*(SPOILER ALERT) Review serial Andor episode 3 ini sedikit mengandung bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kamu yang belum nonton.
Andor memiliki episode yang berdurasi singkat. Adegan yang genting harus diakhiri begitu saja hanya karena ia sudah mencapai waktu 30 menit lebih sedikit. Ini bisa menjadi kekurangan, bisa juga menjadi kelebihan. Kekurangannya, penonton seolah melihat kilasan iklan. Kelebihannya, cerita menjadi padat.
Seperti apa keseruan Andor episode ketiga? Mari simak di sini.
Sinopsis Andor episode 3
Bagian ini dibuka dengan Kassa, –bagaimana Andor Andor dikenal saat kecil– menjelajahi kapal yang jatuh. Dia sendirian, mengingat sisa penduduk Kenari telah mundur bersama dengan pemimpin mereka. Saat dia mulai memukul kemudi, Maarva, muncul. Ia memutuskan buat mengambil Kassa.
Kamu tentu tahu bahwa sebelumnya, Andor berniat menemui pembeli dari “barang” yang ia miliki. Pembeli itu rupanya adalah Luthen. Masalahnya, pengejaran terhadap Andor semakin masif saja. Empire memiliki foto Andor, mempermudah mereka melakukan pengejaran. Ini bukan hal yang mudah untuk bisnis Andor dan Bix.
Bahkan, para prajurit mendatangi rumah Maarva untuk menangkap Andor. Mereka menggeledah tempat itu, dengan Sersan Mosk menemukan penghuni lain yang bersembunyi di rumah, droud Andor yang bernama B2EMO. Andor memberi tahu posisinya kepada droid itu, membuat posisinya mudah diketahui oleh Mosk dan Wakil Inspektur Syril
Pada pertemuan tersebut, Luthen mengatakan kepada Andor bahwa ia akan memberikan ganjaran 1000 kredit lagi jika ia mau mengungkapkan bagaimana dia mendapatkan unit tersebut. Ternyata, unit berharga itu didapatkan saat ia menyelinap ke kapal Empire.
Andor menghina arogansi Kekaisaran, sementara Luthen mengatakan bahwa rezim ini akan berakhir di beberapa titik. Sebetulnya, apa yang Luthen lakukan ialah mencari “mitra”. Ya, pemberontakan enggak bisa dilakukan sendiri, bukan?
Dia tahu Andor membunuh kedua tentara itu dan mendorongnya untuk bergabung agar mereka bisa melawan dengan benar. Luthen memiliki kapal di dekat pelabuhan feri yang siap membawa mereka pergi.
Yang terjadi selanjutnya adalah deretan aksi yang menegangkan dari Luthen dan Andor vs tentara yang mengejar mereka. Aksi tembak-tembakan ini menewaskan banyak tentara, menjadi pertanda bahwa kondisi semakin serius dan mereka berdua semakin menjadi incaran. Andor enggak cuma menjadi tersangka sebuah kasus, tetapi akan semakin dicap sebagai teroris. Apalagi, Andor juga menghancurkan radio Wakil Inspektur.
Kisah kemudian ditutup dengan Andor kecil (Kassa) yang dibawa pergi oleh Maarva.
Jembatan konflik yang smooth
Satu hal yang layak diacungi jempol dari Andor hingga episode ketiga adalah konsistensinya untuk menjadi misterius. Maksudnya, kita enggak benar-benar tahu bagaimana cerita akan bergulir. Kita juga sudah tahu latar belakang Andor, tetapi tetap saja penampakan kisah masa lalunya yang ditampilkan sepotong demi sepotong bikin penasaran.
Namun, sebetulnya ritme yang kadang lamban ini bikin kesel, karena membuat penonton bosan dalam beberapa titik. Ini mungkin strategi untuk bikin cerita menjadi panjang, sayangnya formula seperti ini berpotensi menjerumuskan serial pada kasus kayak The Rings of Power yang seolah memancing reaksi: mau dibawa ke mana hubungan kita? Untungnya, durasi pendek “menyelamatkan” Andor dari efek bosan.
Lagipula, lawan dari Andor ini terlihat lemah. Seolah, Andor ini memang punya bakat besar hingga semua petinggi dan orang besar menjadi kewalahan. Apalagi, Andor sebetulnya adalah kaum marjinal. Kenapa enggak dibuat lawan yang lebih sepadan dan enggak hanya menjual retorika saja?
Overall, Andor masih berjalan pada track yang baik. Akhir kisahnya masih bikin penasaran, dialog cakep, dan pondasi mengapa nantinya Andor mau menjadi pemberontak masih kuat hingga episode ketiga. Masa kecil traumatis dan kondisi ekonomi yang buruk tentu alasan kuat mengapa seseorang mau membenci pemerintah.