*Spoiler Alert: Review film Sing 2 ini mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Illumination tahu cara membawa kesenangan pada penonton. Ketika beberapa tahun belakangan, kita tidak bisa menonton konser secara live, Sing 2 setidaknya membawa pengalaman mengesankan itu lewat layar lebar. Mungkin itu yang akan jadi kesan pertama kamu ketika nonton film animasi ini.
Saat Sing: Come and Sing rilis di tahun 2016, segerombol hewan menggemaskan ini mencuri perhatian. Pemilihan hewannya di luar ekspektasi. Bayangkan ketika seekor babi jadi begitu glamor atau gorila yang justru berhati lembut. Kekontrasan ini saja sudah jadi porsi humor tersendiri.
Enggak heran ketika trailer Sing 2 rilis, banyak yang punya ekspektasi tinggi. Apalagi ketika tahu kalau Bono U2 juga akan mengisi peran di dalamnya.
Apa yang Sing 2 tawarkan seperti membawa Sing ke level berikutnya. Kalau dulu ceritanya adalah soal audisi pencarian bakat, kali ini Buster Moon (Matthew McConaughey) memimpin band mereka untuk tampil di Redshore City. Tempat ini bak Las Vegas di dunia mereka.
Untuk bisa tampil mereka harus ikut audisi ‘tanpa sengaja’ di depan Jimmy Crystal (Bobby Cannavale). Ia menolak hampir semua yang ikut audisi, termasuk sekelompok flamingo yang menyanyikan Cake By The Ocean. Menurut KINCIR itu keren!
Seperti akar konflik Sing sebelumnya, Mr. Moon menjanjikan banyak hal yang belum tentu ia bisa realisasikan. Kali ini, ia mengajukan sebuah panggung luar biasa dengan konsep scientific, cerita yang tidak biasa, dan penampilan spesial dari Clay Calloway (Bono), seorang rockstar tenar yang selama 15 tahun ‘lenyap’.
Dengan ide ini akhirnya Mr. Moon dan seluruh pasukannya mendapatkan hotel mewah serta kru produksi yang besar untuk merealisasikan panggung tersebut.
Review film Sing 2:
Konflik sama dengan panggung besar bernuansa vibrant
Dari sekilas cerita di atas, pasti kamu sudah bisa menyimpulkan bahwa premis cerita Sing 2, sama dengan yang sebelumnya. Dominasi Buster Moon di teater lokal plus dorongan dari Nana Noodleman (Jennifer Saunders). Yup, orang yang awalnya benci Moon tapi kemudian jadi supporter utama mereka.
Miss Nana Noodleman menangguhkan apakah Moon bisa lebih dari penguasa teater lokal. Itulah yang memicu Moon untuk mengumpulkan Ash (Scarlett Johansson), Meena (Tori Kelly), Johnny (Taron Egerton), Gunter (Nick Kroll). Semua anggota teater juga lagi krisis identitas, misalnya Ash yang jadi penampil tenar dengan bayaran yang enggak setimpal.
Bersama dengan Miss Crawly (Garth Jennings) mereka pergi ke Redshore City. Mereka ikut audisi hingga akhirnya mereka terpilih karena ide gila Gunter dan janji manis Moon membawa Clay Calloway kembali ke panggung.
Sementara Miss Crawly bekerja bak detektif yang mencari keberadaan Clay Calloway. Persiapan cerita dan panggung dimulai. Moon menulis skenario bersama Gunter yang idenya lompat-lompatan. Semuanya dapat peran yang tentu saja punya masing-masing hambatannya sendiri.
Johnny harus menampilkan adegan aksi dan tarian. Seorang penari profesional melatihnya dengan metode yang kolot. Johnny justru jadi enggak pede, sampai akhirnya ia bertemu dengan Nooshy, penari jalanan yang adalah seekor iberian lynx. Johnny meminta Nooshy untuk menjadi guru menarinya.
Meena mendapatkan peran romantis, sehingga ia harus beradegan mesra dengan seekor yak berbulu cokelat bernama Darius. Sayangnya, Darius terlalu egois dan menganggap dirinya bak bintang besar, sementara Meena belum pernah jatuh cinta.
Sementara itu Rosita yang didapuk menjadi sang mega bintang diharuskan untuk mewujudkan konsep gila berputar di antariksa. Hingga ia tersadar kalau dirinya takut ketinggian.
Pekerjaan mereka makin rumit dengan hadirnya Porsche (Halsey) yang ngefans banget sama Clay Calloway. Ia tertarik dengan konsep set panggung yang luar biasa dan minta jadi pemeran utama, toh Rosita tak berani dengan ketinggian. Sayangnya, Porsche enggak bisa akting sementara ayahnya tetap memaksa Moon untuk menjadikannya peran utama.
Suasana latihan pun jadi sangat berantakan, sementara Miss Crawly mencari Calloway hingga ke rumahnya dengan lamborghini. Ia kembali dengan keadaan terguncang dan bola mata terlepas. Calloway tidak mau datang ke pementasan tersebut.
Pemilihan lagu yang tidak mengecewakan
Mungkin bila film ini ditujukan untuk anak-anak, beberapa musik akan terasa asing. Tapi pemilihan lagu lintas generasi bikin film ini makin kaya. Johansson tampil badass dengan Heads Will Roll dari Yeah Yeah Yeahs.
Medley audisi juga luar biasa asyik dengan seekor siput menyanyikan Hotline Bling hingga segerombol flamingo menyanyikan Cake by The Ocean. I Say A Little Prayer hingga Bad Guy membuktikan seberapa luas range lagu yang dipilih dalam film ini. Apalagi ketika Miss Crawly mengendarai lambo merah sambil menyetel System of a Down dari Chop Suey!. Sontak studio tempat KINCIR menonton jadi riuh.
Kemunculan Porsche dengan Girl on Fire juga menarik perhatian. Gahar dan bikin penonton berdecak kagum. Semua lagu dengan liriknya benar-benar menampilkan keadaan yang digambarkan dalam film. Bikin hype setiap adegannya makin terasa.
Porsi pas untuk semua karakter
Ketika baca sekilas review di atas, kamu mungkin berpikir, bagaimana dengan Ash? Meski terkesan perannya sedikit, namun siapa sangka Ash berperan penting dalam penjemputan Calloway? Soalnya, Ash adalah seorang fan Calloway. Kayaknya, memang Scarlett Johansson cocok untuk peran pemersatu bangsa ya?
Sayangnya ketika Calloway sudah setuju hadir, Moon yang mengganti peran Porsche bikin Jimmy Crystal marah. Pasalnya, Porsche ngaku kalau dia dipecat. Jimmy pun memburu Moon sementara semua meyakinkannya untuk tetap memulai konser di tengah malam.
Porsi seimbang dari setiap karakter jadi kunci sukses pergelaran ini. Konser mereka vibrant dengan konsep yang luar biasa megah. Johnny memulai konser dengan A Sky Full of Stars, membawa mood pergelaran naik perlahan. Tiba-tiba pelatih kolotnya terjun ke panggung untuk menghentikannya dan ia harus menyelesaikannya.
Kisah Meena yang menemukan cintanya di panggung juga sesaat bikin meleleh, hingga akhirnya Rosita sekali lagi menjadi pusat perhatian dengan Break Free. Ia melawan rasa ketakutannya dengan indah.
Porsche pun muncul dengan Could Have Been Me. Penampilan Halsey di sini lebih dari cameo. Penampilannya epic, padahal ia hanya dapat peran sebagai alien. Di sini kamu akan terasa bahwa semua anggota teater menampilkan penampilan terbaik mereka dan tidak ada yang dominan.
Penampilan Clay Calloway dan Ash dengan membawakan I Still Haven’t Found What I’m Looking For juga jadi penutup yang indah. Sekilas mengingatkan kita dengan momen A Star Is Born, memang agak menurunkan hype dari penampilan Gunter, Rosita, dan Porsche.
***
Sing 2 berbicara soal self-love dan bagaimana kita seharusnya menghidupi mimpi. Mereka membungkusnya dengan cara yang unik, yaitu sebuah pegelaran seni bertabur keajaiban. Satu hal yang menarik, bahwa walaupun kita diajak dalam persiapan mereka sebelum menuju panggung, konser mereka tetap terasa menakjubkan dan tidak terduga.
Kendati demikan, secara premis, film ini sama dengan sebelumnya. Untuk penonton yang mengharapkan sesuatu yang lebih, mungkin akan sedikit kecewa. Namun, suasana konser yang menyenangkan dan panggung yang lebih besar jadi kenikmatan tersendiri untuk para penggemar musik.
Gimana pendapat kamu setelah baca review film Sing 2? Kalau dari Rotten Tomatoes kayaknya skor audiens lebih tinggi (98%) dibanding tomatometer (67%). Kalau menuru kamu gimana nih? Share pendapat di kolom komentar ya!