Mengikuti kepergian Ana yang kembali rehat dari skena kompetitif Dota 2, Support 4 dari OG, Jesse Vainikka alias JerAx, mengumumkan bakal pensiun. JerAx menuturkan akan benar-benar pensiun dan mengaku sudah enggak mendapatkan motivasi lagi untuk memainkan Dota 2.
Meski telah resmi mundur dari roster aktif OG, JerAx tetap menjadi bagian dari keluarga OG. Berbeda dengan Ceb yang bakal menjadi pelatih, peran pemain asal Finlandia ini pun tidak diumumkan secara pasti. Apakah sang perengkuh Aegis of the Champion sebanyak dua kali ini akan menjadi mentor untuk penggantinya?
Nah, sambil melepas kepergian JerAx, bagaimana kalau kita bahas perjalanan karier JerAx di Dota 2. Simak baik-baik penuturan KINCIR berikut ini, ya!
Memulai Karier di HoN
Sebelum Dota 2 resmi dirilis pada 2011 silam, ternyata JerAx telah merasakan skena esports game Heroes of Newerth yang juga turut dikembangkan oleh sang kreator DotA, Icefrog. MOBA ini juga punya beberapa Hero yang mirip dengan Dota 2 meski permainannya lebih cepat dan lebih mirip dengan League of Legends.
Sejak umur 20, JerAx pun merasakan banyak kompetisi dari HoN. Salah satu teman dekatnya sampai sekarang yang menemaninya sejak era HoN adalah Wehsing alias Singsing serta Adrian “Era” yang sempat menjadi pemain untuk Alliance. Ketiganya pun hijrah berbarengan ke Dota 2 dan membentuk tim QPAD Red Pandas pada 2013 silam.
Menarik Perhatian Banyak Mata
Meski sepak terjang QPAD Red Pandas enggak bisa dibilang baik, JerAx tetap menarik perhatian para pemain profesional. Sebagai pubstar yang punya MMR sangat tinggi, JerAx sering bertemu dengan pemain profesional seperti Puppey hingga KuroKy. Pria kelahiran 1992 ini juga akhirnya memutuskan untuk pindah ke Swedia dan menetap di Stockholm kala mencari tim selepas Red Pandas bubar di 2014.
Pada ajang The International 2015, klub MVP dari Korea yang saat itu juga sedang bersinar berniat membentuk satu tim baru bertajuk MVP Hot6ix. JerAx pun ditunjuk menjadi bagian dan mengisi support 4 di tim ini. Meski mampu merajai kualifikasi wilayah Asia Tenggara, JerAx pun belum bisa bersinar lantaran timnya gugur paling awal di hari pertama Main Event TI 2015.
Selepas TI kelima, JerAx pun memenuhi panggilan KuroKy yang kala itu baru berpisah dengan Puppey di Team Secret. KuroKy pun membentuk divisi Dota 2 Team Liquid yang sebelumnya vakum dari tahun 2014. Bersama Liquid, JerAx berhasil memenangkan Epicenter 2016 meski di The International mereka harus pulang di urutan 7/8.
Tukar Guling OG dan Liquid
Menyambut musim baru 2017, JerAx lantas memperkuat skuat pimpinan Fly dan N0taiL, OG. Tim yang kala itu juga gugur di urutan yang sama dengan Liquid di ajang The International 2015 merombak pemainnya kala Cr1T, Moon, dan Miracle- keluar.
Jerax pun diajak masuk mengisi role yang ditinggalkan oleh Cr1T. Sementara itu, Miracle- si anak ajaib masuk ke Team Liquid memenuhi panggilan KuroKy.
Bersama OG, JerAx pun tampil gemilang. Masuknya legenda Alliance, S4 serta sang Carry, Ana akhirnya memberikan corak permainan OG yang kala itu serbabisa. Di Ajang Boston Major yang bergulir pada awal musim 2017, kelimanya berhasil menyabet gelar Major pertama pada penghujung 2016 silam.
Enggak berhenti di sana, mereka juga berhasil kembali mengklaim Manilla Major dan menjadi favorit untuk merengkuh juara di The International 2017. Sayangnya, sinergi N0TaiL dan kawan-kawan pun seakan kehilangan momentum di ajang The Inernational. Malah, Team Liquid yang akhirnya mampu bersinar dan jadi jawara di gelaran The International 2017.
Bertahan di OG dan Memenangkan Dua Kali The International
Mendekati ajang The International, pesona OG pun perlahan memudar. Rasa frustrasi pun menghampiri sosok sang kapten, Fly yang akhirnya memutuskan untuk keluar dari OG dan mengajak S4 ikutserta pindah ke Evil Geniuses.
N0taiL pun akhirnya bertahan dengan Ana dan JerAx, sedangkan sang pelatih Ceb juga ikut menjadi bagian dan menjadi offlaner. Untungnya, ada si anak baru Topson yang menjadi penyelamat. Dia setuju bergabung setelah diajak langsung oleh JerAx ke OG.
Topson dan JerAx sama-sama berasal dari Finlandia dan keduanya telah berteman cukup lama di dalam game. Keduanya pun hanya berlatih kurang dari tiga bulan sebelum akhirnya mampu mencetak sejarah menjadi pemenang The International 2018.
Karier JerAx yang semakin bersinar pun kembali mendapatkan panggung kala OG berhasil mempertahankan gelar jawara mereka di The International 2019. Sebelumnya, sosok Ana yang sempat keluar dari tim di awal musim pun kembali memperkuat skuat OG.
Bersama Jerax, para pemain OG, pun berhasil menjadi lima orang pertama yang mempertahankan gelar The International secara back-to-back.
Support Paling Agresif di Skena Esports Dota 2
Di film dokumenter True Sight kala OG menjuarai The International 2018, Ceb mengatakan bahwa JerAx merupakan sosok paling berbahaya di timnya. Seperti anjing yang mengejar buruannya, para anggota tim pun sering dibuat kelabakan dengan keputusannya yang krusial. Enggak jarang kemenangan tim OG di pertarungan selalu berbuah dari inisiatif seorang JerAx yang sangat jenius.
Dari banyak pilihan Hero di Dota 2, JerAx sangat memfavoritkan Earth Spirit serta Earthshaker. Seakan-akan, elemen tanah memang cocok dengan perangai seorang Jesse Vainika yang kalem lamun berbahaya. Selain kedua Hero ini, Io juga jadi jagoan JerAx yang membuahkan banyak kemenangan manis.
Enggak jarang, Valve pun sering melemahkan ketiga Hero jagoan milik JerAx ini kala dirinya berhasil memenangkan pertandingan besar. Apakah ini jadi alasan sang pemain enggak lagi mendapatkan motivasi ketika bermain Dota 2?
***
Apakah kalian juga jadi salah satu penggemar JerAx di Dota 2? Jangan sungkan untuk berikan rasa kagum kalian di kolom komentar bawah, ya. Terus ikutin juga berita game dan tulisan menarik lainnya hanya di KINCIR.