*Spoiler Alert: Artikel review serial House of the Dragon episode 9 ini mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum nonton.
Menjelang akhir musim pertama, serial House of the Dragon semakin terasa konfliknya. Di dalam review serial kali ini kamu akan diberitahu beberapa poin penting yang terjadi di sepanjang episode 9 House of the Dragon.
The Green Council, itulah judul yang dipakai dalam episode kesembilan serial House of the Dragon. Episode ini ternyata punya porsi yang besar bagi keluarga “hijau” untuk mengamankan tahta setelah kematian Raja Viserys.
Mari simak ulasan lengkapnya di artikel berikut ini.
Review serial House of the Dragon episode 9
Sinopsis episode 9 House of the Dragon
Di balik ngototnya Otto dan Alicent yang hendak menjadikan Aegon naik tahta. Sebetulnya keluarga hijau ini enggak terlalu kompak untuk saling membantu. Faktanya Aegon tak pernah ingin jadi raja. Dia enggak mau hidup dengan duduk terus menerus di atas singgasana. Bahkan sempat terbersit dalam pikirannya untuk meninggalkan Kings Landing.
Di sisi lain, Alicent mencoba untuk meyakinkan Rhaenys supaya mau berkoalisi dengan keluarganya. Menurut Alicent, Rhaenys tak punya keuntungan jika harus berkoalisi dengan Rhaenyra. Sebagai seorang Targaryen Rhaenys kukuh dengan pandangannya. Bagi dia kehormatan keluarga di atas segalanya.
Pengkhianatan tercipta, Aegon resmi naik takhta
Seperti kita tahu akhir dari episode kedelapan menyisakan duka yang mendalam bagi House Targaryen. Raja Viserys yang sudah memimpin puluhan tahun akhinya berpulang. Sayang kata-kata terakhir Viserys disalahartikan oleh Alicent istrinya yang menganggap jika Viserys memberi wejangan supaya Aegon anaknya menjadi suksesornya sebagai raja.
Aegon yang sudah lebih dulu tahu ayahnya telah meninggal bermaksud untuk meninggalkan Kings Landing. Dalam hatinya ia tak ingin jadi raja. Aegon tak suka memimpin dan ingin hidup bebas. Hilangnya Aegon membuat Alicent dan Otto ketar-ketir, mereka menyuruh Cristone Cole dan Sir Erryk untuk menemukan Aegon.
Di sisi lain, Alicent mencoba untuk meyakinkan Rhaenys supaya mau berkoalisi dengan keluarganya. Menurut Alicent, Rhaenys tak punya keuntungan jika harus berkoalisi dengan Rhaenyra. Sebagai seorang Targaryen Rhaenys kukuh dengan pandangannya. Bagi dia kehormatan keluarga di atas segalanya.
Diawali dengan indah, diakhiri dengan memukau
Menit-menit awal episode ke sembilan ini dibuat dengan begitu indah. Sunyi tergambar pada sebuah pagi yang kelam. Tepat di mana ketika Raja Viserys baru saja berpulang. Citra yang ditampilkan oleh sutradara Clare Kilner begitu menawan. Bahkan ketika Alicent tahu dan mengabarkan pada Otto tentang kematian Viserys, gambar yang ditampilkan terlihat begitu kelam.
Beda awal beda akhir. Beberapa menit sebelum episode ini selesai. Penonton akan menyaksikan adegan yang begitu memukau dan bahkan enggak disangka. Sejak epiosde awal hingga episode ke sembilan. Baru pada episode ini karkater Rhaenys punya daya negosiasi yang begitu kuat untuk mempertahankan martabat keluarganya.
Dengan gagah ia menggunakan armor dan menampakan diri sebagai seorang Targaryen sejati. Kalau saja ia mau, episode ke sembilan bisa jadi episode terakhir serial ini dan enggak ada lagi musim-musim berikutnya. Adegan ini jadi adegan akhir terbaik selama sembilan episode House of the Dragon. Rhaenys juga membuktikan ramalan Haelena tentang ‘monster di bawah meja’.
Celah kekompakan keluarga hijau
Jika Aegon enggan jadi raja. Beda halnya dengan Aemond. Adik laki-laki Aegon itu justru berambisi naik tahta. Ia merasa dirinya jauh lebih pantas untuk memerintah ketimbang Aegon. Kepintarannya, kepiawaiannya dalam berkelahi sampai perangainya yang terlihat berwibawa memang cukup untuk membuat Aemond lebih unggul dari Aegon. Sayang ia bukan anak sulung dan diwarisi tahta.
Lain lagi dengan Otto dan Alicent yang kerap bersebrangan pendapat. Meski keduanya sama-sama maruk akan kekuasaan. Namun Alicent mencoba untuk bijak dalam memimpin. Ia enggan berbuat semena-mena pada Rhaenyra yang notabenenya sudah mendapat mandat akan menjadi ratu sepeninggal Viserys.
Berbeda dengan Alicent, Otto justru lebih otoriter. Kepemimpinan Aegon selamanya enggak akan pernah tenang jika Rhaenyra dan kroni-kroninya masih hidup. Satu-satunya cara supaya kedamaian tercipta adalah dengan menghilangkan musuh. Ketidak kompakan ini akan jadi celah berbahaya bagi koalisi keluarga hijau ini.
Tanpa “kutukan” tapi tetap menjanjikan
Ketika berbicara soal serial Game of Thrones, episode sembilan selalu jadi episode yang menjanjikan, atau istilah kerennya jadi episode penultimate. Selalu ada intrik yang terjadi dan pasti membawa fakta krusial soal alur cerita. Contohnya, karakter penting dibuat mati seperti mendiang Ned Stark.
Pada episode ke sembilan serial House of the Dragon, kutukan tersebut tidak menerpa pada karakter penting. Syukurnya yang dihilangkan memang karakter yang kurang berperan penting di dalam cerita. Hanya saja kematiannya jadi sangat epic!
Meski tanpa kutukan bagi pemeran utama, episode kali ini masih saja menjanjikan. Bahkan ini jadi satu-satunya episode yang tidak menampilkan sosok Rhaenyra dari awal hingga akhir. Episode ini benar-benar diberikan sepenuhnya pada laparnya kuasa keluarga hijau.
Episode kali ini tetap memberi hentakan yang berkesan bagi penonton. Seperti yang sudah dibahas pada paragraf sebelumnya. Akhir episode ke sembilan ini dibuat dengan begitu badass.
***
Review serial House of the Dragon tinggal menyisakan satu episode terakhir. Dari trailer yang sudah muncul, sepertinya episode pamungkas ini akan dihiasi dengan adegan-adegan mendebarkan. Pembalasan seperti apa yang akan dibuat oleh kubu hitam atas tahta yang dicuri.
Seperti apa akhir dari musim pertama House of the Dragon? kurang dari satu minggu setelah tulisan ini rilis kita akan tahu jawabannya.