Review Film Pelangi Tanpa Warna (2022)

Pelangi Tanpa Warna
Genre
  • drama
Actors
  • Maudy Koesnaedi
  • Rano Karno
  • Ratna Riantiarno
  • Zayyan Sakha
Director
  • Indra Gunawan
Release Date
  • 17 February 2022
Rating
3 / 5

*Spoiler Alert: Review film Pelangi Tanpa Warna mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.


Kalau ngomongin kolaborasi Rano Karno dan Maudy Koesnaedi, kamu pasti ingat dengan duet mereka di sinetron Si Doel Anak Sekolahan dan seri film Si Doel the Movie. Intinya, kolaborasi mereka enggak bisa lepas dari embel-embel Si Doel. Siapa sangka, kedua aktor ini kembali dipertemukan di film yang sama sekali enggak berhubungan dengan Si Doel.

Rano dan Maudy kembali berkolaborasi di film baru produksi Falcon Pictures yang berjudul Pelangi Tanpa Warna. Film yang disutradarai oleh Indra Gunawan ini ternyata diadaptasi dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Mahfrizha Kifani di platform Kwikku.

Pelangi Tanpa Warna berkisah tentang pasangan Fedi Bagaskoro dan Kirana Putri. Kehidupan pernikahan mereka begitu bahagia bersama anak mereka, yaitu Divo. Kehidupan bahagia mereka mulai diuji ketika Kirana didiagnosis menderita penyakit Alzheimer. Penyakit tersebut jelas saja membuat Kirana perlahan-lahan melupakan banyak hal termasuk keluarganya sendiri.

Review film Pelangi Tanpa Warna

Isu tentang Alzheimer yang dikemas menjadi kisah keluarga

Review film Pelangi Tanpa Warna
Review film Pelangi Tanpa Warna Via Istimewa.

Film dengan jalan cerita yang menampilkan karakter sedang menderita sakit keras bukanlah sesuatu yang asing. Sudah banyak film yang menampilkan perjuangan karakter dalam melawan kanker atau sakit keras lainnya. Nah, Pelangi Tanpa Warna juga mengangkat tema tersebut. Menariknya, film ini mengangkat penyakit yang bisa dibilang jarang diangkat ke film, yaitu Alzheimer.

Sebagai informasi, Alzheimer merupakan penyakit pada otak yang membuat penderitanya mengalami kebingungan, kegagalan memori, gangguan berbicara, hingga demensia. Maudy Keosnaedi berperan sebagai Kirana yang diceritakan mengalami Alzheimer di Pelangi Tanpa Warna. Nah, keadaan Kirana inilah yang menimbulkan konflik di antara suami, anak, dan mertuanya.

Kehadiran Pelangi Tanpa Warna bisa dibilang menjadi sarana untuk membuat masyarakat Indonesia lebih aware terhadap Alzheimer. Jalan ceritanya yang sederhana membuat film ini terasa relate kepada siapa pun yang mengenal atau memiliki anggota keluarga yang menderita Alzheimer. Apalagi, film ini memperlihatkan bagaimana perjuangan Fedi dan anaknya untuk mengurus Kirana, yang tentunya mewakili bagaimana perjuangan orang yang memiliki anggota keluarga yang Alzheimer.

Tampilkan kolaborasi aktor dengan akting yang mumpuni

Review film Pelangi Tanpa Warna
Review film Pelangi Tanpa Warna Via Istimewa.

Sebagai aktris yang memerankan karakter penderita Alzheimer, akting Maudy Koesnaedi menjadi highlight di Pelangi Tanpa Warna. Bahkan ketika Kirana enggak berdaya karena penyakitnya, Maudy mampu menampilkan ekspresi yang begitu detail untuk menampilkan bagaimana penderitaan yang sedang dialami oleh Kirana.

Namun, Maudy bukan satu-satunya aktor yang memberikan penampilan terbaik di Pelangi Tanpa Warna. Sebagai informasi, film ini hanya menampilkan lima aktor di sepanjang film. Selain Maudy, Rano Karno yang berperan sebagai suaminya Kirana dan Zayyan Sakha yang berperan sebagai anaknya Kirana juga menampilkan akting yang enggak kalah memukau.

Kamu tentunya enggak heran melihat akting bagus Rano dan Maudy karena mereka adalah aktor senior. Nah, akting Zayyan, yang terhitung sebagai aktor pendatang baru, patut diapresiasi di film ini. Zayyan mampu membuat penonton merasakan bagaimana pedihnya ketika ibu kandung sendiri tiba-tiba melupakan anaknya. Ketika melakukan adegan menangis, Zayyan benar-benar mengeluarkan emosinya dengan sepenuh hati.

Cerita cenderung monoton dan ada dialog yang maksa

Review film Pelangi Tanpa Warna
Review film Pelangi Tanpa Warna Via Istimewa.

Selain ide cerita yang menarik dan penampilan aktor yang memukau, Pelangi Tanpa Warna menampilkan sinematografi yang cukup indah. Saat adegan Kirana sedang berolahraga lari dan tiba-tiba lupa di tengah jalan, kamu bisa menemukan shoot dengan angle yang tepat. Sayangnya, ide cerita, penampilan aktor, dan sinematografi jadi kurang sempurna karena jalan cerita filmnya yang cenderung monoton.

Ide tentang Alzheimer sudah bagus, bahkan awal film bisa dibilang cukup menjanjikan. Namun ketika konflik mulai muncul, kekuatan cerita yang telah dibangun di awal film langsung buyar begitu saja dengan kehadiran beberapa adegan yang sebenarnya enggak perlu.

Selain kehadiran beberapa adegan yang enggak perlu, dialog yang ditampilkan di film ini bisa dibilang kurang memuaskan. Banyak dialog yang terdengar “receh” dan sebenarnya enggak perlu, khususnya dialog yang diucapkan oleh anaknya Kirana, yaitu Divo. Akibat cerita yang monoton dan dialog yang kurang memuaskan, penonton malah keburu bosan ketika adegan penting dan emosional muncul.

***

Pelangi Tanpa Warna bukanlah film yang sempurna. Namun, film ini dijadikan pilihan tepat untuk menyaksikan kisah tentang kehangatan dan kesolidan keluarga. Hebatnya lagi, film ini berhasil melepas image Doel dan Zaenab dari Rano Karno dan Maudy Koesnaedi.

Setelah baca review film Pelangi Tanpa Warna, apakah kamu jadi tertarik menonton film ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa tulis pendapat kamu pada kolom komentar, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.