Selama ini, video game selalu dilihat dari sisi negatifnya yang sudah terlanjur melekat di masyarakat awam. Beberapa dampak negatif tersebut mendorong masyarakat memiliki stigma buruk kepada para pemain game. Padahal, bermain game sebenarnya juga punya sisi positif yang tidak dilihat.
Untuk menyorot sisi positif bermain game inilah, Piala Menpora Esports 2020 AXIS mengadakan Virtual Talk II dengan tema “Esports Bagi Pelajar: Sinergi Peran Orang Tua dan Dukungan Sekolah” (3/9). Dalam sesi diskusi tersebut hadir salah satu pembicara, yaitu Ghea Amalia Arphandy, M. Psi. Ghea merupakan seorang Psikolog Klinis yang kerap membicarakan esports dari sudut pandang psikologi.
Ghea sebagai pakar di bidangnya menyatakan bahwa sebagian orang menjadikan game sebagai pelarian untuk menyelesaikan masalah di dunia nyata. Dalam kondisi tersebut, seseorang sangat kesulitan membedakan dunia permainan dengan dunia nyata. Makanya, hal inilah yang sering memicu sisi negatif dari bermain game, yakni adiksi.
“Banyak yang merasa bermain game dapat menyelesaikan permasalahan di dunia nyata. Tapi, itu sebenarnya adalah doping palsu. Dia hanya lari ke dunia game. Harus disadari, bahwa dunia game dan dunia nyata adalah dua hal yang berbeda. Jangan sampai tenggelam. Jadi, sangat perlu kontrol diri dan memberikan skala prioritas untuk bermain,” jelasnya.
Persoalan bermain game dengan tingkah laku atau sifat manusia sebenarnya sudah diulas secara mendalam oleh beberapa psikolog. Bahkan, dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) mengkategorikan Online Gaming Disorder sebagai gangguan dari game online. Ghea menjelaskan, ada beberapa gejala yang perlu diperhatikan untuk melihat Online Gaming Disorder pada prilaku seorang gamer.
“Dari beberapa gejala, di antaranya adalah fokus hanya untuk permainan, ada penolakan ketika gemanya diambil, melarikan diri atau bisa berbohong untuk mendapat yang diinginkan, toleransi waktu permainan meningkat, gagal partisipasi dalam permainan, hilang minat terhadap hal-hal di luar permainan,” sebut Ghea.
Ghea melanjutkan, bahwa online gaming disorder sebenarnya punya batasan yang sangat tipis alias bias. Menurutnya, aktivitas bermain game sebenarnya adalah aktivitas yang wajar asal tidak sampai mengganggu kehidupan sehari-hari seorang pemain game.
“Batasannya cukup tipis, karena harus ada hal yang cukup penting, yaitu mengganggu dengan kehidupan sehari-hari, seperti pekerjaan, pendidikan, ataupun masalah sosialisasi,” lengkapnya.
Sebagai seorang akademisi, Ghea memang terbiasa melihat segala sesuatu dari dua sisi. Di tengah masyarakat Indonesia, kebiasaan bermain game acap kali dianggap buruk dan memiliki dampak negatif. Menurut Ghea, hal tersebut keliru. Pasalnya, ada banyak dampak positif yang akan didapatkan oleh seorang anak dari bermain game.
“Masyarakat banyak yang tahu hanya dari dampak negatifnya. Namun, bagaimana dampak positifnya? Pertama, mereka dapat kesenangan. Lalu, mereka juga bisa mengisi waktu luang. Bahkan, di tengah pandemi seperti ini, mereka tetap bisa mabar dan bersosialisasi dalam permainan tersebut,” ucap Ghea.
Ghea juga menyinggung mengenai beberapa judul game yang dimainkan secara tim. Jenis permainan tersebut biasanya membutuhkan kerja sama dan koordinasi tim yang apik untuk meraih kemenangan. Menurut Ghea, model game seperti itu dapat menimbulkan dampak positif yang sangat besar terhadap cara kerja sama dan koordinasi seorang anak.
“Ada game yang memerlukan kerja sama. Itu juga dapat menjadi dampak positif. Bagaimana mereka bisa mengatur leader tim, role, ataupun cara bermain. Kemudian, ada peningkatan dari kemampuan kognitif untuk pemain. Terutama, visual kognitif skill, bagaimana cara mata dan tangan berkoordinasi,” jelas Ghea.
Psikolog yang kini aktif bekerja di Ciputra Mitra Banjarmasin tersebut juga menjelaskan tentang pengembangan kognisi anak dalam bermain game. Bagi Ghea, game dapat mengakomodir kemampuan mengambil keputusan yang dilakukan secara cepat. Sehingga, kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah seorang anak akan terlatih di dalamnya.
“Selain itu, game juga mengakomodir cara pengambilan keputusan. Para profesional player, mereka diharuskan mengambil keputusan dengan cepat. Selain itu, ada juga penyelesaian masalah di sampingnya,” jelas Ghea.
Bermain game sebenarnya membawa banyak dampak positif, jika kita bisa mengontrol diri dalam bermain. Intinya, harus dicatat bahwa jangan sampai bermain game sampai lupa waktu untuk belajar ataupun bersosialisasi.
Jangan lupa saksikan Kualifikasi Kloter 2, Piala Menpora Esports 2020 AXIS secara langsung di kanal YouTube: IESPL_ID, Sabtu (05/09), Pukul 15.00 WIB, ya!