Film live action game tampaknya masih menjadi momok bagi sineas Hollywood!
Bikin film live action yang diadaptasi dari game bukanlah hal yang baru bagi Hollywood. Apalagi, banyak game populer yang menyajikan jalan cerita menarik untuk diubah menjadi film. Dengan basis penggemar game yang sudah ada, studio film harusnya lebih mudah menarik penggemar gamenya untuk menonton film live action game yang mereka garap.
Namun selama bertahun-tahun, kebanyakan film live action game malah gagal untuk menyenangkan para penggemar gamenya. Rasanya sulit bagi studio film untuk membuat film yang sesuai dengan gamenya atau menerjemahkan keseruan gamenya ke dalam bentuk film. Alhasil, banyak film live action game yang malah berakhir gagal.
Berikut adalah film yang gagal memenuhi ekspekstasi penggemar gamenya!
Film live action game yang enggak sesuai ekspektasi gamer
1. Mortal Kombat: Annihilation (1997)
Film pertama Mortal Kombat bukanlah film yang fantastis, namun penggemar gamenya terbilang cukup puas dengan film tersebut. Enggak heran bahwa Mortal Kombat sangat sukses secara pendapatan dan New Line Cinema jadi percaya diri membuat sekuelnya yang diberi judul Mortal Kombat: Annihilation.
Bukannya lebih baik, Mortal Kombat: Annihilation malah menampilkan kualitas yang jauh lebih buruk dari film pertamanya. Segala hal yang ada di film garapan John R. Leonetti ini terlihat enggak beres, mulai dari cerita, akting, dan yang paling parah adalah kualitas CGI-nya. Pertarungan akhir Mortal Kombat: Annihilation bagaikan melihat pertarungan naga yang kualitas CGI-nya setara dengan naga yang ada di sinetron Indonesia.
2. Street Fighter (1994)
Setahun sebelum film Mortal Kombat dirilis, Hollywood terlebih dulu menggarap film live action Street Fighter. Secara penampilan fisik, berbagai aktor yang membintang film garapan Steven E. de Souza ini benar-benar didandani sesuai dengan penampilan karakter yang ada di gamenya. Namun, penampilan fisik aktor tentunya bukan syarat utama agar filmnya mendapatkan penilaian positif.
Selain Raul Julia yang memerankan Bison, penampilan aktor lainnya dianggap kurang maksimal dalam memerankan karakternya. Lalu, beberapa aspek cerita yang ada di gamenya pun diubah, salah satu contohnya adalah Cammy yang dibuat berada di pihak yang baik. Parahnya lagi, film live action game fighting ini malah menampilkan adegan pertarungan yang sama sekali enggak spesial.
3. Street Fighter: The Legend of Chun-Li (2009)
15 tahun setelah dirilisnya Street Fighter, 20th Century Fox me-reboot film tersebut dan diberi judul Street Fighter: The Legend of Chun-Li. Seperti judulnya, film yang dijadikan prekuel game pertama Street Fighter ini berfokus pada kisahnya Chun-Li.
Kekecewaan penggemar terhadap film Street Fighter terdahulu seharusnya menjadi pembelajaran agar Street Fighter: The Legend of Chun-Li dapat menyajikan cerita yang jauh lebih baik. Kenyataannya, film reboot ini malah jauh lebih buruk dari film sebelumnya.
Sutradara Andrzej Bartkowiak tampaknya ingin mengemas Street Fighter: The Legend of Chun-Li dalam nuansa yang lebih serius dibandingkan film terdahulunya. Sayangnya, jalan cerita film ini malah membosankan. Ditambah lagi, adegan pertarungannya jauh lebih buruk dibandingkan film sebelumnya.
4. Silent Hill: Revelation (2012)
Apa yang terjadi pada Silent Hill: Revelation bisa dibilang mirip dengan Mortal Kombat: Annihilation. Walau enggak persis mengikuti cerita yang ada di game, film pertama Silent Hill (2006) cukup diterima dengan baik oleh para penggemar gamenya. Soalnya, film tersebut menghadirkan jalan cerita dan adegan flashback yang sama menakutkannya dengan gamenya.
Film pertama Silent Hill terbilang sukses secara pendapatan dan sekuelnya yang berjudul Silent Hill: Revelation pun dirilis. Sayangnya, film sekuelnya malah menampilkan kualitas cerita yang lebih buruk dari film pertamanya. Film yang diadaptasi dari game Silent Hill 3 ini juga terlalu berusaha untuk menjadi lebih seram hingga menampilkan jump scare yang terlalu berlebihan.
5. Assassin’s Creed (2016)
Setelah sembilan tahun waralaba game Assassin’s Creed menemani para gamer, 20th Century Fox akhirnya mengadaptasi game tersebut menjadi film live action. Alih-alih mengadaptasi salah satu seri game Assassin’s Creed, sutradara Justin Kurzel memilih untuk menghadirkan cerita baru yang tetap berhubungan dengan semesta gamenya.
Walau mengangkat kisah baru, penggemar gamenya dijamin bakal menemukan berbagai referensi yang ada di gamenya. Bahkan, cerita di film ini mungkin hanya bisa dimengerti oleh pemain gamenya dan kurang ramah bagi penonton yang enggak main gamenya. Walau cukup setia dengan gamenya, jalan cerita film Assassin’s Creed terlalu membosankan untuk ditonton, bahkan bagi penggemar gamenya.
6. Resident Evil versi Milla Jovovich
Seri film Resident Evil versi Milla Jovovich memang jadi seri film live action game yang bernasib mujur karena sukses secara pendapatan. Enggak bisa dimungkiri bahwa seri film ini menampilkan aksi tembak-tembakan yang cukup menarik untuk orang yang enggak mengikuti seri gamenya. Namun bagi penggemar gamenya, seri film ini tentu saja dianggap mengkhianati cerita yang ada di gamenya.
Bukannya memilih salah satu karakter gamenya sebagai karakter utama seri filmnya, sutradara Paul W. S. Anderson malah menciptakan karakter baru, yaitu Alice, sebagai karakter utamanya. Memang, karakter yang ada di gamenya akhirnya muncul satu per satu setelah film pertamanya. Namun, kehadiran mereka seakan hanya menjadi pemanis untuk menyenangkan penggemar gamenya.
7. Semua Film Live Action Game yang Disutradarai Uwe Boll
Buat kalian yang belum tahu, Uwe Boll merupakan sutradara asal Jerman yang getol banget bikin film live action game. Ada banyak judul film live action game yang disutradarai oleh Boll, di antaranya House of the Dead (2003), Alone in the Dark (2005), BloodRayne (2006), dan masih banyak lagi. Sayangnya, enggak ada satupun film garapan Boll yang memiliki kualitas yang layak untuk ditonton.
Saking jelek film-film buatannya, muncul petisi yang meminta Boll untuk pensiun dari dunia perfilman pada April 2008. Petisi tersebut pada akhirnya gagal mencapai 1 juta tanda tangan, sehingga Boll masih percaya diri untuk melanjutkan kariernya sebagai sutradara. Lalu pada 2016, Boll akhirnya memutuskan pensiun dan berhenti membuat film live action game yang buruk.
8. Monster Hunter (2020)
Setelah menggarap seri film Resident Evil, sutradara Paul W. S. Anderson kembali menggarap film live action game lainnya, yaitu Monster Hunter. Anderson kembali mengajak istrinya, yaitu Milla Jovovich, untuk menjadi bintang utama di film ini. Seakan enggak belajar, Anderson kembali mengulang kesalahan dari Resident Evil ke Monster Hunter.
Anderson kembali menciptakan karakter baru dan membuat cerita yang sama sekali enggak berhubungan dengan game Monster Hunter. Anderson seakan hanya meminjam deretan monster dari Monster Hunter, kemudian memasukannya ke dalam film buatannya. Ditambah lagi, film ini menampilkan plot asal jadi dan dialog yang repetitif.
9. Resident Evil: Welcome to Raccoon City (2021)
Empat tahun setelah seri film Resident Evil versi Milla Jovovich berakhir, Sony Pictures merilis versi reboot-nya yang diberi judul Resident Evil: Welcome to Raccoon City. Sutradara sekaligus penulis naskah Johannes Roberts berjanji bahwa film reboot ini bakal lebih setia dengan dua game pertamanya. Namun sebelum dirilis, penggemar keburu dibuat kesal karena Roberts memilih pemeran Leon S. Kennedy dan Jill Valentine yang enggak mirip dengan gamenya.
Dibandingkan Resident Evil versi Jovovich, jalan cerita Welcome to Raccoon City memang lebih mirip dengan gamenya. Namun, Roberts malah menampilkan jalan cerita yang cenderung membosankan dan enggak menakutkan. Ditambah lagi, kualitas akting dan efek visual yang ditampilkan pun pas-pasan. Walau lebih mirip game, Welcome to Raccoon City ternyata enggak lebih baik dari Resident Evil versi Jovovich.
***
Itulah deretan film live action game yang jalan ceritanya enggak sesuai ekspektasi dan mengecewakan para gamer. Di antara ketujuh film di atas, manakah yang membuat kamu paling kecewa? Atau, ada film live action game lainnya yang lebih mengecewakan menurut kamu?