Sosok James Gunn adalah solusi yang akan membenahi DC sampai ke universe-nya!
Enggak bisa dimungkiri, DC dan Marvel menjadi dua komik superhero terbesar dan terpopuler saat ini. Sebagian besar karakter pahlawan dan penjahat ikonis yang kita tahu pun memang berasal dari kedua komik tersebut.
Namun, semesta DC dan Marvel dalam dunia perfilman cukup berbeda. Sejauh ini, sejumlah proyek DC Studios cukup sering mengalami kegagalan dan semesta yang dibangun pun jadi terkesan lebih berantakan.
Hal ini tentunya sangat disayangkan oleh para penggemar karena sebenarnya karakter-karakter dalam komik DC begitu menarik. Oleh karena itu, DC menerapkan sejumlah perubahan, salah satunya dengan menjadikan James Gunn sebagai salah satu kepala DC Studios di Warner Bros.
Sutradara yang meroket sejak menggarap seri film Guardians of the Galaxy dari MCU ini memang punya ciri khas khusus yang bikin film-filmnya menarik. Meski sempat mengambil beberapa keputusan kontroversial yang mengecewakan penggemar DC, banyak penonton yang menaruh harapan bahwa Gunn bakal jadi sosok yang siap membenahi semesta DC.
Langsung saja, simak deretan fakta menarik mengenai James Gunn di bawah ini!
Profil James Gunn, sutradara DC harapan penggemar
Pencinta hewan yang gemar baca komik sejak kecil
James Gunn terkenal dengan karya populernya yang merupakan adaptasi komik, seperti Guardians of the Galaxy dan The Suicide Squad. Hal ini enggak mengherankan karena sang sutradara memang ternyata merupakan penggemar komik sejak kecil. Pria yang lahir di St. Louis, Missouri, Amerika Serikat pada 5 Agustus 1966 ini mengaku menghabiskan banyak waktu di masa kecilnya dengan membaca berbagai komik bersama saudaranya, Sean Gunn yang juga terlibat sebagai aktor dalam film Guardians of the Galaxy. Gunn juga merupakan seorang pencinta hewan. Kecintaannya ini pun tampak melalui karya-karya filmnya yang kebanyakan selalu memiliki karakter hewan.
Gunn membuat film pendek pertamanya ketika berusia 12 tahun
Meski ayah dan ibunya berprofesi sebagai pengacara, James Gunn dan keempat saudara laki-lakinya sama sekali enggak ada yang mengikuti jejak orang tua mereka. Kelimanya justru terlibat dalam dunia hiburan hingga saat ini. Pria kelahiran Missouri, Amerika ini memang sudah terlihat kegemarannya dalam membuat film sejak usia kecil. Ketika baru berusia dua belas tahun, Gunn sudah membuat film pendek bertema zombie.
Sejak itu, kecintaannya dalam dunia perfilman semakin berkembang. Hal ini pun mendorongnya untuk mengambil kuliah jurusan seni dan lulus dengan menerima gelar Master of Fine Arts dari Universitas Columbia pada 1995. Enggak hanya sutradara, James Gunn pun pernah jadi penulis naskah hingga menjadi produser. Jika dilihat dari karya-karyanya selama ini, genre horor dan aksi-superhero menjadi genre andalan sang sutradara.
Film besar pertama yang ditulisnya adalah Scooby-Doo 2: Monsters Unleashed (2004)
Gunn mulai aktif terjun ke dalam dunia film profesional ketika bergabung dengan Troma Entertainment, sebuah rumah produksi indie di Amerika pada tahun 1990-an. Di situ, pria yang kini berusia 56 tahun ini belajar banyak hal tentang dunia hiburan. Mulai dari menulis naskah, memproduksi film, mencari lokasi, mengarahkan para aktor dan aktris, mendistribusikan film, hingga membuat karya posternya sendiri.
Debut Gunn pertama sebagai penulis naskah untuk film Hollywood yang cukup besar adalah sekuel Scooby-Doo 2: Monster Unleashed (2004). Film horor-komedi ikonis tersebut pun sukses menjadi salah satu film terlaris pada 2004, meski sebenarnya enggak mendapat rating yang cukup tinggi dari para kritikus.
Di minggu yang sama, film remake dari Dawn of the Dead yang dia tulis juga menjadi film terlaris. Gunn pun menjadi penulis naskah pertama yang berhasil memiliki dua film di puncak Box Office dalam beberapa minggu berturut-turut.
Debut sebagai sutradara pada 2006 melalui film horor Slither yang sukses memenangkan sejumlah penghargaan
Setelah sukses menjadi penulis naskah, Gunn debut sebagai sutradara ketika menggarap film fiksi sains dengan sentuhan horor-komedi Slither (2006). Film ini berkisah tentang kehidupan di sebuah kota kecil yang dijajah oleh parasit makhluk luar angkasa yang jahat.
Slither mendapat kritikan positif terkait premis ceritanya dan suasana lucu sekaligus ngeri yang bisa dikombinasikan dengan baik oleh Gunn. Enggak hanya itu, performa para aktor dan aktrisnya pun turut dapat pujian. Slither pada akhirnya masuk ke dalam daftar 50 film horor dengan ulasan terbaik versi Rotten Tomatoes. Film pertamanya tersebut juga mengantarkan Gunn untuk meraih dua penghargaan bergengsi, salah satunya adalah Saturn Award pada 2007.
Sayangnya, film ini gagal di pasaran karena hanya mendapat keuntungan 12 juta dolar dari bujet aslinya 15 juta dolar. Walaupun begitu, Gunn tentunya enggak menyerah. Dia tetap berkarya, meski di tahun-tahun awalnya sebagai sutradara dia enggak mendapat bujet yang besar.
Menginspirasi banyak pembuat film dengan bujet yang rendah
Memang, sejak awal Gunn terinspirasi oleh film-film indie dengan bujet yang rendah, seperti Night of the Living Dead (1968) dan Friday the 13th (1980). Menurutnya, sangat menarik melihat bagaimana para sutradara tersebut menunjukkan kreativitas yang luar biasa meski dibatasi oleh bujet dan sumber daya yang pas-pasan.
Gunn berprinsip bahwa memaksimalkan potensi para aktor dan aktris dengan naskah yang bagus adalah hal terpenting dalam membuat sebuah film. Setelah sukses dengan beberapa film horornya, Gunn pun juga menjadi inspirasi bagi banyak pembuat film, khususnya film indie dengan bujet yang rendah.
Kecintaannya pada musik memengaruhi pendekatan serta gaya menyutradarainya
Salah satu elemen paling unik dan terasa khas dari film-film garapan James Gunn adalah soundtrack-nya. Gunn memang seorang pencinta musik. Pada 1989, dia membentuk sebuah grup band “The Icons” dan menjadi vokalisnya.
Beberapa lagu dari band tersebut pun sempat masuk ke dalam salah satu film pertama yang melibatkan Gunn sebagai kru produksi, Tromeo and Juliet (1997). Pencinta musik rock ini juga menciptakan lagu untuk beberapa film populer yang dia garap, seperti Scooby-Doo (2002), Scooby-Doo 2: Monsters Unleashed (2004), dan Movie 43 (2013).
Gunn juga punya metode sendiri terkait bagaimana dia membuat musik jadi lebih “hidup” di dalam film-filmnya. “Saya menulis semua lagu tersebut ke dalam naskah, dan ketika syuting adegan tersebut, lagu itu harus sambil diputar,” ujar Gunn dalam wawancaranya bersama NME.
Gunn pun mencontohkan film DC garapannya, The Suicde Squad (2021). “Jadi ketika kalihan melihat Suicide Squad berjalan dengan latar musik yang seru dan ‘meledak-ledak’, kita memang benar-benar memutarnya ketika syuting,” jelas sang sutradara. Menurutnya, metode ini pun dapat membantu para aktor dan aktris untuk lebih mendalami perasaan di dalam adegan tersebut.
Filmografi James Gunn
Sebagai sutradara:
- Slither (2006)
- Super (2010)
- Guardians of the Galaxy (2014)
- Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2017)
- The Suicide Squad (2021)
- Guardians of the Galaxy Vol. 3 (2023)
Sebagai penulis naskah:
- Tromeo and Juliet (1997)
- The Specials (2000)
- Scooby-Doo (2002)
- Dawn of the Dead (2002)
- Scooby-Doo 2: Monsters Unleashed (2004)
- Slither (2006)
- Guardians of the Galaxy (2014)
- The Beiko Experiment (2016)
- Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2017)
- The Suicide Squad (2021)
- Guardians of the Galaxy Vol. 3 (2023)
- Coyote vs Acme (TBA)
***
Nah, itulah deretan fakta menarik seputar sosok James Gunn. Dari daftar tersebut, fakta manakah yang paling menarik menurut kalian? Bagikan pendapat kalian pada kolom komentar di bawah, ya! Jangan lupa ikuti KINCIR untuk informasi menarik seputar film atau serial lainnya.