The Morning Show

Review Serial The Morning Show (2023)

Review Serial The Morning Show (2023)
Genre
  • drama
Actors
  • Billy Crudup
  • Jennifer Aniston
  • Mark Duplass
  • Reese Witherspoon
Director
  • Jay Carson
Release Date
  • 13 September 2023
The Morning Show
Rating
4 / 5

*(SPOILER ALERT) Review serial The Morning Show ini sedikit mengandung bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kamu yang belum nonton.

Serial The Morning Show, yang di Australia dan Indonesia dikenal dengan nama Morning Wars, terinspirasi dari buku karya Brian Stelter yang dirilis tahun 2013 berjudul Top of the Morning: Inside the Cutthroat World of Morning TV.

Tayang perdana di layanan streaming Apple TV sejak 1 November 2019, serial yang dibidani kreator Jay Carson ini menjadi salah satu serial tersukses dan telah memenangkan Primetime Emmy Award 2020 untuk Billy Crudup dalam kategori Outstanding Supporting Actor in a Drama Series.

Saat ini The Morning Show telah berjalan selama tiga musim dengan konflik-konflik yang semakin tajam dan menarik. Di serial ini kita akan disuguhi pembahasan prespektif jurnalisme dalam industri televisi sekaligus menyoal seputar kehidupan pribadi dari Alex Levy dan Bradley Jackson sebagai dua karakter utamanya.

Selain Billy Crudup, Primetime Emmy Awards juga menominasikan Jennifer Aniston, Reese Witherspoon, Steve Carrell dan Mark Duplass sekaligus termasuk pula 2 bintang tamu: Martin Short dan Marcia Gay Harden.

Review Serial The Morning Show (2023)

Bagaimana seharusnya jurnalisme bekerja dalam industri televisi? 

Istimewa

Tahun 2012. Serial The Newsroom ditayangkan perdana oleh HBO dan mendapat sambutan meriah. Episode perdananya masih dikenang sebagai salah episode terbaik dari serial televisi yang pernah dibuat.

Dalam episode perdana berjudul We Just Decided To itu, karakter utama The Newsroom, presenter Will McAvoy tengah berada di sebuah panel yang diselenggarakan di Nortwestern University. Diapit dua panelis lain dari sisi berseberangan, konservatif dan liberal, Will mendapat pertanyaan klasik dari seorang mahasiswa, “Can you say why America is the greatest country in the world?”

Diserang terus menerus membuat Will akhirnya menyebarkan sejumlah fakta tentang Amerika yang terbelakang dalam banyak segi dan justru membuatnya beranggapan bahwa kini Amerika bukanlah negara terhebat di dunia.

Dari episode perdana tersebut kita pun tahu bahwa serial The Newsroom akan meliuk jauh lebih dalam membedah isi perut jurnalisme di industri televisi yang selama ini tak pernah kita lihat. Beragam isu-isu penting yang memang terjadi di dunia nyata diperlihatkan dan kita pun melihat bagaimana seharusnya jurnalisme menjunjung soal cover both sides.

Will seperti seorang panglima perang di tengah pertempuran ketika pasukan jurnalis yang dipimpinnya harus mengulik isu yang potensial membuat geger namun memilih untuk menahan diri dan mengorek fakta demi fakta lebih dalam demi menjaga kredibilitas jurnalisme. Bagi mereka, breaking news tak lebih penting dari in-depth investigation. Apa artinya kecepatan berita jika tak diimbangi akurasi dan kedalaman data yang menjadi tanggung jawab jurnalis untuk mempersembahkannya kepada pemirsa televisi di rumah?

Mengikuti jejak sukses The Newsroom

Serial The Morning Show HBO. Istimewa

Serial The Newsroom yang dibidani penulis skenario brilyan, Aaron Sorkin, beroleh sukses selama tayang pada 2012 – 2014. Lima tahun setelahnya serial The Morning Show lahir dan tayang di layanan streaming, Apple TV. Serupa dengan The Newsroom, The Morning Show juga mendudukan presenter berita sebagai karakter utamanya. Bedanya The Morning Show tak hanya memajang satu namun dua presenter sekaligus dan keduanya pun perempuan. 

Kedua presenter perempuan tersebut adalah presenter senior, Alex Levy [Jennifer Aniston] dan Bradley Jackson [Reese Witherspoon], presenter pendatang baru yang bak tornado meraung merangsek masuk ke stasiun televisi UBA. Alex yang mewakili status quo dengan segala kenyamanan yang sudah dimilikinya dan Bradley yang datang bak disruptor menjadi perpaduan karakter paling menarik yang pernah ditampilkan dalam serial televisi.

Dengan penempatan kedua karakter utama perempuan tersebut, The Morning Show juga bisa menelisik sejumlah isu khas yang menimpa perempuan. Salah satu isu yang mendapat perhatian adalah seputar pelecehan seksual di tempat kerja yang terkenal di seluruh dunia melalui gerakan #MeToo Sebuah gerakan yang menjalar menjadi virus di seluruh dunia yang membuat perempuan berani menyuarakan perilaku tak adil, lingkungan kerja yang toksik hingga perilaku seksual yang menimpa mereka.

Jurnalis yang berani membongkar boroknya sendiri

Istimewa

Tak pernah terbayangkan sedikitpun oleh rekan kerja, sahabatnya sendiri, Alex dan juga penggemarnya di rumah bahwa suatu hari, Mitch Kessler (Steve Carrell) akan dihabisi oleh kasus pelecehan seksual. Pelecehan seksual terjadi dalam lingkup pekerjaan manapun dan memang sangat sedikit yang tak terungkap karena satu sebab: KEKUASAAN.

Pelaku biasanya punya relasi kuasa yang besar terhadap korbannya dan bak predator, ia memangsa para korbannya dan selalu berpikir bahwa ia akan selalu bisa berkelit dari resikonya. Korban-korbannya pun lebih memilih diam, mencoba berdamai dengan apa yang sudah dialaminya. Namun banyak diantara mereka yang tak kuat, memilih keluar dari lingkungan kerja yang toksik, bahkan tak sedikit yang memilih mengakhiri hidupnya.

Tapi apa yang terjadi jika perilaku toksik itu terjadi di sebuah lingkup pekerjaan yang mengedepankan soal integritas? Ketika rumor mulai berhembus kencang dan diketahui pihak lain, apa yang harus dilakukan oleh stasiun televisi yang mengelola program berita yang mengedepankan soal data, fakta dan integritas?

Makna integritas menjadi kunci dan mereka tahu bahwa kali ini mereka harus menjadi yang terdepan dalam upaya membongkar borok mereka sendiri dari dalam. Perlu keberanian luar biasa untuk melakukannya dan perlu apresiasi besar bagi mereka yang berani melakukannya. Membuka borok untuk diperlihatkan secara telanjang kepada jutaan pemirsa di rumah bukanlah pekerjaan mudah.

Taruhannya adalah integritas mereka. Dan stasiun televisi UBA melakukan pertaruhan itu. Karir Mitch akan hancur berantakan dan semua orang didalamnya akan memunguti kepingan-kepingan tersisa dari integritas yang mereka jaga dan junjung tinggi selama ini. 

Presenter tak sekedar wajah cantik, mereka juga jurnalis sesungguhnya

Serial The Morning Show
The Morning Show Season 3. Via Istimewa

Dalam episode pembuka musim perdana The Morning Show, kita diperkenalkan tentang bagaimana Bradley hingga bisa menjejakkan kakinya di stasiun televisi sebesar UBA. Bradley memulai karir sebagai jurnalis yang peduli dengan isu-isu kaum terpinggirkan, berempati dan berada di tengah-tengah mereka demi menyuarakan kegelisahan mereka. Suaranya yang jujur lantas membuatnya viral dan mendadak terkenal di seantero negeri dan mengantarkannya kelak untuk duduk semeja dengan presenter senior, Alex Levy.

Alex pun juga bukan presenter sembarangan. Ia juga adalah seorang jurnalis tangguh yang kadang tak peduli dengan status selebritasnya dan memilih untuk turun gunung melakukan liputan untuk isu yang dipedulikannya. Dengan kekuasaan yang kini dimilikinya, ia memperjuangkan apa yang selama ini selalu dipercayainya. Bahwa jurnalisme selalu tentang integritas.

Menarik memang melihat kreator Jay Carson memilih dua nama yang identik dengan nama laki-laki, Alex dan Bradley, untuk kedua karakter perempuannya. Dan nama tersebut memang tak sekedar pajangan, ia juga memperlihatkan bahwa jender mungkin memang hanya sebuah konsep di industri televisi. Bahwa kecantikan bisa saja adalah sebuah anugerah tapi yang selalu paling utama adalah tentang bagaimana presenter sekaligus jurnalis memahami tugas utama mereka untuk melaporkan isu-isu yang penting, relevan dan berpihak pada kebenaran.

Jurnalisme dalam industri televisi Indonesia 

Meski sebatas fiksi, serial The Newsroom dan The Morning Show mencoba menggambarkan bagaimana seharusnya jurnalisme bekerja dalam industri televisi. Serial ini mengejawantahkan bagaimana jurnalisme seharusnya sinonim dengan integritas dan rasanya, kata yang disebut terakhir itu rasanya menghilang dari televisi kita selama beberapa tahun belakangan.

Kita melihat jurnalisme televisi di Indonesia dikuasai oleh sekelompok orang dengan kepentingan politiknya masing-masing dan tanpa malu-malu memaksakan pemirsa untuk melahap apa yang mereka percayai. Mereka tak pernah sepenuhnya sadar bahwa televisi menggunakan frekuensi publik yang seharusnya siaran apapun di dalamnya dibuat untuk kepentingan publik secara umum, bukan untuk melayani kepentingan politik tertentu.

Hari-hari ini menjelang pertarungan besar Pilkada 2024, kita melihat siaran temu wicara di televisi ibarat sirkus politik. Dengan para badut-badut yang mempertontonkan kebodohannya secara telanjang dan mungkin mengira bahwa penonton televisi adalah sekelompok manusia yang begitu mudah dibodohi.

Badut-badut tersebut juga seringkali tak malu bertengkar di depan kamera mempertontonkan pengetahuan mereka yang dangkal akan sejumlah isu. Menjadi miris ketika kita mewajarkan hal itu terjadi di stasiun televisi yang seharusnya selalu menjadikan jurnalisme sebagai benteng terakhir integritas.

Sampai kapan kita membiarkan sirkus ini masuk ke ruang pribadi di rumah kita?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.