– Perjalanan karier Gunawan Maryanto hingga berhasil menjadi “Aktor Terbaik” Festival Film Indonesia 2020 Lewat film The Science of Fictions.
Acara penghargaan film terbesar di Indonesia, yaitu Festival Film Indonesia (FFI), telah diselenggarakan di tahun ini. Salah satu hal yang mencuri perhatian di FFI 2020 adalah kemenangan Gunawan Maryanto di kategori “Pemeran Utama Pria Terbaik” berkat aktingnya di film The Science of Fictions atau Hiruk Pikuk si Al-Kisah (2019).
Penampilannya yang memukau di film garapan Yosep Anggi Noen tersebut bahkan membuat Gunawan berhasil mengalahkan nomine lainnya, seperti Ario Bayu, Dion Wiyoko, Ibnu Jamil, dan Reza Rahadian. Hebatnya lagi, ini adalah kali pertama Gunawan masuk dalam nominasi FFI dan dia berhasil memenangkannya.
KINCIR pun mendapatkan kesempatan mengobrol dengan Gunawan secara langsung. Aktor kelahiran 10 April 1976 ini membagikan sedikit kisahnya di dunia akting hingga pengalamannya saat syuting film The Science of Fictions.
Langsung saja simak kisah Gunawan Maryanto yang meninspirasi di bawah ini!
Berawal dari Dunia Teater hingga Terjun ke Dunia Film
Nama Gunawan mulai dikenal sebagai aktor film sejak empat tahun lalu, tepatnya lewat film Istirahatlah Kata-kata (2016). Walau terbilang baru di dunia film, Gunawan sebenarnya telah berkecimpung di dunia akting sejak lama, bahkan sejak dia masih di bangku sekolah. Gunawan terlebih dulu menumbuhkan kecintaannya terhadap dunia seni peran lewat teater.
Memiliki ayah, kakek, dan nenek yang menekuni seni pertunjukan tradisi, enggak heran bahwa Gunawan telah “terpapar” seni pertunjukan sejak kecil. Namun, Gunawan baru mulai serius menekuni seni pertunjukan saat dia berada di kelas 5 SD dengan bergabung di kelompok teater. Enggak tanggung-tanggung, Gunawan diajarkan oleh Rudi Corens, sutradara teater dari Belgia yang juga pernah menjadi dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sejak saat itu, Gunawan mempelajari berbagai hal seputar teater dari Corens hingga dia menginjak bangku SMA. Gunawan pun mengaku bahwa pembelajaran teaternya yang dilakukan selama SD hingga SMA tersebutlah yang menjadi dasar bagi dirinya mengenal teater modern.
Selain itu, pendidikan yang Gunawan dapatkan semasa kuliah Sastra Jawa di UGM pun membuatnya semakin dekat dengan teater. Menurut Gunawan, teater mau enggak mau harus bergaul juga dengan sastra. Soalnya, teater juga membutuhkan penguasaan sastra dan bahasa.
Walau mulai dikenal lewat perannya sebagai Wiji Thukul di Istirahatlah Kata-kata, Gunawan sebenarnya telah debut sebagai aktor film sejak 2012, tepatnya lewat film Toilet Blues (2012). Alasan Gunawan saat pertama kali masuk ke dunia film ternyata enggak muluk-muluk. Dia bersedia terjun ke dunia film karena ajakan orang yang sudah dia percayai.
“Masuknya (ke dunia film) itu lebih karena diminta bantu jadi aktor. Sampai sekarang seperti itu proses saya di film. Bagi saya mau di panggung atau film itu sama-sama perihal keaktoran. Saya pikir keduanya sangat berhubungan, hanya berbeda medium saja, seperti hanya pindah panggung saja,” ujar Gunawan.
Soal ketertarikan, Gunawan mengaku enggak ada ketertarikan khusus di dunia film. “Sejauh saya masih bisa menggunakan kemampuan keaktorannya, menjadi hal yang menarik buat kawan-kawan sutradara film,” lanjutnya.
Gunawan pun bercerita bahwa sutradara Toilet Blues, yaitu Dirmawan Hatta, merupakan temannya sejak mereka tergabung di Teater Garasi, kelompok teater yang awalnya dibentuk sebagai suatu lembaga mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM. Atas dasar keyakinan terhadap Dirmawan, Gunawan langsung setuju membantu temannya untuk membintangi Toilet Blues dan memulai kariernya di dunia film.
Aktor berusia 44 tahun ini memang mengaku menikmati keterlibatannya di teater maupun film. Namun, jika harus memilih dari proses penciptaannya, Gunawan ternyata lebih memilih teater. Proses pembuatan yang linier, cerita yang disajikan bersifat berkesinambungan, dan ditampilkan secara langsung kepada penonton tanpa termediasi, membuat Gunawan lebih menikmati teater.
Proses pembuatan film yang pengambilan adegannya bersifat acak ternyata terasa lebih berat bagi Gunawan. Soalnya, Gunawan dituntut dapat mengatur tangga dramatik dan emosi akting yang harus dia tampilkan di suatu adegan. Seolah-olah dia baru saja merasakan emosi dari adegan yang belum pernah dia syuting atau adegan yang telah disyuting di hari yang berbeda.
The Science of Fictions, Tawaran Film yang Diterima Tanpa Pikir Panjang
Tayang di berbagai festival film internasional pada tahun lalu, The Science of Fictions akhirnya tayang di bioskop Indonesia pada 10 Desember 2020. Di balik rasa senangnya karena film tersebut akhirnya bisa ditonton masyarakat Indonesia secara luas, Gunawan juga mengaku cemas atas penayangan filmnya di tengah pandemi.
Sebagai informasi, The Science of Fictions digarap oleh sutradara yang juga menggarap Istirahatlah Kata-kata, yaitu Yosep Anggi Noen. Keterlibatan Gunawan di The Science of Fictions ternyata dimulai sejak 2012 setelah Anggi menonton penampilan Gunawan di Toilet Blues. Terpukau dengan penampilannya Gunawan, Anggi menghubungi sang aktor untuk mengajak bekerja sama.
Tanpa tahu film apa yang bakal dibuat, atas dasar kepercayaan kepada Anggi yang telah dikenalnya sejak lama, Gunawan langsung menyetujui ajakannya. Hal ini berbanding terbalik saat Anggi menawarkan peran Wiji Thukul. Gunawan mengaku sempat memiliki banyak pertimbangan sebelum membintangi film Istirahatlah Kata-kata.
Bekerja sama dengan Anggi sebanyak dua kali selalu menjadi pengalaman kerja yang menyenangkan bagi Gunawan. Saling mengenal sejak lama juga membuat mereka jadi lebih tahu satu sama lain, sehingga Anggi sudah tahu gambaran yang jelas untuk Gunawan.
Gunawan akhirnya tahu mengenai gambaran film dan karakter yang akan dia perankan ketika menerima draf naskah awal The Science of Fictions pada 2013. Yap, siapa sangka Gunawan telah mengenal Siman sejak lama. Namun, proses pengenalan Siman sempat terhenti karena Anggi mendahulukan proyek film Istirahatlah Kata-kata.
Jangan-jangan Gunawan Maryanto ini satu-satunya dalam sejarah FFI yg menang Piala Citra Pemeran Utama Pria Terbaik tanpa dialog ya???? pic.twitter.com/9ClfhEt7bt
— Yosep Anggi Noen (@angginoen) December 5, 2020
Aktor asal Yogyakarta ini merasa cocok bekerja sama dengan Anggi karena diberi keleluasaan dan diberikan ruang untuk menginterpretasikan karakter. Selalu berlangsung juga diskusi-diskusi di luar proses pengambilan gambar.
“Ada percakapan jika ada temuan-temuan tertentu dan itu sangat membantu saya sebagai seorang aktor untuk mengukuhkan karakter. Jadi, dua kali pengalaman sama Anggi seperti itu,” ungkap Gunawan sambil tersenyum.
Teater Punya Peranan Besar dalam Memerankan Siman
Buat yang telah nonton film The Science of Fictions, kalian pastinya tahu bahwa karakter yang diperankan oleh Gunawan, yaitu Siman, sama sekali enggak memiliki dialog di film tersebut. Berakting tanpa dialog di era perfilman modern tentunya enggak mudah. Beruntungnya, Gunawan telah terlatih berakting dengan menggunakan bahasa tubuh lewat teater.
“Dengan karakter seperti itu, saya segera berpikir bahwa satu-satunya bahasa yang bisa saya gunakan adalah bahasa tubuh. Kebetulan saya juga banyak menggarap teater tubuh juga. Ketika tuntutannya adalah memaksimalkan bahasa tubuh, maka saya fokus di sana. Pertama rujukannya kepada gerakan astronaut. Itu kemudian jadi pijakan awal bagi saya untuk memasuki karakter Siman,” ujar Gunawan.
Berdasarkan rujukannya kepada gerakan astronaut, Gunawan merancang bagaimana gerakan dan koreografi Siman, kemudian mempresentasikan dan mendiskusikannya kepada Anggi. Ketika gerakan yang diciptakan telah disepakati bersama, Gunawan mengisi gerakan yang dia ciptakan dengan emosi dan berbagai isu yang berguna untuk membangkitkan karakternya.
Saat ditanya adegan atau momen yang paling berkesan saat proses syuting The Science of Fictions, Gunawan mengatakan bahwa seluruh prosesnya menyenangkan. “Film tersebut melalui proses yang cukup sehat, enggak ada ketegangan, enggak ada drama, dan waktu produksinya yang cukup longgar,” ungkapnya.
Saat ditanya tentang kesulitan, ternyata yang paling mengganggu Gunawan saat proses syuting adalah kostum astronaut yang dia pakai. Kostum tersebut membuat Gunawan merasa begitu kepanasan selama proses syuting. Dia dan tim produksi sampai berusaha mengakali dengan melubangi kostumnya sedikit-sedikit supaya rasa gerahnya sedikit berkurang.
Namun, ketidaknyamanan Gunawan terhadap kostumnya dianggapnya sebagai tantangan dan proses pendalaman karakter untuk Siman. Gunawan pun enggak perlu berpura-pura kepanasan saat berakting menjadi Siman.
Tak Menutup Diri dari Film Komersial
Melihat rekam jejaknya Gunawan di dunia film, aktor ini bisa dibilang langganan dalam membintangi film kelas festival. Dengan pencapaiannya saat ini, apakah ke depannya Gunawan bakal terbuka untuk membintangi film yang bersifat komersial atau ke genre-genre yang lebih ringan?
“Saya belum terlalu banyak, ya, di film. Kalau terbuka, ya, terbuka. Artinya saya enggak mengkhususkan diri untuk film gelap atau film aneh. Bukan soal industrinya, saya lebih melihat apa yang mau film itu bawakan atau isu apa yang dibicarakan di film tersebut. Itu yang menjadi pijakan saya dalam memilih peran. Mau horor, komedi, atau apa pun, saya enggak ada masalah. Namun, kembali lagi ini film tentang apa,” ujar Gunawan.
Gunawan enggak mempersoalkan tentang genre atau karakter yang akan diperankannya nanti. Dia hanya ingin membintangi film yang memberikan pesan yang penting. Gunawan merasa ada yang kurang jika dirinya membintangi film yang hanya sekadar menyajikan hiburan.
Bukan berarti Gunawan meremehkan film yang hanya sekadar menyajikan hiburan, loh. Dia bahkan paham bahwa menghibur orang bukanlah perkara yang mudah. Namun, dia membutuhkan film yang menyajikan lebih dari itu.
Sebelum menutupi percakapannya dengan KINCIR, Gunawan enggak lupa memberikan pesan buat kalian yang bercita-cita menjadi aktor. Gunawan mengatakan bahwa kemampuan keaktoran sebenarnya adalah kemampuan dasar manusia, yang mengolah tubuh, mengolah vokal, mengolah pikiran, dan mengolah emosi.
Gunawan juga enggak menampik bahwa banyak hal yang harus kalian pelajari, baca, dan tonton untuk menjadi seorang aktor. Sebelum ekspresi, tentunya ada tahapan praekspresi yang mana tahapan tersebut mencari kelengkapan aktor yang harus dipenuhi. Menurut Gunawan, tahapan tersebut memerlukan pembangunan disiplin yang cukup berat.
Dengan disiplin, kalian tentunya bakal rajin untuk terus berlatih saat tahap praekspresi, sehingga kalian bisa tampil maksimal saat tahap ekspresi. Intinya, kemampuan akting itu harus terus diasah dan harus menikmati proses hingga nantinya impian kalian menjadi aktor tercapai.
***
Kalian tentunya juga bisa belajar berakting dari penampilan Gunawan Maryanto di berbagai filmnya. Jangan lupa saksikan akting memukaunya di film The Science of Fiction atau Hiruk Pikuk si Al-Kisah, ya. Mumpung masih ditayangkan di bioskop, nih. Kalian bisa baca review-nya di sini.
Jangan lupa ikuti terus KINCIR buat dapatin berbagai kisah inspiratif seputar film lainnya, ya!