– Siapa saja sutradara film Indonesia yang aktif selama satu dekade terakhir di genre horor?
– Seperti apa karakteristik yang ditampilkan dalam karya-karya mereka?
Dalam buku Layar Perak: 90 Tahun Bioskop di Indonesia (1992), film Indonesia genre horor sudah ada sejak sebelum Era Kemerdekaan. Judulnya adalah Doea Siloeman Oeler Poeti en Item (1934) yang digarap sutradara Tionghoa, The Teng Chun. Tujuh tahun kemudian, ada dua film horor yang digarap sutradara Indonesia bernama M. Shariefuddin berjudul Tengkorak Hidoep (1941) oleh Lisa (1971).
30 tahun kemudian, film Indonesia genre horor tumbuh pesat. Sebanyak 22 judul dalam rentang 1972—1980. Hingga era 1990-an, sineas pun membungkusnya dengan unsur kekerasan, komedi, dan seksual. Hal ini dilatarbelakangi situasi politik zaman Orde Baru. Makanya, ada peraturan untuk melibatkan tokoh agama di dalamnya.
Genre horor mulai bersinar lagi di layar lebar ketika sineas Jose Poernomo dan Rizal Mantovani rilis film Jailangkung (2001). Pada dekade ini juga sutradara enggak ragu memasukkan bintang film dewasa, seperti Sasha Grey, Maria Ozawa, dan Rin Sakuragi.
Pada 2010 ke atas, masyarakat sudah mulai bosan dengan formula dari film horor Indonesia yang selalu sama. Hal ini bisa dilihat dari minimnya sinema bergenre horor yang masuk dalam 15 besar film terlaris Indonesia tiap tahunnya. Namun, industri perfilman horor Indonesia mulai punya warna baru lagi ketika menginjak 2017 hingga saat ini.
Dalam 10 tahun belakang ini, film Indonesia genre horor memiliki tren remake film lama, adaptasi novel, legenda rakyat, dan berhenti mengandalkan unsur seksual. Nah, bagaimana tren tersebut dibuat oleh para sutradara Indonesia dengan ciri khas masing-masing dalam 10 tahun terakhir? Mari simak ulasan di bawah ini.
Awi Suryadi
Sutradara asal Lampung ini mengawali karier lewat film Gue Kapok Jatuh Cinta (2005), sementara film horor pertamanya, yakni Sumpah Pocong di Sekolah (2008). Dalam 10 tahun terakhir, Awi sudah menggarap 10 film horor, antara lain Pengantin Topeng (2010), Badoet (2015), Danur: I Can See Ghosts (2017), Danur 2: Maddah (2018), Asih (2018), Death Whisper (2019), dan Danur 3: Sunyaruri (2019). Termasuk yang terbaru: KKN di Desa Penari, Ivanna Van Dijk, dan Danur 4.
Beberapa ciri khas dari penyutradaraannya antara lain sosok hantu yang ditampilkan. Bukan sekadar menampilkan sosok yang seram, tapi juga punya story di belakangnya. Seperti sosok pembunuh dalam Pengantin Topeng dan Badoet yang memiliki latar belakang meneror karakter lain. Lalu, dalam Danur Universe, sosok hantu seperti Asih, Ivanna, dan hantu anak-anak bukan sekadar tempelan. Mereka punya kisah sendiri dan berpotensi jadi spin-off.
Termasuk dalam film KKN di Desa Penari yang tiap karakternya berpotensi meluaskan universe-nya. Sosok hantu yang ditampilkan juga diperankan oleh artis Tanah Air dengan akting dan riasan maksimal. Sehingga keberadaanya pun ikonis dan melekat di ingatan penonton.
Azhar Kinoi Lubis
Azhar Kinoi Lubis bisa dibilang pendatang baru dunia film horor dibanding dengan Awi Suryadi. Meski debut pada 2011 lewat Belkibolang, genre horor yang dibuatnya dimulai pada 2018 berjudul Kafir: Bersekutu dengan Setan. Berlanjut pada tahun berikutnya, antara lain Ikut Aku ke Neraka (2019) dan Mangkujiwo (2020).
Memang, filmografi horornya baru tiga. Akan tetapi, tiga film tersebut berhubungan dengan ilmu hitam. Sosok hantu yang ditampilkan bukan serta merta hanya jahil atau penghias belaka, tapi juga sisi humanis.
Findo Purwono
Sutradara film Indonesia ini menggarap tontonan yang enggak jauh dari genre komedi, misteri, dan horor. Film pertamanya berjudul Buruan Cium Gue (2004) sempat dicekal karena dianggap mengumpar pornoaksi. Sementara soal genre horor, Findo sudah menggarap sejak 2009 lewat film Setan Budeg. Total, film yang digarap 10 tahun belakang ini berjumlah enam judul, antara lain Hantu Tanah Kusir (2010), Suster Keramas 2 (2011), Eyang kubur (2013), Seruan Setan (2018), Jaran Goyang (2018), dan Ritual (2019).
Findo bisa dibilang jadi salah satu sutradara yang mengikuti tren. Dalam 10 tahun terakhir, masih ada filmografi horor yang menampilkan sensualitas dan hantu cantik, seperti Hantu Tanah Kusir, Suster Keramas 2, dan Eyang Kubur. Lalu, mulai mencoba horor di lingkup keluarga seperti Seruan Setan dan Jaran Goyang. Terakhir, mencoba tren horor ilmu hitam dalam Ritual. Ke depannya, bisa jadi film Findo dinamis mengikuti tren.
Hadrah Daeng Ratu
Hadrah Daeng Ratu merupakan sutradara film Indonesia pendatang baru. Film horornya pun baru ada tiga judul yang debut lewat Jaga Pocong (2018). Tahun berikutnya menggarap film Malam Jumat the Movie dan Makmum. Tahun ini, Hadrah kembali merilis filmnya berjudul Aku Tahu Kapan Kamu Mati.
Lewat film debutnya, Hadrah dipercaya kembali menggarap film horor. Soal ciri khas, sebenarnya kurang terlihat spesifik. Namun, keempat filmnya sama-sama lengang, diam, dan punya daya kejut. Sebagai informasi, tiga judul film terakhir merupakan film adaptasi. Malam Jumat the Movie dari YouTube Ewing HD, Makmum dari film pendek, dan Aku Tahu Kapan Kamu Mati dari Wattpad.
Joko Anwar
Dok. KINCIR
Nama Joko Anwar makin melejit saat berhasil remake film horor ’80-an berjudul Pengabdi Setan (2017), hingga ditayangkan di 42 negara. Bisa dibilang, sutradara sekaligus penulis skenario ini jadi salah satu yang mengubah babak baru dari sejarah film Indonesia genre horor dengan kualitas cerita.
Dari 16 karyanya, genre horor ada 3, yakni Pengabdi Setan, Perempuan Tanah Jahanam (2019), dan serial antologi Folklore: A Mother’s Love (2018). Joko Anwar juga berkiprah sebagai penulis Ratu Ilmu Hitam (2019) yang disutradarai Kimo Stamboel.
Semua filmnya, termasuk horor, punya trademark tentang perempuan hamil, kesuburan, dan kelas menengah bawah. Contohnya, dalam Pengabdi Setan, tokoh Ibu memilih mengikuti Sekte Kesuburan. Di Perempuan Tanah Jahanam soal kutukan ibu hamil. Kemudian, A Mother’s Love soal perempuan yang membawa mati keinginannya untuk punya anak dan ditampilkan dengan sosok Wewe Gombel. Kehadiran perempuan hamil dalam setiap film Joko Anwar dianggap sebagai penanda kegelisahannya akan kondisi perempuan dalam keluarga.
Jose Poernomo
Film debut Jose Poernomo, Jelangkung (2001), yang ditonton oleh sekitar 1,3 juta orang di bioskop. Kesuksesan film Jelangkung melesatkan nama Jose sebagai seorang sutradara film Indonesia bergenre horor kenamaan. Bisa dibilang, Jose yang mempopulerkan film horor dengan tema tempat angker dan ritual mistis. Sejak 2001, total ada 20 film Indonesia genre horor yang disutradarainya, termasuk 16 judul yang digarapnya 10 tahun terakhir.
Ciri khas Jose pada setiap film horornya lebih menonjolkan nuansa atau kondisi seram dari legenda urban yang diceritakan. Disamping kemunculan hantu yang kurang ikonis, ketakutan karakter menjadi pengantar cerita horor. Total, Ada 11 judul yang punya formula ini.
Kimo Stamboel
Lain lagi film horornya Kimo Stamboel yang punya sentuhan brutal. Sutradara film Indonesia ini memulai debutnya dalam film indie berjudul Bunian (2004). Sementara film horor pertamanya adalah Rumah Dara (2010) dan bisa dibilang jadi cikal bakal sentuhan sadis dan brutal di film horor Kimo selanjutnya.
Selain Rumah Dara, film horornya dalam 10 tahun terakhir, antara lain DreadOut (2018), Ratu Ilmu Hitam (2019), dan film terbarunya Jailangkung 3. Dalam film-filmnya, Kimo enggak hanya mengandalkan jump scare, tapi juga cerita dan efek visual. Enggak heran, setelah film rilis, pasti banyak beredar bagaimana visual efek menyempurnakan film horor garapannya.
Nayato Fio Nuala
Namanya bisa dibilang jarang terdengar saat ini. Namun, sutradara yang dikenal dengan nama Koya Pagayo ini aktif bikin film Indonesia genre horor. Total, ada 53 film horor dari 80 film berbagai genre yang digarapnya.
Ciri khas film horornya terpaku pada dua hantu: pocong dan kuntilanak. Dilihat dari filmografinya, dirinya bikin film pocong sebanyak 11 kali, film kuntilanak 9 kali, dan film tempat angker 11 kali. Bagi Koya Pagayo, cerita menjadi indikator kesekian dibandingkan jump scare karena penonton enggak akan ingat siapa yang tewas dibanding kaget-kagetannya. Lalu soal kesuksesan? Dari 80 film yang digarapnya, film Hantu Ambulance (2008) yang mendapat penonton terbanyak sebesar 862.913.
Rizal Mantovani
Rizal Mantovani dikenal karena kerap berkolaborasi dengan Jose Poernomo dalam menggarap film horor. Debut di film Kuldesak (1999), hingga kini sudah menyutradarai 35 film berbagai genre, 20 diantaranya bergenre horor. Dalam 10 tahun terakhir, 13 film horor telah digarapnya. Yang terbaru, Rasuk 2 (2020).
Film Indonesia genre horor karya Rizal biasanya lebih menekankan pada kengerian hantu lokal seperti pocong dan kuntilanak. Selain itu, beberapa filmnya juga mengangkat tema yang berkisar soal aktivitas mistis di Indonesia. Contohnya, Jelangkung (2001), Taring (2010), Jenglot Pantai Selatan (2011), dan Firegate (2016).
Rocky Soraya
Jika Rizal Mantovani menekankan pada hantu lokal, Rocky Soraya menekankan pada benda-benda yang memiliki unsur gaib. Sebelumnya, nama Rocky Soraya memang lebih dikenal sebagai produser film Indonesia. Namun, filmografi horornya enggak boleh diremehkan. Rocky telah menyutradarai 8 film Indonesia genre horor dan 7 kali jadi penulis skenarionya.
Ciri khasnya terletak pada cerita yang berhubungan dengan benda gaib dan ritual. Seperti karyanya The Doll (2016), The Doll 2 (2017), Mata Batin (2017), Sabrina (2018), Mata Batin 2 (2019), dan Jeritan Malam (2019).
Hebatnya, Rocky sempat menorehkan sejarah baru di perfilman Indonesia. Dia mendapat penghargaan MURI karena empat filmnya berhasil mendapat lebih dari satu juta penonton secara berturut-turut. Film-filmnya, antara lain The Doll 2 (1,2 juta penonton), Mata Batin (1,2 juta penonton), Sabrina (1,3 juta penonton), dan Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (3,3 juta penonton).
Timo Tjahjanto
Selain Jose Poernomo dan Rizal Mantovani yang sering duet bikin film horor, Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel juga sering berkolaborasi. Debut film panjang Timo Tjahjanto, yakni film Rumah Dara yang ditayangkan perdana di festival internasional sejak 2008. Dari 12 filmnya Timo, 5 di antaranya genre horor.
Semua film garapan Timo, termasuk film horor bukan sekadar menjual jump scare. Baik kolaborasi dengan Kimo atau garapan sendiri, film-filmnya cenderung sadis dan brutal. Timo enggak segan menghadirkan cipratan-cipratan darah dalam bentuk visual yang mengerikan. Ditambah, hadirnya sosok monster yang seram dan jijik. Selain di Rumah Dara, kalian bisa lihat di film Sebelum Iblis Menjemput (2018), dan Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020).
Yoyok Subagyo
Selain Nayato Fio Nuala dan Findo Purwono, Yoyok Subagyo alias Yoyok Dumprink juga masih membuat film Indonesia genre horor dengan hantu-hantu cantik. Bahkan, film horor Yoyok rata-rata menggaet artis mancanegara. Sasha Grey dalam Pocong Mandi Goyang Pinggul (2011), Tera Patrick dalam Rintihan Kuntilanak Perawan (2010), dan Misa Campo dalam Pacar Hantu Perawan (2011).
Yoyok telah menyutradarai delapan film Indonesia genre horor. Semuanya memiliki unsur komedi dan cenderung menampilkan sosok perempuan seksi.
***
Menjadi sutradara film horor bukan berarti idealis atas tren tertentu. Justru harus terbuka dengan segala kesempatan yang ada, seperti eksplorasi genre. Para sutradara film Indonesia genre horor di atas telah membuktikan bahwa begitu banyak hantu lokal, cerita mitos atau legenda urban yang mewarnai film Indonesia 10 tahun terakhir.
Nah, di antara 12 sutradara film Indonesia genre horor di atas, siapa sutradara yang karyanya selalu kalian tunggu-tunggu? Kasih tahu jawaban kalian di kolom komentar dan pantau terus KINCIR untuk informasi menarik selanjutnya seputar dunia film!