–Beberapa film mancanegara dianggap timbulkan kontroversi oleh LSF Indonesia dan membuat mereka dilarang tayang.
-Terlepas dari kontroversi, sejumlah film di bawah ini justru mendapatkan nominasi di ajang Oscar.
Nonton film bisa menjadi salah satu alternatif bagi seseorang untuk menghibur diri di kala rasa bosan mulai melanda. Selain menjadi sarana hiburan, sejumlah film juga mengandung pesan-pesan tersendiri yang bisa menjadi pelajaran bagi para penontonnya. Sayangnya, bagi beberapa lembaga sensor di sejumlah negara, pesan yang ingin disampaikan oleh sineas dalam karyanya justru dianggap memunculkan kontroversi dan menyinggung kelompok tertentu.
Hal ini pun turut terjadi di Indonesia yang berujung pada pencekalan bagi sejumlah film mancanegara. Alasannya pun berbagai macam, mulai dari dianggap akan menyebarkan paham tertentu hingga menyinggung suatu agama. Meskipun begitu, beberapa film mancanegara yang dilarang tayang di Indonesia ini justru mendapatkan penghargaan bergengsi di kelas internasional, loh!
Nah, di bawah ini KINCIR bakal membahas deretan film mancanegara yang punya kontroversi di Indonesia. Yuk, simak!
1. True Lies (1994)
Sosok Arnold Schwarzeneger memang kian populer di dunia film pada era ’80-an hingga akhir ’90-an. Selain waralaba Terminator, Schwarzeneger juga membintangi True Lies yang digarap oleh sutradara kawakan Hollywood, James Cameron. Dalam film ini, Schwarzeneger beraksi sebagai mata-mata yang menyamar menjadi seorang salesman untuk mencari lokasi dari rudal nuklir milik orang Arab.
Sayangnya, pencinta film di Indonesia enggak bisa menyaksikan aksi seru dari Schwarzeneger dalam True Lies. Hal ini karena film yang mendapat nominasi “Efek Visual Terbaik” di Oscar 1995 tersebut dilarang tayang oleh Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia. Pasalnya, True Lies dianggap melecehkan agama Islam serta akan menimbulkan kesalahpahaman terhadap budaya Arab yang dalam filmnya digambarkan lekat dengan terorisme.
2. South Park: Bigger, Longer & Uncut (1999)
Meskipun berwujud animasi, South Park: Bigger, Longer & Uncut tetap enggak diperbolehkan tayang di bioskop Tanah Air pada tahun perilisannya. Well, sebenarnya hal ini enggak terlalu mengherankan. Sebab, film Hollywood ini diangkat dari serial animasi yang diperuntukan buat penonton dewasa dan kerap mengandung unsur komedi gelap yang kemungkinan besar bakal menyinggung beberapa pihak.
Apalagi, dalam versi filmnya ini, terdapat isu-isu politik seperti penggambaran sosok mantan presiden Irak, Saddam Hussein, sebagai setan homoseksual. Jadi, jangan heran apabila South Park: Bigger, Longer & Uncut dilarang tayang di sejumlah bioskop Indonesia meskipun meraih nominasi di Oscar sebagai “Best Original Song.”
3. Merdeka 17805 (2001)
Merdeka 17805 merupakan produksi kerja sama antara Jepang dan Indonesia. Meskipun begitu, film tema penjajahan Jepang di Indonesia ini menuai kontroversi berkaitan dengan konsep cerita serta beberapa adegannya. Salah satunya adalah adegan saat perempuan asal Jawa mencium kaki dari seorang tentara Jepang. Makanya, Merdeka 17805 mengalami pencekalan di Tanah Air.
Terlepas dari kontroversi yang dialami di Indonesia, Merdeka 17805 justru terbilang sukses secara finansial ketika ditayangkan di Jepang. Bagaimana enggak, film ini berhasil meraup keuntungan sebesar 550 juta yen (sekitar Rp73 miliar). Tentunya, pihak studio yang turut melibatkan Rapi Films ini bakal mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar lagi sendainya enggak ada pencekalan terkait politik di Indonesia.
4. The Act of Killing (2012)
The Act of Killing alias Jagal adalah sebuah dokumenter yang dibuat oleh sutradara asal Hollywood, Joshua Oppenheimer. Film produksi kerja sama Denmark, Norwegia, dan Inggris ini mengangkat kembali sejarah kelam dari bangsa Indonesia, yakni tragedi pembantaian terhadap anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Selain itu, dokumenter ini juga menampilkan reka adegan dari Anwar Congo selaku tukang jagal yang menghabisi nyawa sejumlah anggota PKI.
Selain tema serta adegan di dalamnya, ada hal lain yang membuat The Act of Killing dilarang tayang di Indonesia. Sebab, menurut sejumlah lembaga, Jagal dapat menumbuhkan rasa simpati dan bisa membangkitkan kembali organisasi tersebut.
Meskipun kontroversi di Indonesia, dokumenter ini sukses meraih sejumlah penghargaan bergengsi, seperti “Dokumenter Terbaik” di BAFTA Awards. Bahkan, The Act of Killing juga mendapat nominasi di Oscar untuk kategori yang sama, loh!
5. The Look of Silence (2014)
Jika The Act of Killing mengambil fokus narasi dari pihak yang melakukan pembantaian, film The Look of Silence atau Senyap ini diambil dari sudut pandang keluarga korban yang terbunuh. Yap, Senyap merupakan dokumenter lanjutan dari Jagal yang kembali digarap oleh Joshua Oppenheimer. Kali ini, kisahnya berfokus pada penjual kacamata bernama Adi yang merupakan keluarga korban anggota PKI yang dibantai.
Alasan dokumenter ini mengalami kontroversi yang berujung pencekalan pun enggak jauh berbeda dengan Jagal. Sebab, lagi-lagi Senyap ditakutkan akan membangkitkan PKI di Tanah Air. Namun, Senyap juga kembali mengulang kesuksesan film pertamanya yang masuk nominasi Oscar untuk “Dokumenter Terbaik.” Oh ya, dokumenter ini juga ditayangkan di Festival Film Venice yang merupakan ajang sinema tertua di dunia dan memenangkan Grand Jury Prize.
***
Nah, itulah deretan film mancanegara yang hadapi kontroversi di Indonesia. Dari kelima film tersebut, manakah yang sudah kalian tonton? Share pendapat kalian di bawah, ya!