– Bu Tejo dari Tilik ternyata punya banyak “teman ngegosip” di sinetron-sinetron Indonesia, loh!
– Pedasnya mulut karakter-karakter ini bisa ngalahin pedasnya ayam geprek!
Ibu-ibu nyinyir yang hobi berkomentar dengan pedas terhadap segala hal di sekitar mereka selalu ada di sekitar kita. Model ibu-ibu yang banyak bicara dan nyinyir seperti Ibu Tejo dalam film pendek berjudul Tilik besutan Wahyu Agung Prasetyo banyak kita temui di mana-mana, terutama di perkampungan yang para warganya doyan ngumpul.
Enggak bisa disalahin sih, karena menurut berbagai penelitian, seperti dalam dokumenter 100 Humans, mayoritas cewek dari berbagai usia mengeluarkan lebih banyak kata daripada cowok. Natgeo bahkan mencatat bahwa wanita berbicara 20.000 kata lebih banyak daripada lelaki. Hal ini diakibatkan oleh kesukaan perempuan untuk mengatasi banyak hal, mengamati, dan bersosialisasi.
Ibu-ibu seperti Bu Tejo sangat fasih membicarakan kejelekan orang lain dan kupingnya selalu awas sama gosip di tengah masyarakat. Nah, sebelum Bu Tejo, udah banyak nih karakter yang level kenyinyirannya mengalahkan level pedas ayam geprek.
Siapa aja mereka dan seperti apa sih “cabai” yang keluar dari mulut mereka? Ayo kenalan sama mereka di sini.
1. Mbak Yuni – Tukang Ojek Pengkolan
Yogyakarta punya Bu Tejo, nah, Jakarta udah punya Mbak Yuni. Ada dua hal yang bikin Bu Tejo sama kayak Mbak Yuni. Pertama, mereka jeli banget sama kejelekan manusia di kampung mereka. Kedua, mereka sama-sama melancarkan aksi nyinyir dengan logat Jawa kental!
Mata Mbak Yuni selalu jeli melihat segala keburukan orang di kampung. Dia kerap melancarkan aksi gosipnya saat membeli sayur bersama ibu-ibu lain. Mbak Yuni pada akhirnya kena batunya ketika ditipu oleh undian berkedok umrah. Karena malu, dia pun pindah dari Kampung Rawa Bebek. Memang kadang orang yang doyan gosip enggak sebaik orang yang mereka gosipin!
2. Emak – Bajaj Bajuri
Salah satu ikon mertua paling nyebelin adalah Emak dalam situasi komedi terkenal Bajaj Bajuri. Emak, meskipun udah tua, omongannya selalu pedes, galak ke tetangga, dan tentu saja kepada menantunya, Bajuri.
Semua komentar Emak selalu berujung pada pendapat yang negatif dan membuat orang menjadi berpikiran buruk. Bahkan, Emak seolah enggak pernah menganggap Bajuri sebagai menantu yang patut dibanggakan.
Hal ini terjadi lantaran profesi Bajuri sekaligus fakta kalau Bajuri sulit untuk punya anak. Bisa kalian bayangin enggak, sih, betapa menderitanya Bajuri yang punya istri tulalit alias telat mikir dan hidup bersama sang mertua yang selalu berkomentar buruk?
3. Bu RT – Suami-Suami Takut Istri
Bu RT adalah ketua “geng” dari para ibu-ibu di sitkom Suami-Suami Takut Istri. Meskipun istri lain di perumahan itu juga enggak kalah nyebelin dan cemburuan, Bu RT lah yang seringkali menjadi kompor bagi para tetangganya. Dia juga mudah marah dan mudah terpengaruh omongan buruk.
Enggak cuma nyinyir, dia juga ahli dalam urusan hasut menghasut. Bu RT sering mempertebal kecemburuan para istri terhadap Pretty, sosok tetangga cantik nan seksi yang masih lajang dan seringkali menjadi perhatian para suami.
4. Kanjeng Mami – Awas Ada Sule
Mendapatkan majikan seperti Kanjeng Mami adalah sebuah hal yang enggak diinginkan oleh siapapun. Meskipun elegan, kaya serta memiliki darah biru, Kanjeng Mami itu cerewet banget dan control freak, termasuk kepada asisten rumah tangga dan suaminya sendiri.
Dia merasa bahwa dirinyalah yang benar dan enggak terbantahkan. Satu-satunya orang yang menyukai keberadaannya di rumah hanyalah anaknya sendiri.
Di rumah, yang berani ngerjain Kanjeng Mami hanyalah Sule. Jadi, meskipun Kanjeng Mami galak dan sebel banget sama Sule, dia juga kerap kali enggak bisa berkutik sama keisengan yang sengaja dilakukan Sule.
5. Tante Usman – Kisah Sedih di Hari Minggu
Tokoh Tante Usman menjadi alasan kenapa sinetron ini diberi judul Kisah Sedih di Hari Minggu layaknya lagu lawas Koes Plus. Setelah sang ayah bangkrut, Imel dan Ibunya terpaksa harus tinggal di rumah Om dan Tante Usman. Tante Usman ini menyebalkan banget karena selain pelit, tukang fitnah, dan doyan nyinyir.
Tingkat kenyinyiran Tante Usman udah melampaui tokoh-tokoh sebelumnya dan bisa dikategorikan kriminal sebenernya. Itulah alasan kenapa Imel dan ibunya selalu tersiksa di rumah.
6. Mpok Ipah – Si Doel Anak Sekolahan
Sebagai ibu tiri, sosok Mpok Ipah alias Ipeh sebenernya enggak kejam. Dia justru sayang sama Zaenab. Namun, rasa sayang ini dipraktikkan dengan cara yang salah. Dia selalu menjodoh-jodohkan Zaenab dengan orang yang menurutnya kaya sehingga bisa bikin Zaenab bahagia.
Mpok Ipah benci banget sama Si Doel karena menurutnya enggak cocok sama Zaenab dan enggak sekaya para pria lain yang dia jodohkan. Komentar Mpok Ipah yang selalu pedes setiap kali membahas Si Doel bikin kita gemes sendiri. Apalagi, dia enggak pernah memberikan ruang bagi Zaenab untuk berargumentasi soal perasaannya terhadap cowok.
7. Oma – Cinta Fitri
Bukan cuma mertua cewek, nenek dari pihak cowok seringkali bikin cucu menantu cewek panas-dingin, terutama pada saat mereka tinggal bareng. Nenek yang cerewet, tukang mengontrol, dan berkuasa, seolah cuma bisa nyalahin para menantu dan cucu menantu, serta selalu ingin dihormati.
Oma-nya Farel di Cinta Fitri sudah terbukti ngeselinnya. Diaa hobi nyinyir terhadap banyak hal yang dilakukan orang lain. Awalnya, dia juga sebel sama Fitri. Namun, lama-kelamaan, dia berubah menjadi lebih baik dan tahu kalau Fitri punya hati yang bersih. Mulut pedesnya pun dialihkan kepada Mischa, tokoh antagonis di sinetron itu.
***
Itu dia karakter di sinetron Indonesia yang terkenal sebagai "tukang nyinyir" kayak Bu Tejo di film pendek Tilik. Harus diakui, kehadiran karakter-karakter seperti itu membuat tontonan jadi makin berwarna. Apalagi, karakter tersebut memang merepresentasikan "budaya" nyinyir yang kental di kalangan ibu-ibu di Indonesia.