*(SPOILER ALERT) Artikel ini sedikit mengandung bocoran film Balada Sepasang Kekasih Gila yang mungkin mengganggu buat kalian yang belum nonton.
Kisah cinta tentang si kaya dan si miskin atau beda suku atau agama, mungkin sudah lumrah kita saksikan. Namun, bagaimana jika ada film yang menceritakan kisah sejoli dengan gangguan jiwa?
Pada 20 Agustus 2021, Falcon Pictures dan KlikFilm menayangkan film drama yang diangkat dari cerita karya Han Gagas dari ajang Falcon Script Hunt 2020. Film ini berjudul Balada Sepasang Kekasih Gila. Lalu, bagaimana keseruannya? Simak review khas KINCIR di bawah ini.
Sinopsis dan Review Film Balada Sepasang Kekasih Gila
Cerita Dua Orang Gila yang Saling Jatuh Cinta
Sinopsis film Balada Sepasang Kekasih Gila ini bercerita tentang Jarot (Denny Sumargo) dan Lastri (Sara Fajira). Keduanya mengalami gangguan jiwa. Jarot sudah lama tinggal di RSJ dan setelah kondisinya membaik, ia dilepas. Sayangnya, karena dirinya tak punya keluarga. Dia pun menggelandang.
Sementara itu, Lastri adalah orang gila yang kisahnya lebih miris. Dia diperkosa oleh banyak preman. Lastri yang ngamuk membunuh beberapa preman tersebut hingga dia harus di penjara. Selama masa kurungan, ada seseorang yang mengaku dekat dengan keluarganya. Dia pun dibebaskan. Namun ternyata itu hanya tipuan. Lastri dibebaskan hanya untuk di jual.
Lastri pun kabur dan bertemu dengan Jarot. Keduanya pun saling menaruh hati. Nah, apakah Jarot dan Lastri bisa benar-benar menjadi satu?
Film berlabel 17+ yang Sarat Kritik Sosial
Meski bercerita tentang sepasang ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) yang saling jatuh cinta, film ini juga punya beberapa adegan yang sarat kritik sosial. Contohnya, maraknya kasus korupsi yang tidak dihukum semestinya atau artis-artis yang gemar memamerkan barang-barang mewah. Lalu, Aparat keamanan yang kerap membubarkan gelandangan dengan sikap yang kasar.
Semua itu terasa dekat dengan apa yang terjadi di sekitar kita setiap hari. Film ini juga mengadopsi masalah-masalah sosial, seperti kasus pemerkosaan terhadap orang dengan gangguan jiwa. Anggy Umbara sebagai sutradara pun mengatakan bahwa pemerkosaan terhadap ODGJ memang terjadi di kehidupan nyata dan fakta tersebut ditulis oleh Han Gagas berdasarkan pengalamannya.
Orang Gila yang Kurang Gila
Rasanya, Jarot dan Lastri tidak begitu gila. Mereka masih bisa diajak bicara dengan baik. Bahkan Lastri bisa membaca dan pergi membeli buku. Lastri bahkan mengumpulkan beberapa buku bekas yang punya judul populer, seperti “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer dan “Aku” karya Chairil Anwar.
Antara dua sejoli ini, Jarot memang terasa lebih gila. Akan tetapi, tetap saja kegilaan Jarot masih belum terlalu akut. Sekali lagi, mungkin gila dalam film ini adalah interpretasi penulis tentang kadang orang gila bisa lebih waras dari orang waras. Atau mungkin kesan gila yang kurang khusyuk ini adalah bagian supaya alur cerita berjalan.
Latar Belakang yang Tak Tersampaikan
Di awal film Balada Sepasang Kekasih Gila, penonton langsung diberikan fakta bahwa Jarot adalah seorang komunis. Dia sempat dipenjara dan bahkan di dalam rumah sakit jiwa, ia di taruh di tempat isolasi yang sempit.
Namun, kita tak pernah diberi tahu apa yang membuat Jarot seperti itu. Latar belakang Jarot kurang tersampaikan: bagaimana ia bisa dicap komunis? Bagaimana ia masuk penjara? Teka teki itu tidak ditampilkan dalam film ini.
Sayangnya, hal itu juga terjadi pada Lastri. Entah kenapa Lastri bisa gila. Lalu, bagaimana latar belakang keluarganya? Kenapa dia meski gila tapi bisa suka dengan buku-buku berkualitas? Bisa jadi, faktor ini karena terbentur durasi. Namun, andai kita tahu seperti apa latar belakang Lastri dan Jarot, kisah ini mungkin akan semakin greget.
Hadirnya Narator Cilik yang Jadi Pembeda
Film Balada Sepasang Kekasih Gila ini berjalan bersama dengan narasi yang terus dilafalkan oleh narator. Menariknya, naratornya adalah seorang anak kecil. Dia mengaku sebagai anak dari Lastri dan Jarot.
Meski begitu, sampai akhir film si narator tidak pernah muncul. Namun, tentu ini jadi hal yang cukup unik. Pada ending film Balada Sepasang Kekasih Gila, narator yang kita tunggu-tunggu kehadirannya itu ternyata jadi bagian dari kejutan.
Apresiasi Tinggi untuk Denny Sumargo dan Sara Fajira
Film ini memang hanya berfokus pada Jarot dan Lastri. Kita harus mengapresiasi bagaimana Denny Sumargo dan Sara Fajira berakting meyakinkan di sini. Densu benar-benar berhasil keluar dari sosoknya yang lebih sering berperan sebagai pria cool dengan necis. Namun di sini, semuanya berubah. Selain riasannya yang benar-benar seperti orang gila, pebasket andal ini juga cukup menjiwai karakternya.
Kita juga patut mengangkat topi untuk Sara Fajira. Sara mungkin memang orang baru di dunia akting. Sebelumnya, ia pernah berperan sebagai zombie dalam serial Hitam dan sangat berhasil.
Kini, dia pun begitu lepas ketika berperan sebagai karakter Lastri yang gila. Akting marah, kesal, sampai ketawanya patut diapresiasi. Tak heran, jika setelah film ini nanti Sara masuk dalam daftar “Aktor Pendatang Baru” di ajang penghargaan.
Soal penyutradaraan, kita tidak bisa menafikan bagaimana Anggy Umbara menggarap sebuah film. Sayangnya, dalam film ini ada beberapa adegan yang tidak terlalu berdampak pada jalan cerita, sehingga kedua tokoh utama kita baru bertemu di pertengahan film.
Lalu, ada beberapa adegan yang ganggu dan tidak berdampak pada cerita film, seperti ketika Jarot bertemu dengan sosok bercahaya. Efek yang ditampilkannya tidak terlalu mulus. Adegan itu juga hanya lewat tanpa punya dampak yang kuat.
***
Film Balada Sepasang Kekasih Gila memang tidak memiliki banyak pemeran. Sehingga dari awal hingga akhir, kita hanya disuguhkan dengan cerita Jarot dan Lastri. Buat kamu yang penasaran dengan film ini. Kamu bisa langsung buka situs KlikFilm dan tonton kisah menarik yang jarang ditemui. Kalau sudah nonton, bagikan pendapatmu, ya!