– Beberapa novel Indonesia ini justru mandek buat meneruskan sekuel film dari seri novelnya.
– Berbagai alasan menjadi dasar proyeknya enggak diproduksi.
Dalam dunia film Indonesia, merilis adaptasi dari novel sudah bukan hal yang asing. Namun, ketika novel yang diangkat punya beberapa seri, ada tanggung jawab lebih buat meneruskan filmnya sesuai jumlah sekuelnya.
Contohnya waralaba film Danur yang sampai saat ini konsisten dalam melanjutkan film sesuai dengan seri bukunya. Namun, ada beberapa film Indonesia yang justru mandek buat nerusin sekuel dari seri novelnya. Alasannya macam-macam. Bisa jadi salah satunya karena jumlah penonton yang enggak sebanyak jumlah pembaca bukunya. Seperti beberapa novel Indonesia di bawah ini!
1. Maryamah Karpov
Novel Andrea Hirata ini fenomenal di zamannya. Kisah soal pendidikan yang dibangun dalam novel Laskar Pelangi membekas banget ketika diangkat jadi film oleh Riri Riza pada 2008. Kemudian diikuti dengan Sang Pemimpi (2009) dan Edensor (2013).
Sayang banget, novel terakhir Andrea Hirata dalam tertalogi Laskar Pelangi sampai saat ini belum ada tanda-tanda bakal difilmkan. Novel itu berjudul Maryamah Karpov. Kabarnya novel terakhir ini juga bakal dibuat film, tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda proyeknya akan digarap. Terakhir, Andrea Hirata mengatakan bahwa dirinya tengah berhati-hati memilih tawaran untuk mengadaptasi Maryamah Karpov ke layar lebar.
2. Akar
Seri Supernova bisa dibilang jadi salah satu novel yang begitu menggugah. Bahasa yang dipakai oleh penulis Dee lestari memang supernjelimet, tapi makna ceritanya tetap dapat.
Supernova punya enam buku: Ksatria Puteri dan Bintang Jatuh (2001), Akar (2002), Petir (2004), Partikel (2012), Gelombang (2014), dan Intelegensi Embun Pagi (2016). Namun, yang diangkat jadi film baru satu, yakni Ksatria Puteri dan Bintang Jatuh pada 2014 yang dibintangi oleh Herjunot Ali, Hamish Daud, Raline Shah, dan Fedi Nuril.
Sampai artikel ini ditulis, belum ada kabar lagi buat melanjutkan film sekuelnya. Seharusnya, ada film Akar yang dapat giliran untuk naik tayang. Kabarnya, novel ini bakal digarap di bawah naungan Visinema Pictures. Berbeda dari adaptasi layar lebar seri pertamanya, Ksatria Puteri dan Bintang Jatuh, yang diproduksi oleh Soraya Intercine Films. Bagi Angga Dwimas Sasongko, sutradara di Visinema, Akar prosesnya masih panjang, karena itu proyek yang menantang hingga butuh waktu untuk produksi.
3. Surat Dahlan
Sesuai dengan judulnya, novel ini mengangkat kisah seorang tokoh nasional Dahlan Iskan. Mantan Menteri BUMN ini melejit namanya seiring popularitasnya. Novel tentang perjuangan hidupnya pun dibuat. Surat Dahlan merupakan sekuel novel dari Sepatu Dahlan yang filmnya dirilis pada 2014.
Sayang ketika digubah jadi film, Sepatu Dahlan kurang populer, padahal novelnya begitu menyentuh. Sementara, sekuelnya, Surat Dahlan, belum ada tanda-tanda akan diteruskan buat diangkat jadi film. Seharusnya, di film sekuel ini kita bisa melihat sosok Dahlan Iskan yang beranjak dewasa. Jika Surat Dahlan benar-benar difilmkan, siap-siap sedia tisu, ya.
4. Pingkan Melipat Jarak
Kisah romansa Sarwono dan Pingkan memang enggak berakhir di novel Hujan Bulan Juni. Sapardi Djoko Damono membuat dua novel lainnya sebagai lanjutan film tersebut. Judulnya adalah Pingkan Melipat Jarak dan Yang Fana Adalah Waktu.
Di film Hujan Bulan Juni semuanya masih serba tanggung. Masih banyak cerita yang belum terselesaikan tentang Sarwono dan Pingkan. Nah, Pingkan Melipat Jarak harusnya jadi film sekuel yang tentunya ditunggu para penikmat novel mendiang sastrawan Indonesia ini. Sampai sekarang belum ada kabar novel keduanya difilmkan.
5. Ranah 3 Warna
Novel karya Ahmad Fuadi ini laris banget, karena ditampilkan secara apik kehidupan di pesantren. Cerita Ranah 3 Warna merupakan bagian dari trilogi novel laris yang ditulis bagian kedua. Bagian pertama berjudul Negeri 5 Menara sudah pernah difilmkan pada 2012 dan mendapat sambutan dari masyarakat. Sementara bagian akhir, Rantau 1 Muara masih dalam rencana pembuatan.
Menariknya, film Ranah 3 Warna telah digarap. Beberapa waktu lalu sneak peek dan first look-nya rilis. Ketika bioskop sudah kembali dibuka, Ranah 3 Warna segera bisa kita nikmati di layar lebar.
***
Nah itulah lima proyek novel Indonesia berseri yang diangkat jadi film tapi tak kunjung diteruskan. Padahal novel-novel di atas termasuk best seller. Kalau kamu jadi seorang produser atau sutradara, dan bisa buat bikin satu film dari pilihan novel Indonesia di atas, mana novel yang cerita bakal kamu lanjutkan?