*Spoiler Alert: Review film Just Mom mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Kamu pastinya enggak asing dengan salah satu sutradara ternama di Indonesia, yaitu Hanung Bramantyo. Pada Januari ini, Hanung kembali lagi dengan karya terbaru yang berjudul Just Mom. Namun bukan sebagai sutradara, Hanung berperan sebagai produser di Just Mom. Nah, posisi sutradaranya dipegang oleh Jeihan Angga, sosok yang juga menyutradarai film Mekah I’m Coming (2020).
Enggak main-main, Just Mom dibintangi oleh salah satu aktor legendaris Indonesia, yaitu Christine Hakim. Selain Christine, film ini juga dimeriahkan oleh Ayushita, Ge Pamungkas, Niken Anjani, dan Toran Waibro. Menariknya lagi, Just Mom berlatar tempat di Yogyakarta, bahkan ada adegan yang berlatar di Candi Prambanan.
Just Mom berkisah tentang Ibu Siti yang memiliki tiga anak, dua anak kandung dan satu anak adopsi. Di masa tuanya, Siti mengidap kanker dan merasa kesepian setelah dua anak pertamanya disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Di situlah, Siti bertemu dengan ODGJ hamil bernama Murni dan memutuskan untuk merawat Murni.
Review film Just Mom
Kisah ibu dan anak yang simpel tetapi menguras air mata
Kisah tentang hubungan antara ibu dan anak rasanya jarang sekali gagal membuat siapa pun berlinangan air mata saat menontonnya, termasuk Just Mom. Ditambah lagi, film ini menampilkan konflik yang terasa dekat di kehidupan nyata. Seorang ibu yang semakin jauh dengan anak-anaknya yang sudah punya kesibukan masing-masing. Konflik yang lumrah terjadi di kehidupan nyata, ‘kan?
Nah, konflik sederhana tersebut kemudian diberi bumbu dengan kehadiran ODGJ dalam kondisi hamil, bernama Murni, yang menarik simpatinya Siti. Saking kesepiannya, Siti nekat membawa Murni pulang dan merawatnya seperti anak sendiri. Kehadiran “orang baru” ini akhirnya membuat keluarga Siti yang tadinya adem ayem menjadi heboh.
Walau menghadirkan konflik yang simpel dan terasa relate, Just Mom menghadirkan kisah dengan nuansa yang beragam. Enggak hanya kisah yang mengharukan, kamu juga bisa menemukan elemen komedi yang lucu tetapi enggak berlebihan. Perpaduan cerita yang sederhana, komedi yang pas, dan kisah mengharukan membuat pesan yang ingin disampaikan dari film ini terasa begitu mengena di hati penonton.
Awal yang terasa datar, namun ditutup dengan klimaks ciamik
Pada bagian awal Just Mom, film ini lebih fokus memperlihatkan pembangunan hubungan antara Siti dengan Murni. Kamu bakal melihat bagaimana Siti berusaha “menjinakkan” Murni dan membuat Murni merasa aman tinggal bersama dirinya. Pada momen ini, sebenarnya sudah muncul konflik kecil karena anak pertama Siti, yaitu Pratiwi, yang paling menentang keputusan ibunya merawat Murni.
Walau sudah mulai ada percikan konflik, jalan cerita yang ditampilkan di awal hingga pertengahan Just Mom terasa agak monoton. Namun, awal yang monoton sebenarnya bukan sesuatu yang negatif di film ini. Soalnya, kita seakan dipersiapkan untuk menerima lautan adegan emosional yang muncul dari klimaks hingga akhir film.
Awal film yang terasa monoton langsung termaafkan ketika klimaks Just Mom muncul. Saat mulai terjadi masalah besar yang melibatkan Murni, dari situ kamu bakal menyaksikan adegan emosional yang tanpa henti tersingkap hingga akhir film. Yang enggak disangka, Just Mom menampilkan adegan ending yang cukup mengejutkan yang semakin menyempurnakan akhir dari film ini.
Akting Toran Waibro yang mencuri perhatian
Akting Christine Hakim sebagai Siti tentu saja enggak perlu diragukan lagi. Dia berhasil menampilkan sosok ibu penyayang yang bikin penonton terasa adem melihat penampilannya. Selain Christine, ada satu aktor lainnya yang penampilannya bisa dibilang cukup mencuri perhatian di Just Mom, yaitu aktor pendatang baru bernama Toran Waibro.
Toran berperan sebagai anak adopsinya Siti yang bernama Jalu. Dibesarkan oleh Siti sejak dia masih bayi, enggak heran Jalu tampil dengan logat medok di sepanjang film. Sebagai orang Papua, Toran pernah mengungkapkan bahwa logat Jawa menjadi salah satu tantangan terbesarnya dalam memerankan Jalu. Hebatnya, dia berhasil mengatasi tantangan tersebut dan logat Jawanya terdengar begitu sempurna di sepanjang film.
Selain logat, keseluruhan akting Toran di Just Mom juga patut diapresiasi. Apalagi, ketika adegan Jalu bertengkar dengan Pratiwi. Toran tampil sangat menjiwai di adegan tersebut, bahkan sanggup membuat penonton terharu dengan kesedihannya. Sebagai informasi, Just Mom merupakan film ketiga Toran di sepanjang kariernya. Melihat penampilannya terbarunya, tampaknya aktor berusia 19 tahun ini harus muncul lagi di film-film lainnya dengan peran yang beragam.
***
Jika sedang mencari film dengan cerita dan pesan yang menyentuh, kamu wajib memasukkan Just Mom ke daftar film yang harus kamu tonton dalam waktu dekat. Apalagi, kisah tentang ibu dan anak adalah sesuatu yang relate bagi banyak orang.
Setelah baca review film Just Mom, apakah kamu jadi tertarik menonton film ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa tulis pendapat kamu pada kolom komentar, ya!