.
Tiga nomine film terbaik disutradarai perempuan
Sepanjang sejarah penyelenggaraan Academy Awards, belum pernah terjadi tiga nomine Film Terbaik disutradarai perempuan. Sejarah tercipta tahun ini dengan masuknya Barbie [Greta Gerwig], Past Lives [Celine Song] dan Anatomy of a Fall ke dalam daftar nomine Best Picture.
Sebelumnya hanya pernah terjadi 2 judul film yang disutradarai perempuan menjebol nomine Film Terbaik. Peristiwa tersebut terjadi hingga 4 kali masing-masing di tahun 2009 dengan film The Hurt Locker [Kathryn Bigelow] dan An Education [Lone Scherfig], di tahun 2010 dengan film The Kids Are All Right [Lisa Cholodenko] dan Winter’s Bone [Debra Granik], di tahun 2020 dengan film Promising Young Woman [Emerald Fennell] dan Nomadland [Chloe Zhao] dan di tahun 2021 dengan film The Power of the Dog [Jane Campion] dan CODA [Sian Heder].
Catatan sejarah dari Academy Awards tahun ini bahwa 7 dari 10 nomine Best Picture diproduseri oleh perempuan. Selain Emma Stone [Poor Things] dan Margot Robbie [Barbie] yang juga memproduseri sendiri filmnya, produser perempuan lainnya adalah Emma Thomas [Oppenheimer], Marie-Ange Luciani [Anatomy of a Fall], Amy Durning dan Kristie Macosko Krieger [Maestro], Ewa Puszczynska [The Zone of Interest] dan Pamela Koffler dan Christine Vachon [Past Lives].
Emma Stone jadi perempuan kedua beroleh nomine ganda sebagai produser dan aktris terbaik
Saat pandemi tengah menerjang seluruh dunia, Frances McDormand malah membuat sejarah di panggung Oscar. Di penyelenggaraan Academy Awards ke-93 di tahun 2021, ia membawa pulang 2 Piala Oscar sekaligus sebagai Aktris Terbaik dan Film Terbaik untuk Nomadland. Frances berbagi Piala Oscar untuk Film Terbaik atas predikatnya sebagai produser bersama 4 rekan produser lainnya di film tersebut.
Sebelum Nomadland, Frances memang dikenal sebagai aktris tangguh dan terhitung cukup selektif memilih peran. Ia cerdik memilih peran-peran ganjil yang selalu bisa dimainkannya dengan menarik termasuk di film Fargo [1997] dan Three Billboards Outside Ebbing, Missiouri [2018] yang memberinya dua piala Oscar. Sepanjang karirnya ia telah dinominasikan sebanyak 7 kali di panggung Oscar termasuk 2 kali sebagai produser.
Tahun ini Emma Stone mencoba mengulang apa yang sudah dibuka jalurnya oleh Frances. Emma beroleh nomine Best Actress dan Best Picture lewat film karya Yorgos Lanthimos, Poor Things. Namun peluang Emma memang cukup berat. Di kategori Best Actress, kemungkinan besar ia akan dijegal oleh Lily Gladstone yang menjadi favorit sementara di kategori Best Picture, Poor Things juga berhadapan dengan lawan super tangguh, Oppenheimer.
Sejarah selayaknya bisa terjadi jika saja Margot Robbie lolos ke daftar nomine Best Actress. Dan Academy Awards akan punya 2 aktris yang lolos di kategori sekaligus di tahun yang sama melalui film yang sama. Sebuah sejarah yang mungkin sulit diulangi dalam 1 dekade sekalipun.
Martin Scorsese jadi nomine sutradara tertua
Tak ada yang instan di industri film Hollywood. Sutradara auteur, Martin Scorsese, bahkan baru beroleh nomine pertamanya sebagai Best Director di Academy Awards ketika usianya menginjak 39 tahun. Talenta Martin diakui pertama kali di tahun 1981 melalui film Raging Bull. Ia baru beroleh piala Oscar pertamanya sebagai Sutradara Terbaik di tahun 2007 melalui film The Departed saat usianya telah mencapai angka 65 tahun.
Sejauh ini Martin telah mengoleksi 10 nomine Oscar sebagai Best Director dan telah menyamai pencapaian Steven Spielberg. Jika berusia panjang, Martin potensial melampaui rekor yang ditorehkan William Wyler yang beroleh 12 kali nomine.
Begitupun Martin mencatat rekor baru sebagai sutradara tertua yang dinominasikan beroleh piala Oscar. Di usianya ke-81 tahun, Martin menjadi favorit berkat film Killers of the Flower Moon yang dipuja-puji kritikus dari seluruh dunia. Martin “menumbangkan” rekor sutradara tertua yang sebelumnya dipegang oleh John Huston yang berusia 79 tahun saat dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik di tahun 1986 melalui film Prizzi’s Honor.
Seandainya saja Hayao Miyazaki juga beroleh nomine sebagai Sutradara Terbaik untuk film The Boy and the Heron, maka Hayao-lah yang beroleh predikat nomine sutradara tertua sepanjang sejarah Academy Awards. Tahun ini The Boy and the Heron menjebol kategori Best Animated Feature.
John Williams memecahkan rekornya sendiri sebagai peraih nomine Oscar terbanyak
Di usianya yang ke-92 tahun, komposer John Williams kembali memecahkan rekornya sendiri sebagai manusia yang paling sering dinominasikan sepanjang sejarah penyelenggaraan Academy Awards. Hingga tahun ini, John mengoleksi nomine-nya yang ke-54 melalui film Indiana Jones and the Dial of Destiny.
Sepanjang kariernya yang terentang panjang, John telah membawa pulang 5 Piala Oscar masing-masing untuk film Fiddler on the Roof [1974], Jaws [1976], Star Wars [1978], E.T. The Extra-Terrestrial [1983] dan Schindler’s List [1994]. John juga mengoleksi 2 piala Emmy, 3 piala Golden Globes dan 25 piala Grammy. Susah sekali untuk menandingi pencapaian John bahkan dalam satu abad mendatang.
Sesama komposer sekaligus pencipta lagu, Diane Warren, juga memecahkan rekornya sendiri beroleh nomine terbanyak di kategori Best Original Song. Melalui lagu The Fire Inside yang menghiasi film Flamin’ Hot, Diane mencatat rekor beroleh 15 kali nomine di kategori yang sama. Begitupun Diane tak seberuntung John. Hingga hari ini, Diane belum pernah sekalipun membawa pulang piala Oscar.
Sejarah-sejarah lainnya yang juga tercipta tahun ini di Academy Awards diantaranya Steven Spielberg yang beroleh nomine sebanyak 13 kali untuk kategori Best Picture, tahun ini Spielberg masuk sebagai salah satu produser untuk film Maestro.
Sementara itu Justine Triet menjebol rekor sebagai sutradara Prancis perempuan pertama yang dinominasikan di kategori Best Director untuk film Anatomy of a Fall. Justine juga menjadi perempuan ke-8 yang dinominasikan beroleh piala Oscar dalam sejarah Academy Awards selama 96 tahun.
Dengan sejarah-sejarah menarik yang tercipta tahun ini tak pelak lagi menjadikan tahun 2024 menjadi tahun paling menarik dalam sejarah penyelenggaraan Academy Awards. Kita tinggal tunggu saja apakah sejarah-sejarah baru juga akan tercipta pada penyelenggaraan Oscar yang diadakan pada 11 Maret 2024 mendatang.