Bicara Soal Seksualitas, 5 Film Indonesia ini Tuai Pro Kontra

Bahasan seks memang jadi bahasan tabu di Indonesia. Soalnya, masih belum banyak film dalam negeri yang berani tajam membicarakan topik ini. Ada beberapa film yang mau membawa topik seks sebagai premis utama, namun ternyata enggak sedikit juga yang berakhir dengan pro dan kontra.

Nah, di bawah ini adalah sederet film Indonesia yang bicara tentang seksualitas dan mendapat pro kontra dari publik. Apa saja?

5 Film bertema seksualitas yang tuai pro kontra

1. Kucumbu Tubuh Indahku

Pada tahun 2018 sutrdara Garin Nugroho membesut film ke 21 nya sepanjang karier. Film ini dirasa punya tantangan tersendiri karena angkat topik yang enggak biasa. Film ini bercerita tentang seorang penari laki-laki bernama Juno dengan segala kerumitan perjalanan hidupnya. Saat ia masih belajar menari, ia pernah dilecehkan oleh gurunya sendiri.

Lambat laun Juno merasakan dirinya menyukai sesama jenis. Orientasi seksual Juno pun akhirnya terbentuk. Film berdurasi 107 menit ini pada akhirnya menuai pro dan kontra dari publik. Bahkan penayangannya pun sempat menuai polemik dan bertahan hanya beberapa saat saja di bioskop Indonesia.

Sebagian penonton melihat film ini jujur dalam menuturkan ceritanya. Melihat karakter Juno yang realistis dengan segala kisah hidupnya yang dramatis. Sebagian lain melihat film ini enggak terlalu baik untuk ditonton karena punya kisah tentang seorang gay yang tabu di masyarakat.

dari pro dan kontranya, film Kucumbu Tubuh Indahku mendapat banyak sanjungan di berbagai festival internasional. Di Indonesia sendiri film ini mendapatkan penghargaan sebagai Film Panjang terbaik pada FFI 2019.

2. Dua Garis Biru

Film pertama Gina S. Noer sebagai sutradara langsung mendapat sambutan yang berbeda dari banyak penonton. Dua Garis Biru yang ia tampilkan bercerita tentang seorang remaja SMA yang melakukan hubungan seksual hingga mengandung. Kehidupan mereka berdua berantakan setelah kejadian tersebut.

Banyak orang yang memberi review positif untuk film ini. Banyak yang menyanjung jika film ini memiliki muatan edukasi yang begitu besar bagi penonton; terutama penonton remaja dengan kehidupan terbuka seperti sekarang. Tapi banyak juga yang melihat dari sudut pandang lain. Beberapa orang menilai kalau film ini mengajarkan pada penontonnya tentang seks bebas.

Seperti Kucumbu Tubuh Indahku, film ini juga mendapat penghargaan dalam ajang FFI tahun 2019 dari nominasi.

3. Like & Share

Enggak berhenti di Dua Garis Biru, Ginanti S Noer terus berkarya. Film ketiganya lahir berjarak tiga tahun dari Dua Garis Biru; dengan judul Like & Share. Film ini bercerita tentang persahabatan dua remaja perempuan bernama Lisa dan Sarah yang ingin mencoba banyak hal dalam masa muda mereka. Salah satunya adalah seks.

Meski telah diingatkan oleh Sarah, Lisa enggan menanggapi hingga akhirnya terjadilah hal yang enggak mereka mau; Lisa hamil.

Film ini mendapat banyak pro dan kontra di masyarakat. Selain berani menyampaikan cerita tentang kemelut masalah remaja dengan lugas, film ini juga mendapat pro dan kontra karena aktris yang membintanginnya. Film ini dibintangi oleh Aurora Ribero dan Arawinda Kirana. Sebagaimana kita tahu, sosok Arawinda beberapa waktu terakhir tengah disorot karena kasus perselingkuhan yang menyeret namanya.

Banyak yang enggak suka dengan film ini tapi banyak juga yang memujinya terlepas apa yang dilakukan oleh sang aktris.

4. Penyalin Cahaya

Filmnya belum tayang tapi Penyalin Cahaya sudah mendapat 12 penghargaan dari festival Film Indonesia tahun 2021; ermasuk mendapat penghargaan sebagai film panjang terbaik. Film ini juga mendapat sambutan yang baik dari berbagai festival Internasional. Uniknya, Penyalin Cahaya justru merilis filmnya di OTT.

Nah, beberapa hari jelang diputarnya film ini, sebuah kasus mencuat. Penulis skenario film ini kedapatan kerap melakukan pelecehan seksual kepada beberapa perempuan. Penulis skenario ini juga memenangkan FFI beberapa waktu sebelumnya. Sontak penonton terbagi dua untuk menonton film ini; ada yang pro ada juga yang kontra.

Bahkan sempat berembus kabar jika filmnya nyaris enggak jadi tayang. Banyak orang yang menyangkan kasus yang dilakukan penulis skenario film ini lantaran film Penyalin Cahaya sendiri berbicara tentang pelecehan seksual yang dialami oleh Suryani karakter utama dalam film ini.

Foto wajah Suryani yang tengah mabuk tersebar dan mengancam beasiswa yang selama ini ia miliki. Setelah ditelusuri ternyata kasus ini menyangkut masalah pelecehan seksual yang jauh lebih parah.

5. Dear David

Filmnya baru tayang di Netflix beberapa waktu lalu dan seketika menuai diskusi dari para penontonnya. Dear David bercerita tentang seorang remaja bernama Laras yang kerap menulis cerita dewasa dengan insipirasi David teman sekelasnya. Tanpa sengaja cerita dewasa karangannya menyebar di sekolah. David yang jadi bahan inspirasi kerap mendapat rundungan dari banyak orang.

Film ini menuai pro dan kontra dari mereka yang telah menonton. Mereka yang pro melihat film ini mencoba berkata jujur pada penonton jika setiap orang memiliki hasrat dan berhak menyalurkan hasratnya pada ranah pribadi. Sementara mereka yang kontra menitik beratkan pada karakter David yang menjadi korban dari menyebarnya konten dewasa yang melibatkan namanya. Karakter David dirasa enggak seperti korban yang dirugikan dan justru terkesan menyepelekan kasusnya tersebut.

Pro dan kontra tersebut masih bisa kita baca di banyak lini masa tentang film yang tayang pada 9 Februari lalu.

*** 

Nah itu tadi beberapa film Indonesia yang membahas tentang seksualitas dan justru berujung pro dan kontra. Dari lima film di atas ada kah film yang membuat kamu juga kontra?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.