Westeros telah memilih rajanya. Brandon Stark tiba-tiba dicalonkan sebagai King of Westeros oleh Tyrion Lannister yang kemudian disetujui oleh para pemimpin Noble House di Westeros. Keputusan ini mungkin dianggap masuk akal oleh para karakter di Westeros. Namun, para penggemar yang menunggu delapan tahun untuk melihat akhir serial kesayangan mereka ini tampaknya enggak puas begitu saja.
Penggemar lebih memilih Jon Snow atau Sansa Stark yang duduk di Iron Throne. Kehadiran Bran dinilai begitu tiba-tiba untuk dinobatkan menjadi raja. Padahal, Game of Thrones telah memunculkan tanda-tanda bahwa Bran berpotensi menjadi raja pada akhirnya. Enggak percaya?
Simak lima alasan di bawah ini supaya kalian paham bahwa menjadikan Bran pemimpin Westeros sebenarnya bukan keputusan yang salah!
1. Bran Adalah Putra Tertua Stark
Setelah sekian panjang perjalanan yang dilalui Bran, fakta bahwa dirinya adalah anak laki-laki tertua Ned Stark enggak bakal berubah. Meski sudah jadi Three-Eyed Raven, dia tetaplah Brandon Stark, keturunan The First Man, orang-orang yang pertama kali menginjakkan kaki dan membangun Westeros.
Dengan darah The First Man dari House Stark, tentu klaim Brandon juga enggak kalah dibandingkan Daenerys dari House Targaryen atau Jon Snow yang memiliki darah Stark dan Targaryen. Meski pada akhirnya Bran enggak perlu mengklaim dirinya untuk menjadi raja (melainkan terpilih dalam voting), tetap saja dia punya darah para pemimpin yang dibutuhkan Westeros.
2. Bran Selalu Belajar dari Masa Lalu
Bran mengaku kepada Tyrion bahwa dia lebih banyak hidup pada masa lalu, menerawang hal-hal yang penting untuk masa kini. Itu telah menjadi tugasnya sebagai Three-Eyed Raven. Dengan begitu, dia bisa mempelajari berbagai kesalahan yang pernah dilakukan leluhurnya pada masa lalu supaya enggak terulang kembali. Bran yang sudah enggak punya emosi apa pun, mulai dari kemarahan, kesedihan, hingga simpati, bisa mengambil keputusan yang logis.
Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, pemeran Bran, Isaac Hempstead Wright, mengungkapkan bahwa Bran mungkin enggak bisa jadi pemimpin yang baik. Dia enggak punya tujuan sama sekali, bahkan emosi. Dia juga menambahkan, Bran sebagai Three-Eyed Raven enggak duduk untuk menyarankan atau pun memutuskan sesuatu. Dia cuma pasang mata dan telinga pada masa lalu dan membiarkan semua berjalan sampai waktunya tiba.
Makanya, dalam “The Iron Throne”, kalian melihat Bran datang ke pertemuan kecil bersama para orang kepercayaannya dan hanya menanyakan solusi. Dia pun pergi dan menyerahkan semuanya kepada Tyrion dan lainnya. Dia sama sekali enggak memberi saran atau pun perintah. Bran hanya duduk dan memastikan segalanya berjalan sebagaimana mestinya.
3. Bran Jadi Pilihan Paling Netral
Setelah semua yang terjadi di Westeros, rasanya lelah kalau harus meneruskan perang lagi dan meninggikan ego House masing-masing. Makanya, memilih Brandon Strak, orang yang enggak bisa punya anak, orang yang enggak menginginkan apa pun, adalah pilihan yang paling netral saat itu.
Bran sebelumnya berperan untuk memberitahu Westeros bahwa ancaman terbesar adalah The Night King yang bisa datang kapan saja bersama pasukan wights dan para White Walkers. Dia tahu siapa yang harus diberikan perhatian supaya bisa mengalahkan The Night King. Mulai dari memberi Arya pisau kecilnya hingga membeberkan kepada Sam soal identitas asli Jon Snow, semua dia lakukan demi satu tujuan: menyelamatkan Westeros.
Makanya, ketika Tyrion mengajukan nama Bran, hampir enggak ada yang protes. Kecuali, Sansa yang mau The North tetap jadi kerajaan sendiri seperti sedia kala. Karena Bran pada dasarnya enggak peduli, dia menyetujui tanpa perlu memaksa dengan peperangan. Jadi, kalau memang mau mengubah Westeros jauh dari pemimpin tirani, menjadikan Bran raja adalah pilihan terbaik.
4. Bran Enggak Bisa Punya Keturunan
Hal ini diungkapkan oleh Sansa saat Bran dipilih oleh Tyrion. Namun, bagi Tyrion, justru hal itu semakin bagus karena bisa sekaligus menghapuskan sistem pemerintahan yang oligarki. Jadi, pemimpin selanjutnya Westeros dipilih dari kemampuan memimpin, bukan karena keturunan raja sebelumnya.
Memilih Bran menjadi raja enggak cuma membawa Westeros bangkit dari keterpurukan akibat perang berkepanjangan. Westeros jadi punya masa depan yang lebih baik dengan sistem pemerintahan semidemokrasi.
5. Bran Enggak Ingin Berkuasa
Sebagai Three-Eyed Raven, tentu kalian tahu bahwa Bran enggak ingin jadi apa pun. Dia lebih banyak hidup di masa lalu, menerawang hal-hal yang sudah terjadi, lalu melihat dampak signifikannya terhadap masa kini dan masa depan. Berkat kemampuannya, Bran jadi enggak punya keinginan untuk apa pun, termasuk menjadi Lord of Winterfell. Hal ini diungkapkan Bran kepada Tyrion Lannister pada malam sebelum Battle of Winterfell (di episode “A Knight of the Seven Kingdoms”).
Sebenarnya, Bran dan Jon Snow mirip: enggak menginginkan kekuasaan, khususnya menjadi pemimpin Westeros. Jon Snow enggak menginginkan Iron Throne karena karena dia mencintai Daenerys dan ingin Dany naik takhta. Sedangkan, Bran sama sekali enggak menginginkan apa pun.
Dalam “The Last of the Starks”, Varys dan Tyrion membicarakan orang yang enggak menginginkan kekuasaan adalah yang terbaik untuk memimpin Westeros. Saat itu, Varys berpikir orang itu adalah Jon Snow, sedangkan Tyrion sebenarnya merujuk ke Bran.
Akhirnya, King’s Landing hancur dan berada dalam kekosongan kekuasaan. Bran tetap enggak menunjukkan keinginan apa pun. Tyrion justru semakin yakin bahwa Bran dan kisahnya yang luar biasa bakal membawa Westeros ke arah yang lebih baik.
***
Sepanjang penayangan Game of Thrones, Brandon Stark mungkin bukan nama yang selama ini berkutat memperebutkan Iron Throne. Dia juga bukan yang terbaik dalam perang atau pun yang paling banyak berkorban demi Westeros. Namun, dia berperan sebagaimana seharusnya, menjalankan fungsinya apa adanya sebagai memori dunia.
Mungkin Bran telah membiarkan beberapa orang mati berkorban. Namun, itulah tugasnya sebagai Three-Eyed Raven dan dia telah melakoninya dengan baik.
Apakah kalian masih menganggap Bran bukan pilihan yang tepat untuk menjadi King of Westeros? Coba ceritakan pendapat kalian di kolom komentar, ya!