Vtuber, Enggak Laku Tanpa Avatar Perempuan

“Vtuber itu kan permainan pesona sama fantasi yang ditonjolkan. Jadi ya, saya harus mempertahankan pesona dan harus benar-benar roleplay,” kata Kinara Uwuh atau yang biasa dikenal Kin Ougamori ketika ngobrol bareng KINCIR beberapa waktu lalu.


Bicara soal budaya nyentrik, Jepang memang jadi juaranya. Soal pop culture, berbagai produk hiburan negara sakura ini, seperti anime serta manga,telah menjadi konsumsi seluruh masyarakat dunia.

Dalam dunia live streaming, Jepang menelurkan tren Vtuber, singkatan dari virtual YouTuber. Berbeda dengan konten kreator pada umumnya yang menampilkan wajah serta tubuh mereka, Vtuber menggunakan sebuah karakter virtual untuk menggambarkan penampilan mereka di depan layar.

Budaya ini awalnya menjadi cukup populer pada 2016-an, ketika karakter Kizuna AI mencuat dalam media sosial YouTube. Kepopuleran karakter tersebut, membuat banyak orang yang mencoba untuk mengikuti jejaknya. Budaya ini sendiri mulai menjadi sangat populer di Indonesia pada awal 2020-an.

Kizuna AI merupakan salah satu Vtuber tersukses asal Jepang.
Kizuna AI merupakan salah satu Vtuber tersukses asal Jepang. Via Istimewa.

Membahas Kizuna AI, kamu akan kaget betapa suksesnya ia selama berkarier menjadi sosok Vtuber. Bayangkan, dalam kurun waktu empat tahun ia berhasil menciptakan “kerajaan”-nya sendiri. Ia jadi alasan restrukturisasi perusahaan digital Actv8 yang kemudian dikenal dengan nama Kizuna AI Kabushiki Gaisha.

Perusahaan ini akhirnya dikhususkan mengelola semua konten, produksi merchandise, sampai perilisan album Kizuna AI. Total kekayaan Kizuna AI setelah di bawah naungan Kizuna AI Kabushiki Gaisha mencapai USD 6,6 juta (Rp98,8 miliar).

Kesuksesan ini jelas menandakan kalau formula Vtuber yang mengutamakan avatar perempuan punya nilai jual yang menjanjikan. Tak heran kalau akhirnya Kizuna AI jadi kiblat para Vtuber yang saat ini mewarnai ranah streaming.

Menurut Userlocal (2020), sebuah perusahaan ventura teknologi yang mengkhususkan diri dalam analitik data besar, ada lebih dari 13.000 VTuber di Jepang per 9 November 2020. Adapun situs web ini hanya menampilkan VTuber yang telah terdaftar; dengan demikian, jumlahnya mungkin lebih tinggi. 

Berbeda dengan bagian lain dalam industri game dan hiburan yang minim karakter perempuan, dalam industri ini kita justru dapat melihat influx dari kehadiran karakter perempuan. Mayoritas Vtuber menggunakan karakter perempuan untuk menggambarkan diri mereka, meskipun mereka mungkin seorang laki-laki dalam kehidupan nyata.

Sepuluh besar ditempati oleh ‘gadis cantik’ (bishojo), jenis karakter yang ditemukan di anime, game, dan manga. Bishojo terlihat muda, bertingkah lucu, memiliki mata besar, alis halus, rambut panjang, dan tubuh remaja yang ramping.

Bishojo tidak hanya mendominasi industri VTubers di Jepang: mereka juga ada dalam tren yang signifikan dari cross-dressing digital. Data ini juga menunjukkan subkultur VTuber laki-laki yang menggunakan karakter ‘gadis cantik’ untuk aktivitas VTuber mereka; mereka menyebut diri mereka babiniku. 

Babiniku adalah singkatan dari ‘bacharu bishojo juniku’. Artinya adalah inkarnasi virtual dari bishojo dan mengacu pada laki-laki yang menggunakan avatar feminin untuk menyiarkan konten secara online. Dari tahun 2021, 62 VTuber yang mendaftarkan babiniku (Userlocal, 2021) secara terbuka menampilkan ‘identitas kebenarannya’ (yaitu laki-laki) sambil tampil feminin dan imut.

Karakter Kin Ougamori, salah satu Vtuber asal Indonesia.
Karakter Kin Ougamori, salah satu Vtuber asal Indonesia. Via Kincir.

Guna menggali lebih dalam mengenai fenomena tersebut, KINCIR telah berbincang dengan salah seorang Vtuber asal Indonesia yang bernama Kin Ougamouri. Ia aktif sebagai Vtuber sejak 2020 hingga 2022. Belakangan, ia berfokus menjadi seorang vlogger dengan membawa konten bersepeda santai di Jerman.  

Memiliki banyak waktu luang akibat lockdown pada awal 2020, membuat ia memutuskan untuk mulai streaming di berbagai situs seperti Twitch serta YouTube. 

“Awal tahun 2020, ketika pandemi COVID-19 bikin kegiatan kampus berhenti total. Karena bingung mau ngapain, akhirnya saya coba streaming karena saat itu streaming sedang naik-naiknya,” ujar Kin Ougamouri kepada KINCIR.

Baginya, menjadi seorang Vtuber adalah sebuah alternatif untuk konten kreator, yang masih kurang percaya diri buat menampilkan wajah serta tubuhnya di internet. Selain itu, konsep ini juga sedang booming sehingga Kin tidak berpikir dua kali untuk terjun langsung.

“Saat itu Vtuber sempat booming, dan trending di mana-mana. Hal itu membuat banyak orang mendamba-dambakan sosok Vtuber. Terus juga karena memang alasan pribadi saya yang belum percaya diri untuk menunjukkan muka, jadi akhirnya ya saya jadi vtuber. Alasannya se-simple itu sih,” ujar Kin soal alasannya menjadi seorang Vtuber.

Keahlian dari sang aktor dalam memainkan sebuah karakter, jadi kunci sukses bagi Vtuber. Karakter berbentuk animasi, membuat mereka sulit untuk menunjukkan ekspresivitas mereka lewat wajah. Maka dari itu suara serta pendalaman karakter jadi senjata utama buat memikat para penonton.

Ketika kamu masuk ke Vtuber, kamu akan menemukan banyak avatar berwujud perempuan dua dimensi. Perusahaan Hololive yang memayungi berbagai Vtuber asal Jepang memang mewajibkan para streamer-nya memakai karakternya berupa perempuan.

Konsep vtuber ini memang memberi ruang bagi banyak laki-laki untuk menggunakan karakter perempuan sebagai karakter di depan layar. Hal tersebut yang juga Kin Ougamouri lakukan. Ia merupakan seorang laki-laki yang pada akhirnya menggunakan sosok perempuan sebagai karakternya.

Pertama kali memutuskan jadi Vtuber, ia menggunakan karakter laki-laki. Namun penggemarnya justru mendorongnya untuk bikin karakter baru yang berupa perempuan. Hal itu yang bikin Kin menciptakan karakter bernama Kelly serta Cici Kinny yang merupakan seorang perempuan.

Menurut Kin Ougamouri, terdapat beberapa alasan mengapa banyak sekali Vtuber yang menggunakan karakter perempuan. 

“Dari segi penonton, mereka pasti lebih memilih karakter perempuan. Karena lebih eye catching dan juga lebih menarik. Di situ nilai jualnya,” ujar Kin kepada KINCIR.

Kemudian dari segi penampilan karakter, sosok perempuan juga lebih variatif ketimbang karakter laki-laki. Mulai dari sisi pakaian, gaya rambut, hingga riasan wajah…

“Dari segi desain baju dan aksesoris lainnya, karakter perempuan bisa lebih dimainkan dan divariasikan menjadi lebih unik. Sedangkan untuk karakter laki-laki, pakaiannya cenderung biasa saja. Paling cuma sebatas jas saja, jadi kurang bisa divariasikan,” ujar Kin.

Faktor penonton juga jadi hal yang bikin banyak Vtuber pakai karakter perempuan. Menurut Kin sebagian besar penonton Vtuber adalah laki-laki, sehingga mereka lebih tertarik kepada karakter perempuan.

“Terakhir dari segi penonton sendiri, kebanyakan penonton Vtuber itu kan berasal dari komunitas anime dan sudah familier dengan budaya waifu-waifu. Kebanyakan dari mereka mencari karakter perempuan, karena lebih waifuable ketimbang karakter laki-laki,” ujar Kin.

Karakter perempuan yang Kin Ougamori ciptakan demi memenuhi permintaan penonton.
Karakter perempuan yang Kin Ougamori ciptakan demi memenuhi permintaan penonton. Via Kincir.

Menggunakan karakter perempuan di depan layar, memang lebih bisa menarik minat para penonton. Namun hal tersebut juga memiliki berbagai dampak negatif. Misalnya kehadiran para penonton yang memiliki obsesi berlebihan, dan memiliki fantasi tersendiri terhadap karakter tersebut.

Meskipun sudah memberi tahu jika aktor di balik karakter Cici Kinny ataupun Kelly adalah seorang perempuan, namun banyak orang ‘menolak tahu’ hal tersebut. Alhasil Imbasnya, Kin sering mendapat kiriman gambar-gambar tidak senonoh, salah satu yang paling sering adalah foto kelamin laki-laki.

“Wah, sampai yang ngirim gambar porno juga ada. Cowok ada ngirim, cewek ada yang ngirim. Sudah biasa. Tapi ada juga yang menganggap saya perempuan gitu kan, jadi dikirimin gambar kelamin laki-laki. Itu di Facebook hari itu, dan orangnya langsung saya block hari itu juga,” ceritanya sambil mengenang jijik.

Adanya larangan untuk menunjukkan identitas asli di balik karakter Vtuber, membuat banyak penonton tidak mengetahui sosok di balik karakter yang mereka tonton. Hal tersebut yang menjadi salah satu kekurangan dari budaya Vtuber yang ada di Indonesia. Menurut Kin, komunitas Vtuber Indonesia terlalu menelan mentah-mentah budaya Vtuber dari Jepang.

Padahal, budaya Vtuber yang terdapat di Jepang memang jauh lebih mengikat dibanding dengan yang ada di Indonesia. Hal tersebut karena mayoritas Vtuber Jepang terikat kontrak dengan perusahaan-perusahaan seperti Hololive ataupun Nisisanji. Salah satu klausul dalam kontrak tersebut adalah para Vtuber di Jepang dilarang untuk menunjukkan identitas aslinya.

Selama menjalani karier sebagai Vtuber, Kin sempat “disentil” oleh anggota komunitas Vtuber lokal. Ketika Kin memutuskan untuk menunjukkan identitas aslinya dengan melakukan face reveal, ia sempat ditegur oleh anggota komunitas tersebut.

“Bahkan lucunya ada salah satu kenalan yang melabrak, “kamu kalau kayak gitu (face reveal) takutnya imbasnya ke Vtuber lain”. Dia bilang, “Takutnya kalau kamu kayak gini, Vtuber lain juga ikutan diminta face reveal sama penonton. Nanti gara-gara kamu nanti orang lain kena”. Nah di situ ada menurut saya kayak ada semacam efek domino, yang menjadi ketakutan mereka,” ujar Kin..

Dari kisah Kin kita bisa melihat bahwa banyak permintaan penonton untuk memiliki sesosok idola sesuai pemikiran mereka bisa begitu menekan. Penting bagi para penonton dan Vtuber untuk mengetahui batasan antara mereka. 

Obsesi terhadap Vtuber atau streamer apa pun tentu bukanlah sesuatu yang dilarang. Namun, para penonton harus tahu batas antara mana yang sopan dan yang sudah kelewatan. Melemparkan pujian kepada sang Vtuber tentu diperbolehkan, tapi jika sudah menjurus ke topik pembicaraan yang seksual tentunya harus ada kesepakatan dengan Vtuber itu sendiri.

Para Vtuber pun harus tahu sejauh mana batasan mereka bisa menggoda para penontonnya. Jika candaan dari sang Vtuber terlalu berlebihan, maka para penonton bisa salah tangkap yang tentunya berujung pada hal-hal yang diinginkan.

Baca selanjutnya: Peran Perempuan dalam Game, Hanya Jadi Pemanis?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.