Berkat kemajuan teknologi, akhir-akhir ini Hollywood jadi gencar banget membuat film adaptasi dalam bentuk live action. Enggak cuma dari novel, adaptasi pun juga dilakukan dari anime dan serial atau film animasi klasik. Meski udah punya patokan cerita, ternyata hal itu enggak menjamin sebuah live action tetap kece dan disukai penonton juga kritikus.
Sebelumnya, KINCIR udah pernah bahas live action anime yang gagal kece. Kali ini, ada juga live action adaptasi film dan serial animasi Hollywood yang juga bernasib sama. Langsung aja simak di bawah ini.
1. Scooby-Doo (2002)
Jauh sebelum menggarap film-film Marvel, James Gunn udah teruji kekonyolannya dengan menulis naskah live action film Scooby-Doo. Sayangnya, banyak perombakan naskah dalam prosesnya karena naskah James Gunn jauh lebih gelap dan cerdas ala cerita Guardians of the Galaxy.
Rotten Tomatoes: 30%
IMDb: 5/10
Warner Bros. yang enggak mau filmnya dapat R-rated pun main aman. Naskahnya disesuaikan sama penonton muda dan anak-anak serta lebih ramah keluarga. Strategi ini memang berhasil buat menjaring penonton yang lebih banyak.
Sebetulnya, para kritikus sebagian besar memuji performa akting Matthew Lillard sebagai Shaggy yang klop banget sama karakter di animasinya. Kelucuannya pun enggak perlu dipertanyakan lagi. Namun, konflik bahkan klimaks dibuat terlalu konyol bikin film ini jadi enggak lucu lagi dan malah terkesan bodoh.
2. The Last Airbender (2010)
Serial animasi Nickelodeon, Avatar: the Legend of Aang, juga pernah mendapatkan live action-nya yang digarap sama M. Night Shyamalan. Namun, berharap dapat film “mistis” kayak karya-karya Shyamalan lainnya, film ini malah dihujat.
Rotten Tomatoes: 5%
IMDb: 4,1/10
Plot dan cerita yang enggak setia sama karya aslinya, pemilihan cast yang ngasal, sampai kemampuan akting mengecewakan. Ironisnya, filmnya dihujat enggak cuma sama kritikus, tapi juga sama fans!
Enggak ada yang salah dengan visualnya yang magis. Namun, semua visual itu jadi terasa kosong karena kisahnya yang terlalu eksperimental dan “mengkhianati” serial aslinya.
3. Alice in Wonderland (2010)
Ternyata, Tim Burton pun enggak selalu bisa menghidupkan animasi favorit para penggemarnya melalui film yang ajaib. Kali ini, melalui Alice in Wonderland, Burton mencoba mewujudkan imajinasi liar Alice dengan cara yang lebih gelap, lebih mendebarkan.
Rotten Tomatoes: 51%.
IMDb: 6,5/10
Narasi yang kurang gereget dan efek CGI yang berlebihan bikin film ini banyak dikritik. Meski begitu, sebenarnya film ini mencetak hit besar dengan mencatatkan penghasilan lebih dari satu miliar dolar, melawan ongkos produksi yang hanya sekitar 200 juta dolar.
Terlepas dari humor Tim Burton yang memang gelap, nyatanya Academy Awards pun mengakui dengan memenangkan Alice in Wonderland dalam kategori “Best Art Direction” dan “Best Costume Design”.
4. Maleficent (2014)
Pemilihan Angelina Jolie sebagai Maleficent juga enggak bisa menyelamatkan film tersebut dari kritikan pedas. Penonton awam memang menyukai film ini karena penampilan Jolie yang memang total banget dan berhasil bikin simpati sama “si jahat” Maleficent.
Rotten Tomatoes: 54%
IMDb: 7/10
Sebetulnya, angka 54% ini enggak seburuk itu. Soalnya, lagi-lagi, film produksi Walt Disney Pictures ini cukup dipuji karena menyajikan visual yang memanjakan mata. Indah, tetapi juga gelap.
Sayangnya, beberapa kritikus berpendapat bahwa film ini menyia-nyiakan keberadaan Jolie di dalamnya buat peran yang sebetulnya ringan. Namun, hal itu enggak mengurungkan niat Disney buat membawa sekuelnya ke layar lebar pada Oktober 2019.
5. Teenage Mutant Ninja Turtles (2014)
Enggak semua film superhero yang diadaptasi dari komik dan serial animasinya sukses kayak film-filmnya Marvel. Teenage Mutant Ninja Turtles (TNMT), misalnya.
Rotten Tomatoes: 22%
IMDb: 5,8/10
Diadaptasi dari komik Mirage Studio, lalu diadaptasi jadi serial animasi sampai game, tetap enggak berhasil jadi film live action yang menuai pujian. Meski udah menggaet si seksi Megan Fox, tetap aja para kritikus enggak menilai hal itu sebagai kelebihan film ini.
TNMT garapan Jonathan Liebesman ini dinilai terlalu konyol, sampai-sampai para kritikus merasa enggak bisa mendapatkan apa pun dari filmnya. Beberapa kritikus juga menilai bahwa fans para kura-kura ninja ini layak mendapatkan film yang lebih baik.
6. Dumbo (2019)
Tim Burton lagi-lagi kena batunya. Kali ini, mencoba membuat Dumbo lebih “ramah keluarga”, Dumbo malah dinilai enggak berjiwa dan naskahnya enggak menginspirasi. Bahkan, gaya penyutradaraan Burton pun dikritik di sini, dengan catatan bahwa Burton bisa membawa Dumbo menjadi lebih maksimal.
Rotten Tomatoes: 46%
IMDb: 6,4/10
Makanya, enggak heran kalau Dumbo tetap mencetak Box Office dengan pendapatan domestik total 352,2 juta dolar, melawan bujet 170 juta dolar. Intinya, Walt Disney tetap untung menjual gajah imut yang bisa terbang ini dalam bentuk live action.
7. The Lion King (2019)
Disney memang masih fokus dalam rencana live action film animasinya. Yang terbaru, The Lion King (2019) garapan Jon Favreau. Sayangnya, para kritikus menilai, Favreau enggak membawakan sesuatu yang baru dalam The Lion King.
Meski seakan terlihat setia, The Lion King dianggap kehilangan narasi “berat” yang jadi kekuatan film animasi klasiknya. “Hakuna Matata” jadi terlihat kayak seruan putus asa Simba yang mau lari dari kenyataan.
Rotten Tomatoes: 54%
IMDb: 7,2/10
Ditambah lagi, film ini enggak bisa disebut sepenuhnya sebagai live action karena menggunakan teknologi fotorealistis digital buat menghidupkan Simba dan hewan-hewan di Pride Lands.
The Lion King (2019) jadi dianggap mesin pencetak uang aja karena cuma mau memberikan visual indah yang saking realistisnya malah bikin para karakter di dalamnya kurang ekspresif.
***
Memang, sih, membuat film yang diadaptasi dari film atau serial animasi itu susah-susah gampang. Ada yang berhasil, ada juga yang enggak di mata kritikus.
Meski begitu, bukan berarti kritikan para kritikus itu bikin kalian jadi malas nonton film itu, ya. Karena, bisa jadi malah skor dari penonton awam justru jauh lebih tinggi. Ini terjadi karena kritikus selalu melihat banyak aspek, sementara penonton awam biasanya cepat puas.
Adakah film lain yang menurut kalian remake-nya lebih mengecewakan selain film-film di atas?