*(SPOILER ALERT) Artikel ini sedikit mengandung bocoran film Layla Majnun yang mungkin mengganggu buat kalian yang belum nonton.
Coba tanya orang tuamu tentang kisah roman klasik berjudul Layla Majnun. Mungkin sebagian besar mereka akan tahu bagaimana kisah lirih dua insan yang tak bisa bersatu itu. Berangkat dari romansa Timur Tengah yang fenomenal itu, Monty Tiwa bersama Starvision membuat cerita yang terinspirasi dari kisah haru antara Qais dan Layla dalam legenda Layla Majnun.
Film Layla Majnun awalnya dipersiapkan untuk tayang di bioskop pada 2020. Namun, urung terjadi karena pandemi yang melanda. Kini, film Layla Majnun sudah dapat kamu tonton di platform Netflix sejak 11 Februari 2021.
Mari simak sinopsis dan review film Layla Majnun khas KINCIR di bawah ini.
Cinta Dua Minggu yang Mengubah Hidup
Layla (Acha Septriasa) adalah seorang guru yang mengajar di sebuah pesantren. Dia juga seorang penulis novel yang mengirimkan surat lamaran untuk menjadi dosen tamu di universitas bonafit di Azerbaijan. Rezeki memang tak kemana, Layla diterima untuk mengajar menjadi dosen tamu di sana.
Namun, sebelum berangkat, Ibnu Salam (Baim Wong), teman Layla yang seorang calon bupati datang melamarnya atas perjodohan yang diinisiasi pamannya. Hatinya kalut karena dia tak suka dijodohkan.
Namun, Layla juga tak bisa menolak, karena keluarganya sudah terlalu banyak menopang hidup pada Ibnu. Layla mengiyakan lamaran itu dengan syarat dia diperbolehkan untuk mengajar di Azerbaijan. Ibnu pun membolehkan.
Di Azerbaijan. Layla tak sekedar menemukan pengalaman mengajar, lebih jauh dari itu, dia bertemu seorang mahasiswa bernama Samir (Reza Rahadian) yang menaruh hati padanya. Samir adalah seorang penggemar tulisan Layla sejak tinggal di Indonesia.
Akhirnya mereka bertemu kembali di Azerbaijan dan meluluhkan hati Layla. Di sisi lain hati Layla kalut karena ada Ibnu yang sudah menanti untuk menikahinya. Bagaimana kisah lengkapnya? Siapa yang akhirnya dipilih Layla? Kamu bisa nonton film Layla Majnun di Netflix.
Roman Lama yang Diadaptasi Berbeda
Layla Majnun adalah sebuah roman karya sastrawan Nizami Ganjavi dari Azerbaijan. Bercerita tentang Qais dan Layla, keduanya berbeda status ekonomi sehingga tak bisa bersatu. Qais yang tak bisa mendapat cinta Layla jadi gila. Nah, gila dalam Bahasa Arab berarti “Majnun”. Karena itu romannya bertajuk Layla Majnun.
Film ini tidak sepenuhnya menampilkan kisah serupa dengan materi aslinya. Bahkan cukup jauh dari kisah Qais dan Layla karya Nizami Ganjavi. Hanya saja, film ini meletakan kisah Layla Majnun sebagai dasar cerita. Kisah cinta yang sulit bersatu adalah premis utama dalam film ini yang kemudian pengembangan ceritanya dikait-kaitkan dengan cerita versi Nizami.
Contohnya, ada dialog yang menggunakan kutipan-kutipan romantis dari Nizami. Juga ada beberapa kali adegan yang diambil di depan patung Nizami Ganjavi di Azerbaijan
Namun, tentu kisahnya berbeda. Jika Qais dan Layla tak bisa bersatu karena status ekonomi keluarga, Layla dan Samir tak bisa bersatu karena kadung janji dengan Ibnu di Indonesia. Meski sebetulnya, Samir memiliki ketulusan hati yang lebih dari Ibnu. Itu sebabnya, kisah ini bukan adaptasi cerita aslinya, hanya saja premis dan penguatan ceritanya mengarah ke sana.
Jam Terbang yang Berbicara
Film ini dibintangi oleh dua pemeran utama, yakni Reza Rahadian dan Acha Septriasa. Dua bintang film Indonesia ini memang sudah punya jam terbang panjang. Sebab itu, akting dari keduanya benar-benar meyakinkan. Penonton diajak untuk percaya kalau Acha memang seorang Layla, wanita biasa yang berasal dari Semarang dan kebetulan beruntung dapat kesempatan ke Azerbaijan.
Sementara Reza Rahadian, sekali lagi menunjukan kualitasnya. Di film ini dia berperan sebagai Samir, orang Azerbaijan asli yang tengah belajar tentang Indonesia. Reza benar-benar berhasil membawakan karakter Samir, pun beserta kemiripan fisiknya dengan orang Azerbaijan.
Dia bahkan bisa dengan lancar berbicara Bahasa Indonesia dengan pelafalan terbatas. Khas orang asing ketika sedang belajar Bahasa Indonesia. Itu semua ditampilkan oleh Reza secara mulus. Mungkin secara logat, peran Samir masuk ke dalam salah satu peran yang sulit dilakoni Reza.
Keduanya juga punya chemistry yang baik. Sebelum di film ini, Acha dan Reza sudah pernah beradu akting sebagai pasangan dalam film Test Pack (2012) dan Strawberry Surprise (2014).
Lebih Seru jika Tayang di Bioskop
Film ini punya kisah sedih yang mungkin bikin kamu menangis. Keharuan yang ditampilkannya cukup berhasil menyentuh. Apalagi di sepertiga terakhir film yang punya banyak adegan menegangkan sekaligus menyentuh.
Kalau saja film ini tayang di bioskop, adegan-adegan haru itu barangkali akan jauh lebih menyentuh. Ekspresi para pemain yang tayang di layar yang lebar akan jauh lebih mengikat penonton dalam cerita yang bikin berkaca. Meski demikian, film ini tetap dapat mengikat penonton meski hanya tayang di layar OTT.
Timeline Cerita yang Terlalu Padat
Ada satu yang cukup mengganggu, yakni timeline cerita yang cukup membingungkan. Barangkali, karena inti ceritanya hanya terjadi selama dua minggu saja. Mulai dari Layla yang pergi ke Azerbaijan, semuanya jadi berubah hanya dalam waktu beberapa hari saja, dan Layla jatuh cinta pada Samir.
Kemudian, dia pulang ke Indonesia dan menghadapi kenyataan jika Ibnu membuat dia tidak nyaman. Sampai akhirnya film ditutup. Timeline-nya begitu rapat untuk sebuah konflik yang begitu rumit dan melibatkan banyak orang.
Selain itu film ini seperti ingin menonjolkan wayang sebagai salah satu pengantar cerita. Sayangnya, hal itu tidak terlalu terasa. Kecintaan Layla terhadap wayang juga hanya ditampilkan sekilas. Keinginan Samir dalam belajar tentang wayang juga tidak terlalu terlihat. Jadi, aksen wayang dalam film ini jadi terasa agak kurang masuk dengan cerita karena tidak tereksplorasi dengan baik.
Sajikan Lanskap Azerbaijan yang Apik
Soal penyutradaraan, Monty Tiwa sudah ada di dunia perfilman drama Indonesia cukup lama. Film-film dengan premis menarik sudah berhasil digarapnya. Dengan pengambilan gambar yang tepat dan pengarahan tiap pemain yang cukup baik, hasilnya film ini benar-benar sangat bisa dinikmati.
Terlebih, soal pengambilan lanskap kota sebagai bagian dari cerita, Monty Tiwa ini jagonya. Kini, Kota Baku di Azerbaijan ditampilkan dengan begitu menarik. Secara scoring pun cukup asyik untuk dinikmati. Hanya mungkin ada beberapa efek visual yang kurang mulus dan cukup kelihatan di beberapa adegan.
***
Selain Acha dan Reza, film ini juga dibintangi oleh Baim Wong, Dian Nitami, Uli Herdinansyah, Natasha Rizky, juga Eriska Rein. Nama-nama yang memang tidak asing dalam blantika film Indonesia, bukan? Karena itu, tiap karakter jadi begitu punya nilai dalam film ini.
Film Layla Majnun sudah bisa kamu saksikan sejak 11 Februari di Netflix. Buat yang penasaran, langsung aja tonton filmnya dan rasakan sendiri haru biru film ini. Kalau sudah nonton filmnya, bagikan pendapatmu di kolom review yang ada di awal artikel ini, ya.