*(SPOILER ALERT) Review film The Offering ini sedikit mengandung bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kamu yang belum nonton.
Pada awal Februari 2023 ini, kita kembali kedatangan film horor yang berasal dari Hollywood, yaitu The Offering. Film ini merupakan debut penyutradaraan film panjang dari Oliver Park yang sebelumnya terkenal usai menggarap film horor pendek berjudul Vicious (2015).
Sinopsis film The Offering berkisah tentang Arthur (Nick Blood) yang kembali ke rumah ayahnya setelah sekian tahun sambil mengajak istrinya yang sedang hamil. Tak lama setelah pulang, Arthur pun sempat membantu ayahnya mengurus jenazah orang Yahudi yang memang merupakan bisnis keluarganya. Namun, Arthur secara tak sengaja membebaskan iblis kuno saat sedang mengurus salah satu jenazah.
Nah, sebelum kamu nonton film The Offering pada bioskop, simak terlebih dahulu ulasan KINCIR berikut ini!
Review film horor The Offering
Mitologi horor Yahudi yang terbangun dengan lamban
The Offering hadir dengan mitologi yang sebenarnya jarang diadaptasi oleh kebanyakan film horor. Yap, kisah horor dalam film ini mengambil mitologi horor yang ada dalam agama Yahudi. Sayangnya, konsep cerita yang unik ini kurang mendapatkan eksekusi yang baik dalam filmnya.
Pasalnya, alur penceritaan dalam film ini terasa berlangsung dengan sangat lambat. Makanya, meski hanya memiliki durasi 93 menit, film ini jadi terasa berjalan sangat lama. Akibatnya, penonton akan merasa mengantuk pada beberapa bagian, terlebih karena film ini memiliki banyak momen diam yang sebenarnya enggak penting-penting banget buat ceritanya.
Mitologi Yahudi yang jadi daya tarik utama dalam film ini bahkan baru mendapatkan penjelasan secara detail pada babak terakhir ceritanya. Malahan, KINCIR berani bilang bahwa The Offering baru mulai terasa menarik sekitar 20 menit sebelum filmnya berakhir ketika konfliknya sudah mulai memuncak. Selebihnya, film ini terasa sangat membosankan dan bikin mengantuk.
Film yang sangat mengandalkan jumpscare
Terlepas dari penceritaannya yang cukup membosankan, The Offering memang masih terbilang berhasil dalam memenuhi fungsinya sebagai sebuah film horor. Dalam beberapa adegannya, film ini sukses membuat penonton terkejut hingga berteriak lewat jumpscare yang memang menjadi elemen terkuatnya.
Namun, film ini benar-benar hanya mengandalkan jumpscare sebagai formula buat membuat takut penonton. Hal ini pun berpotensi membuat penonton jadi ‘kebal’ terhadap jumpscare-nya, terlebih jika dihadirkan secara bertubi-tubi. Padahal, dengan rating usia 17 tahun miliknya, The Offering sebenarnya bisa memaksimalkan kengeriannya dengan menggunakan berbagai elemen horor lainnya, seperti gore.
Buat kamu yang suka dengan film horor penuh jumpscare, mungkin The Offering akan menjadi tontonan yang tepat buat kamu. Namun, buat kamu yang lebih mementingkan jalan cerita dalam sebuah film horor yang terbangun dengan intens dan menegangkan, maka The Offering akan terkesan seperti film horor yang receh dan cuma mengandalkan jumpscare.
Visual iblis dan scoring yang bikin enggak nyaman
Sosok iblis yang berasal dari mitologi Yahudi yang jadi fokus cerita dalam film ini pun sempat beberapa kali terlihat. Visual dari sang iblis pun terbilang tampak lumayan mengerikan dengan kualitas CGI yang juga sudah cukup bagus. Sayangnya, porsi penampakan dari sang iblis kurang banyak karena mungkin ada keterbatasan bujet buat menampilkannya dalam wujud CGI.
Selain itu, The Offering juga beberapa kali menghadirkan scoring dengan suara yang sukses membuat penonton merasa enggak nyaman. Soalnya, scoring ini memiliki frekuensi yang terbilang cukup tinggi sehingga kurang enak terdengar di telinga. Scoring ini jugalah yang cukup berperan dalam membuat momen jumpscare-nya jadi terasa semakin mengejutkan.
***
Meski punya tema cerita unik dengan menghadirkan mitologi Yahudi, The Offering tetap terasa seperti film horor yang kurang matang dan cuma mengandalkan jumpscare. Jika kamu tertarik, film ini sudah bisa kamu saksikan secara legal melalui sejumlah jaringan bioskop Indonesia mulai 1 Februari 2023.
Nah, bagaimana tanggapan kamu dengan review film tersebut? Share pendapat kamu dan ikuti terus KINCIR untuk ulasan film lainnya, ya!