*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran cerita yang bisa saja mengganggu kalian yang belum nonton.
Waktunya telah tiba. Musim dingin telah datang, begitu juga para White Walkers dan The Night King. Perang yang sebenarnya yang selama ini disinggung Jon Snow akhirnya ada di depan mata. Setelah Podrick menyanyikan kidung indah yang jadi pengantar menuju perang esok, kini terompet telah dibunyikan, tanda perang siap dimulai.
Episode 3 ini memberi ketegangan yang konsisten dari awal sampai akhir. Episode ini bahkan bisa dibilang enggak baik buat jantung, apalagi kalau kalian punya gampang gemas saat lihat adegan-adegan tertentu. Intinya, semua sudah siap di posisi masing-masing, sudah punya peran, tinggal menjalankannya.
Judul “The Long Night” tepat banget buat Episode 3 yang berdurasi 1 jam 17 menit ini. Sesuai perkiraan, White Walkers dan The Night King tiba sebelum fajar. Pertarungan malam hari tentu jadi hal yang enggak bisa dielakkan. Meski begitu, semua siap melawan. Para Dothraki, The Unsullied, dan pejuang-pejuang Westeros siap buat pertempuran pamungkas ini.
Ser Jorah Mormont memimpin para Dothraki di baris depan. Dibantu kekuatan mistis Melisandre, para Dothraki maju dengan celurit yang terbakar api. Namun, dari kejauhan, api tersebut sedikit demi sedikit padam. Beberapa kuda tanpa penunggangnya kembali, beberapa orang berlari mundur, begitu pun Ser Jorah. Hal ini bikin suasana semakin intens, apalagi mengingat mereka enggak bisa lihat apa pun di depan mereka. Yap, Utara pada malam hari di musim dingin memang gelap banget.
Daenerys Targaryen dan Jon Snow sudah siap dengan naga mereka. Melihat mereka punya keuntungan berupa naga terbang, The Night King pun enggak tinggal diam. Badai salju datang, membuat Dany dan Jon Snow yang berada di udara dalam posisi enggak.
Enggak lupa, The Night King punya Viserion yang sudah jadi bagian dari mereka. Pertarungan di udara melawan Dany dengan Drogon dan Jon Snow dengan Rhaegal pun berlangsung sengit. Sementara itu, di medan pertempuran, pasukan Winterfell berangsur-angsur mundur dengan perasaan takut. Jamie Lannister, Ser Brienne, Ser Jorah, Gendri, atau bahkan The Hound mulai berpikir realistis bahwa mereka enggak bakal menang.
Sekuens adegan di episode ini nendang banget dan bikin kita deg-degan maksimal. Kita tahu pasti bakal ada yang mati di episode ini, namun kita belum bakal tahu siapa aja mereka sampai episode ini selesai.
Sesuai prediksi, mereka memang enggak mungkin menang melawan para White Walkers, apalagi dengan kekuatan The Night King yang bisa membangkitkan mereka yang sudah mati. Perjuangan mereka sia-sia karena siapa pun yang mati dari pihak mereka bakal jadi pasukan The Night King.
Situasi semakin bikin depresi saat mereka yang berada di ruang bawah tanah mulai menyadari ancaman terdekat mereka. Mayat yang dihidupkan kembali oleh The Night King ini bukan cuma yang bertarung di pertempuran, melainkan juga yang dikubur di ruang bawah tanah. Enggak ada yang dibiarkan terlewat oleh para White Walkers. Sementara itu, Lord Varys, Tyrion, Sansa, dan beberapa orang lainnya di ruang bawah tanah berhasil bertahan dengan bersembunyi.
Tentunya, menonton Game of Thrones berarti kalian harus sudah siap kehilangan karakter-karakter yang mungkin enggak bakal diduga. Di pertempuran ini, kalian harus mengucapkan selamat tinggal kepada beberapa karakter.
Bisa dibilang, peperangan di Episode 3 ini bermakna banget. Selain tentunya bermakna perang melawan hidup dan mati, perang ini juga penuh simbol. The Night King memiliki Thenn di kubunya (mungkin ini Wan-Wan?). Melawan raksasa biasa saja pasti sudah sulit banget, bagaimana raksasa yang sudah jadi mayat hidup?
Thenn ini tak terkalahkan. Namun, keberanian Lyanna Mormont bakal bikin kalian terharu. Petarung paling kecil di pertempuran ini menundukkan musuh yang paling besar. Sesuai slogan mereka, Lyanna Mormont berdiri tak kenal takut sampai saat terakhirnya.
Terlalu banyak yang terjadi. Namun, setiap karakter disorot dengan porsi yang pas, menggambarkan kengerian dan keputusasaan melawan The Night King. Salah satu karakter yang lumayan bikin deg-degan adalah Arya Stark yang kucing-kucingan dengan mayat hidup di dalam istana.
Saat dia terdesak, The Hound dan Beric Dondarrion datang menyelamatkan. Namun, mereka bertiga kewalahan mengalahkan para mayat hidup di lorong. Beric mati melindungi Arya dan Melisandre sekali lagi muncul. Kali ini, dia mengingatkan Arya soal apa yang harus dikatakan kepada kematian. Arya pun bersemangat dan pergi entah ke mana.
Selalu ada kejutan hampir di setiap episode Game of Thrones. Di episode ini, berhubung sejak awal kelihatannya Jon Snow-lah yang bakal melawan The Night King, kalian enggak bakal menyangka siapa yang bakal mencoba menikamnya dari belakang. Sampai saat terakhir, Jon Snow masih berhadapan sama Viserion, yang berarti dia bakal telat datang ke tempat Brandon Stark buat membunuh The Night King.
Arya Stark tiba-tiba muncul buat menyelamatkan Bran, tepat saat The Night King siap membunuhnya. Lalu, entah ini bisa dibilang ironis atau enggak, pisau yang pernah dipakai buat membunuh Bran kini malah jadi penyelamat Bran.
Banyak yang dikorbankan, banyak yang enggak selamat. Namun, malam yang panjang itu pun selesai. Di luar dugaan, Melisandre yang kalian percaya sebagai antagonis selama ini karena membantu Stannis Baratheon dengan ilmu hitamnya justru kini membantu banget sepanjang pertempuran. Seakan dia akhirnya tahu bahwa tugasnya adalah berkontribusi dalam pertempuran ini. Dia dan sihir apinya menolong banget (soalnya api biasa enggak berfungsi melawan udara dingin malam itu).
Dia pun sudah memperkirakan bahwa kematiannya bakal datang sebelum fajar. Setelah The Night King dikalahkan, dia melepaskan sihirnya, kembali menjadi perempuan tua sebagaimana wujud aslinya dan mati di tengah medan pertempuran yang telah sepi. Pertarungan antara es dan api pun berakhir.
Pertempuran besar melawan kematian telah selesai. Pertempuran terakhir demi mengklaim Iron Throne masih menanti. Dengan sisa pasukan yang sudah minim banget, The North dan Dany pun bertekad memenangkan pertempuran selanjutnya. Namun, tentunya Cersei di King’s Landing pun telah siap dengan strateginya.
Kalau Episode 3 ini adalah sebuah film, KINCIR bakal kasih skor 9,5 (karena kesempurnaan hanya milik Yang Mahakuasa). Bahkan, keseruannya disandingkan dengan Avengers: Endgame (2019) yang tayang di bioskop, membuat lini masa media sosial diramaikan dengan nama "Stark" sebagai pahlawan penyelamat.
Lantas, bagaimanakah dengan keseruan episode-episode selanjutnya dalam season 8 Game of Thrones? Ikutin pembahasannya hanya di KINCIR, ya!