Mendapatkan piala Oscar di Academy Awards tentu adalah kebanggaan bagi banyak aktor, sutradara, dan segenap pekerja film lainnya. Di Hollywood, Oscar adalah penghargaan tertinggi yang menandakan bahwa pihak atau karya yang bersangkutan berkualitas tinggi dalam dunia perfilman. Namun, di balik megah dan bergengsinya penghargaan Oscar, ada urban legend yang terkenal dan masih dipercayai oleh masyarakat: adanya kutukan Oscar.
Entah kebetulan, cocoklogi, atau memang ada faktor-faktor yang mengikuti, ada banyak pekerja seni yang terkena sial setelah mereka menerima Oscar. Seperti apa kesialan tersebut dan adakah alasan logisnya? Yuk, cari tahu di sini.
Kutukan Oscar yang menghantui pemenangnya, mitos atau fakta?
Hubungan Kandas Setelah Menerima Piala Oscar
Prestasi dapat, tetapi hubungan kandas. Itulah hal yang banyak dialami oleh para aktor setelah mereka menerima Oscar. Contohnya, Jennifer Lawrence yang putus dari Nicholas Hoult setelah menerima Oscar sebagai aktris terbaik dengan perannya dalam Silver Lining Playbook (2012). Bukan hanya pacaran, ada pula yang bercerai setelah menerima penghargaan ini.
Kate Winslet dan Sam Mendes, misalnya, bercerai setahun setelah Winslet meraih Oscar lewat The Reader (2009). Kemudian ada Reese Witherspoon dan Ryan Phillippe yang bercerai pada 2007 satu tahun setelah Witherspoon mendapat Oscar atas perannya di Walk The Line. Masih ada banyak aktor yang mendapatkan kutukan Oscar ini seperti Julia Roberts misalnya, sehingga banyak orang yang meyakini kalau piala tersebut benar-benar widow maker, terutama bagi para aktris.
Kutukan yang Nyata Secara Statistik
Tahukah kamu? Pernah ada penelitian dari University of Toronto’s Rotman School of Management and Carnegie Mellon University tentang pernikahan para penerima Oscar dari 1936 hingga 2010. Pada akhirnya, hasil penelitian tersebut menyebutkan kalau ada sampai 60% pemenang aktris terbaik berakhir dengan perpisahan atau perceraian usai mereka mendapatkan piala dari ajang bergengsi tersebut!
Dilansir dari CNN, Shannon Fox, penulis buku Last One Down the Aisle Wins sekaligus penasihat percintaan menyebutkan bahwa hal itu ada korelasinya dengan durasi waktu pembuatan film. Film-film berkualitas yang membawa mereka ke Academy Awards sebagai pemenang ini biasanya dibuat dalam waktu lama. Hal ini bisa menyebabkan jarak pada hubungan para aktris dan memunculkan banyak masalah baru. Pada akhirnya, para aktor dan aktris ini pun bermasalah secara komunikasi atau bahkan “jauhnya” jarak mereka ini menyebabkan mereka menyadari banyak masalah yang terpendam.
Kemudian, momen penerimaan Oscar itu cuma puncaknya aja. Mengapa kebanyakan terjadi pada aktris? Fox menyebutkan bahwa mindernya sang pasangan, setelah hubungan itu bermasalah bisa menyebabkannya. Problem juga bisa muncul di diri para aktris yang merasa “di atas angin” dan mungkin merasa bahwa hubungan ini enggak penting setelah mereka mendapatkan sorotan.
Karier yang Merosot Setelah Menerima Oscar
Mendapatkan penghargaan di ajang paling bergengsi di Amerika Serikat mungkin bisa menjadi sesuatu yang membanggakan dan menjadi jalan bagi para aktor untuk meraih jalan yang lebih gemilang di dunia perfilman. Namun, bagaimana jika peraihan Oscar ini ternyata justru meredupkan karier mereka? Inilah salah satu poin yang suka disebut-sebut dalam legenda urban kutukan Oscar!
Kutukan Oscar ini bermula dari aktris Luise Rainer yang berturut-turut memenangkan The Great Ziegfeld (1937) dan The Good Earth (1938) sebagai aktris terbaik. Apakah setelah itu ia memiliki jalan yang mulus di Hollywood? Nyatanya enggak. Pada saat itu, Rainer “menyalahkan” Oscar sebagai penyebab kariernya yang meredup, dan di sinilah isu kutukan karier Oscar bermula. Beberapa dekade kemudian, ada Cuba Gooding Jr. yang meraih penghargaan aktor terbaik buat Jerry Maguire, Adrien Brody yang juga memenangkannya untuk The Pianist, dan Halle Berry yang memenangkan aktris terbaik untuk Monster Ball. Kesamaan dari ketiganya adalah, karier mereka menurun setelah mendapatkan Oscar.
Kutukan Karier yang Dipatahkan Statistik
Terkait kutukan karier, banyak yang menganggap kalau ini terjadi akibat hal yang enggak bisa dijelaskan oleh nalar manusia. Namun, banyak juga kritikus dan pengamat yang beranggapan realistis dan mengatakan bahwa Oscar adalah puncak dari karier, sehingga setelah mendapatkan Oscar, tentu enggak ada puncak lain yang harus diraih.
Selain itu, ada pula yang beranggapan kalau Oscar yang didapatkan para aktor ini membuat mereka menerapkan standar tinggi buat diri mereka, sehingga itu menjadi salah satu pemicu lambannya karier mereka setelahnya.
Lagipula, dilansir dari IDN Times, Organization Science, sebuah jurnal yang diterbitkan tahun 2015, justru mengeluarkan kesimpulan kalau lebih banyak aktor yang kariernya moncer setelah mendapatkan Oscar daripada mereka yang kariernya mandek.
Pemeran LGBT Lebih Mudah Mendapatkan Oscar Dibandingkan Pemeran Heteroseksual
Pemenang Oscar, dari kategori apa pun, selalu sulit untuk “ditebak”. Namun, belakangan, ada mitos yang mengatakan bahwa akan lebih mudah bagi aktor atau pun aktris untuk mendapatkan Piala Oscar jika mereka memerankan tokoh LGBT. Contohnya, William Hurt yang menjadi gay di Kiss of The Spider, Mahersala Ali untuk Moonlighting, dan Rami Malek untuk Bohemian Rhapsody.
Isu ini menjadi “kutukan” bagi aktor-aktor lain yang memerankan non-LGBT jika disandingkan dengan pemeran yang memainkan tokoh LGBT. Apalagi, pada tahun 2017, ada insiden salah sebut judul film terbaik, di mana La La Land, yang sempat disebut sebagai film terbaik, ternyata kalah dari Moonlight, film tentang LGBT.
Hal ini barangkali memang ada kaitannya dengan komite akademi yang pengin sekali merangkul kaum marjinal, apalagi dengan adanya anggapan kalau sudah sejak lama, komite Oscar diisi lebih banyak oleh kaum lelaki Anglo Saxon. Namun, tentu saja faktanya lebih banyak aktor dan aktris yang memerankan karakter heteroseksual dan memenangkan Oscar, dibandingkan aktor dan aktris yang memerankan karakter LGBT.
Nah, itulah berbagai urban legend alias kutukan Oscar yang dipercayai banyak orang. Apakah menurutmu kutukan itu ada atau hanya sekadar cocoklogi semata?