*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Affliction yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Setelah berhasil membuat penonton termenung lewat film Badai Pasti Berlalu (2007), atau bikin tersentuh lewat film Lovely Man (2011), kini, Teddy Soeriaatmadja hadir kembali dengan racikan film barunya. Bukan bercerita tentang romansa, tidak juga tentang drama.
Kali ini, Teddy bereksperimen dengan film horor. Yap, berjudul Affliction (Pulang) yang baru saja dirilis di platform Netflix pada 21 Januari 2021. Uniknya, Teddy memberi sebuah sentuhan cerita yang cukup berbeda dari film horor Indonesia kebanyakan.
Lalu, bagaimana keseruan film horor Affliction? Simak review khas KINCIR dan sinopsisnya di bawah ini.
Teror Misterius di Rumah Mertua
Bercerita tentang Nina, wanita yang baru saja ditinggal ibunya yang tewas bunuh diri. Dalam berkabungnya, dia didatangi oleh seorang bernama Narsih yang mengatakan jika dirinya adalah pengasuh bunda, ibu mertuanya di kampung.
Ide untuk memboyong bunda ke kota sempat ditentang suaminya yang bernama Hasan. Banyak hal yang ditutup-tutupi oleh Hasan terkait ibu kandungnya itu. Pada akhirnya, Nina dan Hasan memboyong kedua anaknya untuk pulang kampung dan menemui bunda.
Nyatanya benar, bunda yang mereka temui memiliki sikap yang aneh. Dia tidak hanya mengidap alzheimer, tapi juga menyimpan sesuatu yang akhirnya membuat hidupnya tidak tenang. Beberapa hari di rumah bunda, membuat Nina dan kedua anaknya dihantui. Nina menemukan banyak kejanggalan dan coba dia uraikan sendiri. Sampai ada kejadian yang menguak fakta tentang masa lalu bunda dan kisah-kisah horor yang mereka alami.
Lambat tapi Mengikat
Buat mereka yang tidak nonton trailernya, barangkali akan menyangka kalau film ini adalah film drama biasa. Namun, semua berubah di adegan pertama. Yap, baru saja film ini diputar, adegan bunuh diri langsung dipertontonkan dengan terang-terangan.
Selanjutnya, satu demi satu adegan-adegan yang bikin penonton tak bisa duduk tenang dipertontonkan. Affliction memang film horor meski nyaris tak ada adegan jump scare. Bahkan penampakan hantunya juga tidak terlalu banyak. Namun, film ini tetep sanggup bikin penontonnya merinding.
Alur ceritanya yang lumayan lambat tidak membuat penonton jadi jenuh. Sebaliknya, tumpukan fakta satu demi satu terkuak. Adegan-adegan jebakan makin membuat penonton khawatir. Untungnya, itu semua berhasil ditahan, sehingga sutradara berhasil membuat ketakutan itu hadir di tiap pikiran penonton, bukan hanya di layar film.
Alur yang Sulit Ditebak
Meski kunci dari film ini ada pada karakter Hasan, tapi karakter ini justru tak memiliki porsi yang banyak untuk tampil. Semua kerumitan ditimpakan pada sosok Nina yang penasaran tentang masa lalu Bunda.
Nina yang kemudian mengantarkan cerita ke hadapan penonton. Membuat siapa pun penonton menebak nebak tentang fakta yang satu dan fakta yang lain, tentang siapa sosok hantu dalam film itu. Juga tentang penyakit alzheimer yang diidap bunda, tentang sosok Narsih yang misterius atau justru tentang Nina yang memiliki firasat tentang kematian seseorang.
Film ini tidak punya plot twist yang menikung tajam. Semua ditampilkan sesuai porsi tapi kepingan rahasia-rahasia yang ditahan dari awal film sampai nyaris ujung film, membuat alurnya jadi sulit ditebak.
Kurang Sinkron pada Beberapa Adegan
Ada satu adegan yang dirasa kurang sinkron, yakni ketika Hasan memberitahu anak dan istrinya bahwa rumah orangtuanya itu sangat jauh dari pemukiman. Bahkan, harus menempuh jarak satu jam perjalanan untuk ketemu rumah tetangga terdekat.
Namun, ada adegan lain yang menunjukan Nina dan dua anaknya pergi ke warung untuk membeli jahe. Ketiganya pergi jalan kaki. Entah butuh waktu berapa lama bagi Nina dan dua anaknya pergi ke warung jika tetangga dekatnya saja berjarak satu jam.
Namun, di adegan itu tersirat bahwa rumah bunda tak begitu jauh dari pemukiman. Sayang, cerita rumah terpencil itu tidak terlalu tergambarkan dengan baik.
Epik dalam Pengambilan Gambar dan Warna
Sutradara Teddy Soeriaatmadja memang cukup serius menggarap film horor ini. Efek suara yang ditampilkan juga terasa gelap dan mistis sejak awal. Warna yang dipilih seolah mengikat betapa film Affliction dipenuhi banyak misteri.
Selain itu, sinematografinya yang gelap juga apik. Penonton bisa hanyut dan terjebak dalam pengambilan gambar yang sederhana dan rapi. Juga, scoring-nya yang tak berlebihan, bahkan nyaris tak ada efek suara yang menegangkan.
Dibintangi Aktor dan Aktris Indonesia yang Berpengalaman
Ada tiga sosok yang menonjol dalam film ini. Karakter Nina yang diperankan Raihanun, karakter Hasan yang diperankan Ibnu Jamil dan karakter bunda yang diperankan oleh Tutie Kirana. Ketiganya punya porsi yang sangat baik dalam memainkan perannya masing-masing.
Raihanun berhasil menghidupkan karakter ibu rumah tangga yang kalem, tapi dipenuhi rasa penasaran. Ibnu Jamil sebagai Hasan yang begitu pandai menyembunyikan rahasia dan emosinya sendiri. Terakhir, tentu Tutie Kirana sebagai bunda yang berhasil memikat karena kemisteriusannya. Semuanya berhasil saling melengkapi.
Selain dibintangi Raihanun, Ibnu Jamil, dan Tutie Kirana, ada juga Dea Panendra yang berperan sebagai Narsih. Ada juga dua anak Nina dan Hasan yang diperankan oleh Abiyyu Barakbah dan Tasya Putri yang cukup berhasil mencuri perhatian.
***
Jadi, buat kamu yang ngaku pencinta film horor, silakan temukan sensasi yang berbeda dalam film Affliction (Pulang) di Netflix ini. Buat yang sudah nonton, bagikan pendapatmu di kolom review yang ada di awal artikel ini, ya.