Saat mendengar tentang Ghibli, terkadang yang ada di benak muncul di benak banyak orang adalah karya-karya beken yang ikonnya menjadi budaya populer, seperti Spirited Away atau My Neighbor Totoro. Namun, bukan berarti karya lain dari Ghibli yang kurang terkenal itu kurang bagus. Justru, masih ada karya Ghibli underrated lainnya yang kualitasnya enggak kalah keren dan punya cerita menyentuh hati.
Apa saja karya Ghibli yang enggak mendapatkan perhatian sebanyak Spirited Away, My Neighbor Totoro, atau bahkan Grave of The Fireflies, tetapi sangat asyik buat ditonton? Ini dia.
Rekomendasi film Ghibli underrated layak tonton
Whisper of The Heart (1995)
Film yang disutradarai Yoshifumi Kondo ini punya premis yang sangat sederhana: tentang seorang gadis remaja bernama Shizuku yang sangat ingin menjadi penulis dan menyukai seorang pria di sekolahnya yang mengejar mimpi sebagai pemain biola.
Whisper of The Heart, terlepas dari premisnya yang sangat biasa, memberikan sajian yang betul-betul menghangatkan hati. Semuanya terasa familiar bagi siapa pun yang pernah melewati masa remaja, menjadi sangat idealis, dan punya mimpi sebesar dunia.
Shizuku, yang ingin menjadi penulis, penasaran dengan Seiji, cowok yang membaca semua buku di perpustakaan yang ia baca. Dari situlah semua berawal, bagaimana Shizuku semakin ingin mengejar mimpi sebagai penulis, mengesampingkan nilai sekolahnya, sekaligus mengenal tentang cinta dan bagaimana kita harus lebih realistis dalam menjalani kehidupan.
Diiringi dengan modifikasi lagu Take Me Home, Country Road menjadi Concrete Road berbahasa Jepang, film dengan latar kota yang berbukit ini membawa siapa saja kembali ke kenangan masa remaja yang sederhana dan penuh dengan banyak imajinasi.
Pom Poko (1994)
Film Pom Poko berangkat dari legenda urban Jepang tentang tanuki yang bisa berubah wujud sebagai manusia. Namun, film ini bukan tentang dongeng semata, melainkan kritik terhadap pembangunan infrastruktur yang kerap merusak alam, mengesampingkan habitat hewan, dan budaya kerja yang berlebihan. Dan kendati sekarang enggak banyak dibicarakan seperti film ikonik Ghibli lain, tetapi, Pom Poko bahkan berhasil meraih pendapatan sebesar ¥2.63 miliar dan menjadi film nomor satu pada tahun itu.
Para tanuki merasa kesal dan berusaha untuk berdemonstrasi serta menjegal pembangunan one stop living baru di area tempat mereka tinggal. Berbagai cara dilakukan, mulai dari menyamar sampai mengganggu proses pembangunan. Tentu saja, para tanuki ini enggak pernah bisa benar-benar menang melawan pembangunan masif dan teknologi. Pada akhirnya, mereka harus berdamai.
Adegan akhir Pom Poko adalah ending yang sangat menyentuh hati. Para tanuki yang bisa berubah wujud dalam waktu lama, akhirnya menjadi manusia dan menjalani kehidupan manusia yang absurd dan penuh rutinitas. Namun, tentu kebahagiaan sejati bukan hanya berasal dari uang dan hal-hal bersifat fisik lainnya. Ketika mereka kembali menjadi tanuki, bernyanyi di bawah terang sinar bulan, dan menikmati kehidupan sebagaimana adanya, di situlah kebahagiaan sejati timbul di benak mereka. Sebuah pesan moral yang betul-betul masih relevan sampai sekarang.
Only Yesterday (1991)
Masa lalu memang sudah berlalu, tetapi harus diakui bahwa masa lalu membentuk kita menjadi seperti sekarang ini. Dalam Only Yesterday, kita diajak untuk kembali menjenguk masa lalu dan merangkulnya.
Taeko, seorang perempuan yang berkarier di Tokyo, berlibur ke desa tempat keluarga kakak iparnya berada untuk melepas lelah dan menanam bunga. Namun, liburannya itu justru memunculkan banyak kenangan masa kecilnya saat ia masih di desa dulu.
Bukan cuma kenangan manis, pada masa kecil dan masa coming-of-age, ia juga kerap menemukan kekecewaan dan kegagalan, yang mau enggak mau turut membentuk dirinya menjadi seperti sekarang ini. Tanpa perlu adanya kejutan berlebihan, film ini mengalir dengan alamiah, indah, dan mengajarkan kita untuk senantiasa memeluk dan menerima “anak kecil” di dalam diri kita, supaya kita lebih ikhlas dan lega dalam menjalani kehidupan.
From Up On Poppy Hill (2011)
Film From Up a Poppy Hill adalah kisah coming of age dari Goro Miyazaki yang flow-nya sederhana, begitu pula premisnya. Tokoh utamanya, seorang remaja bernama Umi Matsuzaki dengan segala kehidupannya di rumah dan sekolahan. Namun, banyak elemen kuat yang ada di dalam film ini.
Ibu Umi sedang belajar ke Amerika dan ayahnya gugur dalam tugas. Setiap pagi, usai menyiapkan makanan untuk orang-orang yang indekos di rumahnya, Umi mengibarkan bendera tanda selamat, simbol doa bagi sang Ayah. Pada saat itu, kibaran benderanya dibalas oleh Shun, seorang remaja pria yang tengah menghadapi ancaman pembubaran teater sekolah oleh dewan.
Kisah-kisah di dalamnya biasa banget, begitu pula problemanya. Namun, berlatar Jepang usai Perang Dunia II, From Up The Poppy Hill menjadi spesial karena menggambarkan semangat muda-mudi Jepang untuk bangkit dan menjalani masa depan yang terbentang di depan. Vibe film ini memang hangat!
My Neighbors The Yamadas (1999)
Film My Neighbors The Yamadas memang enggak kelihatan kayak film Ghibli pada umumnya karena animasinya yang menggunakan konsep doodle. Maka dari itu, banyak orang yang enggak ngeh bahwa animasi ini juga produksi Ghibli.
Soal cerita, film ini juga sama-sama terasa hangat seperti kebanyakan film besutan Ghibli lainnya. Namun, ada banyak bumbu humor di dalamnya. Ia berkisah tentang keluarga suburban Tokyo yang biasa saja, keluarga Yamada, yang diisi seorang ayah pekerja biasa, ibu yang tinggal di rumah dan mengurus keluarga, anak-anak yang siap tumbuh besar, dan nenek yang bijak. Hidup terasa santai bagi mereka, tetapi nyatanya mereka punya tantangannya sendiri-sendiri seperti keluarga pada umumnya.
Animasinya yang lucu memang cocok dengan vibe film yang humoris. Cocok untuk kamu yang ingin menghargai hal-hal sederhana di dalam kehidupan.
***
Kamu bisa menonton berbagai film Ghibli yang underrated itu di platform seperti Netflix. Ada banyak hal menarik dan pelajaran berharga yang bakal kamu temukan di dalamnya!