*(SPOILER ALERT) Review film Mumun ini sedikit mengandung bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kamu yang belum nonton.
Mungkin banyak dari kamu yang sudah enggak asing lagi dengan sinetron Jadi Pocong, ‘kan? Yap, sinetron yang tayang pada awal era 2000-an ini memang cukup fenomenal karena menciptakan sosok hantu legendaris pada industri persinemaan Indonesia, yaitu Pocong Mumun. Nah, pada 2022 ini, kita akan kedatangan versi adaptasi layar lebar dari sinetron ciptaan H. Mandra tersebut.
Sinopsis film Mumun berkisah tentang Mumun (Acha Septriasa) yang tiba-tiba menjadi incaran debt collector karena ulah kembarannya, yaitu Mimin (Acha Septriasa). Hal ini kemudian mengakibatkan tewasnya Mumun secara mengenaskan. Namun, saat proses penguburan, Husen (H. Mandra) lupa melepas tali pocong milik sang kembang desa sehingga ia jadi gentayangan sebagai hantu pocong.
Nah, sebelum kamu nonton filmnya di bioskop, simak terlebih dahulu ulasan KINCIR berikut ini!
Review film pocong Mumun
Film layar lebar rasa sinetron
Kisah origin Mumun sebelum akhirnya menjadi pocong terbilang sedikit berbeda ketimbang dengan versi sinetron Jadi Pocong. Namun, versi adaptasi layar lebarnya benar-benar terbilang masih terasa seperti sebuah sinetron atau setidaknya FTV. Sebab, konfliknya adalah tipikal cerita yang suka kita lihat dalam sinetron yang sangat sederhana dan enggak penuh kejutan.
Selain itu, faktor lainnya yang bikin film ini punya nuansa layaknya sinetron adalah produksinya yang tak terasa “megah”. Mulai dari sinematografi, dialog, transisi antaradegan, hingga blocking pemainnya benar-benar terasa seperti saat kita sedang menonton sinetron. Padahal, seandainya digarap dengan lebih “niat” film ini sangat potensial menjadi salah satu franchise horor dengan semesta bertema pocong.
Namun, vibes rasa sinetron ini tak sepenuhnya menjadi kekurangan dari filmnya. Sebab, hal ini juga bisa menjadi elemen nostalgia bagi penonton yang dulu sudah menyaksikan serial Jadi Pocong sehingga punya nuansa menonton versi sinetronnya. Apalagi, dalam versi filmnya juga terdapa pemain dari sinetronnya, yaitu H. Mandra serta Eddies Adelia selaku pemeran Mumun terdahulu.
Teror Mumun yang bikin merinding
Pocong Mumun terbilang menjadi sosok yang sangat menyeramkan bagi anak-anak yang tumbuh besar pada awal era 2000-an. Teror kengeriannya sebagai sosok hantu yang legendaris pun berhasil dihadirkan kembali lewat film layar lebarnya. Ancang-ancang sebelum Mumun muncul dengan wujud pocongnya benar-benar sukses membuat penonton gelisah meski sudah beberapa kali terulang.
Meski begitu, film ini terlalu mengandalkan elemen jump scare untuk membuat penonton ketakutan., Hasilnya, penonton jadi sudah tak kaget lagi karena sudah bisa menebak kapan momen jump scare yang sudah berulang kali terjadi. Terlepas dari hal ini, keberadaan sang Pocong tetap berhasil membangkitkan rasa takut penonton terhadapnya sama seperti saat nonton sinetronnya dua dekade yang lalu.
Komedi yang kurang menggelitik
Selain horor, film ini juga mengusung genre komedi seperti versi sinetronnya. Hanya saja, menurut KINCIR elemen komedi yang ada dalam film ini terasa kurang menggelitik dan bahkan terkesan cringe pada beberapa momen. Contohnya lawakan komplotan debt collector-nya Jefri yang sebenarnya cukup terasa lucu saat awal-awal, tapi lama-kelamaan jadi terkesan sok asyik dan malah terasa cringe.
Sosok yang berhasil menyelamatkan genre komedi dalam film ini adalah H. Mandra yang kembali memerankan Husen si tukang gali kubur. Celetukan nyeleneh khas Mandra selalu sukses mengundang gelak tawa penonton. Selebihnya, elemen komedi dalam film ini benar-benar terasa hambar.
Rating usia yang kurang sesuai
Selain jump scare, film ini sebenarnya juga memiliki elemen gore buat menambah rasa takut penonton. Meski enggak banyak, kehadiran elemen gore-nya dalam adegan tertentu terlihat sangat sadis. Bagi penyuka genre horor, kehadiran elemen horor ini sebenarnya menjadi poin positif terhadap film Mumun.
Akan tetapi, menurut KINCIR kehadiran elemen gore ini sangat enggak cocok dengan rating usia penonton filmnya yang untuk 13 tahun ke atas. Pasalnya, ada satu adegan yang melakukan close-up ke wajah korban dari elemen gore tersebut dengan kondisi yang sangat penuh darah. Adegan ini pun tak layak ditonton buat usia 13 tahun ke atas, sehingga menurut KINCIR film ini lebih cocok dapat rating 17+.
***
Akhir kata, film ini berhasil menghadirkan kembali teror Pocong Mumun yang mengerikan terlepas dari ceritanya yang dangkal dan humornya yang agak cringe. Kalau kamu berminat, film ini sudah bisa kamu saksikan pada sejumlah jaringan bioskop Indonesia mulai 1 September 2022.
Nah, bagaimana tanggapan kamu dengan review film Mumun tersebut? Share pendapat kamu dan ikuti terus KINCIR untuk ulasan film lainnya, ya!