*Spoiler Alert: Review film The King’s Man mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Penggemar film agen rahasia pastinya enggak asing dengan seri film Kingsman yang terdiri dari Kingsman: The Secret Service (2014) dan Kingsman: The Golden Circle (2017). Seri Kingsman seharusnya masih berlanjut ke film ketiganya. Namun, 20th Century Studios dan sutradara Matthew Vaughn memutuskan untuk merilis film prekuelnya terlebih dulu.
Film prekuel yang diberi judul The King’s Man ini menceritakan asal-usul terbentuknya organisasi Kingsman. Film ini bahkan berlatar waktu jauh sebelum film pertama Kingsman. Itulah sebabnya, The King’s Man menampilkan deretan karakter yang belum pernah muncul di dua film sebelumnya.
The King’s Man berkisah tentang seorang bangsawan bernama Orlando Oxford yang diam-diam menyelidiki permasalahan antara Inggris, Jerman, dan Rusia. Untuk melancarkan misinya, Oxford menyiapkan para pelayannya untuk menjadi mata-mata. Hebatnya lagi, para pelayannya juga mengembangkan jaringan mereka ke negara lain.
Review film The King’s Man
Kisah terbentuknya Kingsman dengan latar sejarah alternatif Perang Dunia I
Dua film pertama Kingsman lebih fokus pada perjalanan Eggsy menjadi seorang agen rahasia Kingsman. Kedua film tersebut sama sekali enggak menceritakan bagaimana Kingsman bisa terbentuk menjadi sebuah organisasi agen rahasia. Nah, The King’s Man bakal menjawab pertanyaan kamu mengenai asal-usul terbentuknya Kingsman yang ternyata telah ada sejak Perang Dunia I.
Sutradara Matthew Vaughn, sekaligus yang menjadi penulis naskah The King’s Man, menciptakan sejarah alternatif Perang Dunia I sebagai latar belakang terbentuknya Kingsman. Enggak heran bahwa kamu bakal menemukan banyak karakter film ini yang didasari dari tokoh dunia nyata yang punya peranan besar atas terjadinya Perang Dunia I.
Seperti dua film Kingsman sebelumnya, konflik Perang Dunia I di The King’s Man juga ditampilkan dengan gaya yang sedikit konyol dan nyeleneh. Bukan rahasia lagi bahwa jumlah film tentang Perang Dunia I memang enggak sebanyak film tentang Perang Dunia II. Nah, The King’s Man bisa dibilang sebagai dobrakan baru di antara film-film bertema Perang Dunia I lainnya karena penceritaannya yang sedikit nyeleneh.
Plot twist villain yang klise dan efek darah yang kelihatan palsu
Bukan seri film Kingsman jika enggak menampilkan villain kejam dengan tingkah nyeleneh. Ciri khas tersebut juga bisa kamu temukan di villainnya The King’s Man. Agar filmnya lebih menarik, sutradara Matthew Vaughn sampai menyembunyikan identitas villain hampir di sepanjang film. Lalu, identitas villain dibuat sebagai plot twist di akhir film.
Sayangnya, metode plot twist seperti ini malah membuat penonton jadi bisa menebak jika villainnya adalah orang yang selama ini terlihat berada di pihak baik. Yang cukup disayangkan, sutradara Vaughn kurang membangun latar cerita yang cukup kuat untuk karakter yang disiapkan sebagai villain kejutan di film ini.
Alhasil, penonton jadi kurang mendapatkan efek kejut ketika identitas asli villain akhirnya terungkap. Soalnya, penonton enggak dibuat bersimpati atau merasa terikat dengan sang villain saat dia masih berpura-pura berada di pihak yang baik. Ditambah lagi, villainnya enggak punya motivasi yang kuat dalam tujuannya menjatuhkan Inggris.
Selain permasalahan villain, hal lain yang kurang maksimal dari The King’s Man adalah efek visual darahnya. Sebagai film dengan rating penonton 18 tahun ke atas, The King’s Man sama sekali enggak ragu memperlihatkan muncratan darah. Sayangnya, efek visual muncratan darah yang ditampilkan di film ini malah terlihat begitu palsu seperti efek visual film berbujet rendah.
Koreografi pertarungan unik dengan tambahan unsur balet
Sebagai film dengan rating penonton 18 tahun ke atas, The King’s Man sama sekali enggak tanggung-tanggung dalam menampilkan adegan pertarungan yang brutal. Walau plot twist villainnya kurang memuaskan, kamu tetap bisa merasa dipuaskan dengan setiap adegan pertarungan yang ditampilkan di film ini.
Namun dari antara semua adegan pertarungan The King’s Man, salah satu yang paling berkesan adalah adegan pertarungan Orlando Oxford, Conrad Oxford, dan Shola melawan Grigori Rasputin. Rhys Ifans yang memerankan Rasputin menjadi bintang utama pada adegan pertarungan tersebut.
Jelas saja adegan pertarungan Rasputin cukup mencuri perhatian karena dia menampilkan gaya bertarung unik dengan memasukkan elemen balet. Di saat bertarung dengan brutal, Rasputin juga terlihat seperti sedang menari. Ditambah lagi, Rasputin adalah karakter yang paling eksentrik dan menonjol di The King’s Man.
***
Penggemar seri film Kingsman tentunya enggak boleh melewatkan film prekuel ini. Walau ceritanya enggak sekuat dua film sebelumnya, The King’s Man masih sangat layak untuk ditonton karena sajian aksinya yang enggak mengecewakan.
Setelah baca review film The King’s Man, apakah kamu jadi tertarik menonton film ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa tulis pendapat kamu pada kolom komentar, ya!