Inilah 6 Film Propaganda Jepang Sebelum Indonesia Merdeka

Film propaganda Jepang digunakan sebagai media untuk menggerakkan rakyat Indonesia melawan Sekutu dan berpihak sama Jepang. Seperti apa film-filmnya?


Pada saat menjajah Indonesia, Jepang pernah membuat sebuah rumah produksi bernama Nippon Eiga Sha yang didirikan pada bulan April, tahun 1943. Studio yang digunakan oleh Jepang adalah studio milik ANIF yang setelah Indonesia merdeka kemudian menjadi milik PFN.

Alih-alih untuk seni, rumah produksi ini didirikan dengan tujuan propaganda, supaya Indonesia mau berpihak sama Kekaisaran Jepang dan mempermudah agenda Jepang di sana. Aktor dan aktris Indonesia pun juga bermain di film-film itu.

Film propaganda Jepang.
Film propaganda Jepang. Via Istimewa.

Pada saat itu, Jepang memang serius menangani propaganda. Selain film, propaganda dibuat dalam bentuk surat kabar, contohnya dalam koran Sinar Baroe dan Tjahaja

Layaknya pada zaman kekuasaan Hitler di Jerman, film yang berbentuk propaganda memang selalu dibuat seniat mungkin dengan isu yang strategis banget. Jadi, walaupun kental akan muatan politik dan pengalihan isu, secara sinematografis film-film ini cukup bagus dan meyakinkan, sehingga, penonton pun merasa “terbius” dan percaya sama apa yang dibawakan di dalam film.

Film Propaganda Jepang Sebelum Kemerdekaan

1. Berdjoeang (1943)

Via Istimewa

Film ini mengisahkan perjuangan masyarakat desa di Hindia Belanda (Indonesia dulu), untuk melawan penjajah. Yap, kalian enggak salah baca. Penjajah yang dimaksud di dalam film ini adalah penjajah Belanda.

Jepang sendiri dikisahkan sebagai sekutu yang dimintai bantuan oleh rakyat Hindia Belanda dalam rangka menggapai kemerdekaan mereka dan lepas dari belenggu Belanda.

Film ini disutradarai oleh Ariffien dan dibintangi sama Sambas, Mohammad Mochtar, Dhalia, Kartolo, dan Chatir Harro.

Apa tujuan dari pembuatan film ini? Film ini diproduksi dengan tujuan supaya Indonesia mau membantu Jepang dalam perang melawan Belanda. Untuk itu, pihak Belanda di dalam film ini digambarkan sebagai sosok yang jahat dan juga berusaha untuk merusak perjuangan bangsa Indonesia.

2. Singapore Soko Geki (1940)

Via Istimewa

Lagi-lagi, prajurit Jepang digambarkan hebat, tangguh, dan membela kebenaran di dalam Singapore Soko Geki. Perang yang dibahas di dalam film ini adalah perang melawan pasukan Inggris di Malaya dan Singapura.

Tentu saja, jika dapat mengalahkan pasukan Inggris di wilayah Asia Tenggara yang strategis, Jepang pun dapat “melindungi” Hindia Belanda dan menjadi ‘saudara tua yang baik’.

3. Eikoku Koezoeroeroe no Hi (1942)

Via Istimewa

Film yang artinya adalah Saat Inggris Runtuh ini bercerita tentang bagaimana kerennya para prajurit Jepang pada saat melawan tentara Inggris. Sudut pandang pun jadi berbeda dari film Berdjoeang.

Meski begitu, tetap saja pada akhirnya tujuan film ini adalah untuk meyakinkan masyarakat Nusantara pada masa itu buat mau bergabung sama Jepang, supaya mereka bisa sama hebatnya dalam melawan para tentara Kaukasia.

4. Shogun to Sanbo to Hei (1942)

Via Istimewa

Film ini diangkat dari novel karya Tomoshin Ichi dengan judul serupa. Shogun to Sanbo to Hei atau Jenderal dan Prajurit mengambil tema perang Jepang-Cina (Sino) di Shanxi.

Secara umum, dunia tahu bahwa Jepang lah yang dulu cenderung berlaku kejam kepada Cina. Namun, dalam film ini ditunjukkan betapa patriotik dan beraninya prajurit Jepang, dan bagaimana nilai-nilai kesetiaan yang mereka junjung saat berperang.

5. Koeli dan Romusha (1945)

Kita semua tentu udah tahu sama cerita betapa kejamnya pendudukan Jepang pada masa penjajahan. Walaupun enggak selama Belanda, tetapi penjajahan Jepang di Indonesia merusak. Selain itu, tentara Jepang juga terkenal kasar dan kejam. 

Namun, itulah poin yang enggak akan dilihat di film ini. Dalam Koeli dan Romusha, diceritakan bahwa masyarakat Hindia Belanda sangat menderita akibat menjadi pekerja (kuli) paksa pada masa Belanda.

Namun, hal itu berbanding terbalik dengan pekerja Romusha (pekerja Hindia Belanda di bawah Jepang) yang digambarkan bahagia karena Jepang memperlakukan mereka dengan baik.

6. Nankai No Hanataba (1942)

Film propaganda Jepang.
Film propaganda Jepang. Via Istimewa.

Tema pilot dan insinyur pesawat memang kerap digunakan oleh Jepang dalam berbagai karya. Keduanya memiliki peran yang penting dalam perang. Film bertajuk Nankai no Hanataba yang dirilis pada tahun 1942 juga bercerita tentang kedua sosok ini.

Film besutan Yutaka Abe ini berfokus pada kehidupan seorang perancang pesawat terbang Jepang, yang bernama Jiro Horikoshi. Menggunakan keahliannya, ia berjuang melawan Sekutu saat Perang Dunia II. 

Sosok pilot-pilot angkatan udara Jepang yang berjuang dalam mengusir Sekutu di Asia Tenggara pun juga ada di dalam film ini. Melalui film ini, Jepang ingin supaya para rakyat Hindia Belanda merasa “aman” dan percaya bahwa Jepang dapat menjadi pelindung mereka atas Sekutu.

***

Pada akhirnya, sejarah enggak pernah bener-bener netral. Ia bisa saja menjadi sesuatu yang berbeda jika diceritakan sama orang yang berbeda. Walaupun film-film di atas bikin kita gusar, tetapi tentu saja ada banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran. Salah satunya adalah bahwa karya yang baik dapat mempengaruhi banyak orang. Pertanyaannya, pengaruh seperti apa yang ingin kita buat?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.