Mengikuti sukses serial berlatar luar angkasa seperti For All Mankind dan Foundation, kali ini layanan streaming Apple TV kembali merilis Constellation. Sebuah serial yang terdiri dari 8 episode yang menyajikan ramuan drama, fiksi ilmiah dan horor/thriller ke dalam satu wadah.
Constellation bercerita tentang Jo kembali ke bumi setelah bencana di luar angkasa dan menemukan bahwa ada bagian yang hilang dalam hidupnya, jadi dia berusaha mengungkap kebenaran tentang rahasia tersembunyi perjalanan luar angkasa dan memulihkan apa yang telah hilang darinya.
Serial ini diarahkan oleh sejumlah sutradara kaliber seperti Oliver Hirschbiegel, peraih gelar Directing Award di Sundance Film Festival lewat Five Minutes of Heaven, juga Michelle MacLaren, peraih 2 piala Primetime Emmy Awards untuk serial Breaking Bad.
Review serial Constellation (2024)
Noomi Rapace melihat hantu di luar angkasa
Tahun 1986. Pratiwi Pudjilestari Sudarmono hampir saja menjadi orang Indonesia pertama yang “menginjakkan kaki” di luar angkasa. Sayangnya meledaknya pesawat ulang-alik Challenger pada 28 Januari 1986 telah membuatnya batal berangkat ke luar angkasa yang dijadwalkan pada 24 Juni 1986.
Hingga hari ini nama Pratiwi akan terus terukir sebagai atronot perempuan pertama Indonesia dan belum ada lagi yang mengikuti jejaknya. Saya mengikuti cerita tentang Pratiwi saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar dan dibuat terkagum-kagum karenanya. Saya mengingat kisah itu ketika mengikuti 5 episode dari serial Constellation yang tayang di layanan streaming Apple TV.
Kebetulan memang Constellation memajang astronot perempuan sebagai pusat semesta ceritanya. Noomi Rapace yang dikenal luas setelah memerankan Lisbeth Salander yang magnetik dalam trilogi adaptasi novel, The Girl with the Dragon Tattoo, diplot sebagai Jo, seorang atronot yang pulang ke bumi dalam kondisi tak seperti sedia kala. Dalam perannya sebagai seorang atronot, ilmuwan hingga menjadi seorang istri dan ibu, Jo harus bergulat dengan banyak hal yang menguji apa yang diyakininya, yang akan meneror dan mengubah hidupnya selama-lamanya.
Constellation melanjutkan tradisi dari Apple TV yang seperti cukup serius menyuguhkan tontonan serial berbasis luar angkasa dengan kualitas yang bisa dipertanggungjawabkan. Sebelumnya serial For All Mankind dan Foundation juga disambut dengan baik oleh penonton di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Poin yang selalu menarik dari serial yang mencoba memperlihatkan apa yang bisa terjadi di luar angkasa adalah betapa banyaknya hal-hal mengejutkan dan misterius yang bisa terjadi di sana. Hal-hal yang susah betul dicari jawabannya secara ilmiah, susah sekali untuk dibuktikan kebenarannya dan akibatnya memang mengguncang sebagian astronot yang baru saja menjalani puluhan hingga ratusan hari di sana ketika kembali ke bumi. Seperti Jo yang harus merasakan hidupnya berubah drastis setelah ia mengaku melihat hantu di luar angkasa.
Sebuah kisah tentang hidup dan mati, juga tentang hidup dan/atau mati
Sebagaimana dikutip dari Los Angeles Times, mekanika kuantum telah banyak dieksploitasi oleh fiksi ilmiah, karena terasa bak puisi dan juga karena kepraktisannya, namun jarang dibahas secara eksplisit seperti di Constellation. Superposisi dan partikel terjerat, efek pengamat dan ruang liminal dibahas dan diberlakukan, secara metaforis dan sebaliknya; bahkan ada kucing yang hidup dan mati. Memang benar, ini adalah kisah hidup dan mati, atau lebih tepatnya kisah hidup dan/atau mati.
Maka soal hidup dan mati, juga tentang hidup dan/atau mati telah berkelindan sejak episode perdana dibuka. Ketika atronot Paul Lancaster memasukkan semacam partikel misterius ke dalam sebuah wadah yang menjadi bagian dari misi mereka ke luar angkasa, sesuatu di luar dugaan terjadi.
Ledakan hebat tiba-tiba mengguncang dan mengakibatkan chaos. Dan kita melihat kelak Paul menyabung nyawa di luar angkasa dengan 2 rekan astronot lainnya, Audrey Brostin dan Yazmina Suri, yang mati-matian menyelamatkan nyawa rekan mereka. Setelah harus kehilangan sebelah tangannya untuk menyelamatkan nyawanya, ternyata nyawa Paul pun tak bisa diselamatkan.
Guncangan itu menyebabkan misi mereka dipercepat. Audrey, Yazmina dan Ilya Andreev, harus kembali terlebih dahulu ke bumi karena armada cuma bisa menampung mereka bertiga. Maka sebagai pemimpin misi, Jo mengikhlaskan dirinya untuk memperbaiki armada lain terlebih dahulu sebelum ia bisa kembali pulang bertemu suaminya, Magnus Taylor dan putri mereka, Alice.
Maka dua episode awal Constellation seakan menjadi jelmaan dari film Gravity yang membuat Alfonso Cuaron beroleh piala Oscar pertamanya sebagai sutradara di tahun 2014. Jo Ericcson menjelma seperti Ryan Stone dalam Gravity yang mengalami ketakutan terburuk dalam hidupnya ketika terombang-ambing tanpa kepastian di luar angkasa.
Tapi episode terburuk dari hidup Jo sesungguhnya ketika ia kembali ke bumi. Di ingatannya banyak hal-hal yang berubah. Sesederhana mobil keluarga mereka yang sejak awal berwarna biri namun diingatnya berwarna merah. Sebuah kondisi yang susah sekali dijelaskan apa penyebabnya.
Meski durasi dalam setiap episode bergerak pelan dan bisa jadi membosankan bagi penonton yang tak sabar, percayalah bahwa Constellation akan menjadi tontonan menarik untuk kita melihat hal-hal secara berbeda dari perkara hidup dan mati, juga tentang hidup dan/atau mati, dalam relasinya dengan pengalaman yang dialami Jo, juga terkait secara tak langsung dengan teori mekanika kuantum.
Jo yang kebingungan, Alice yang ketakutan dan Magnus yang terperangkap di antaranya
Salah satu hal yang membuat Constellation menarik adalah bagaimana sub-plot soal Jo menjalani hidupnya sebelum dan sesudah ia menjalankan misinya ke luar angkasa dieksplorasi lebih jauh. Seperti apa ia sebagai istri dan ibu sebelumnya di mata Magnus dan Alice dan sejauh apa ia berubah setelah pulang ke bumi dan membuat situasi menjadi menakutkan dan tak terkendali.
Setelah sebuah adegan horor saat ia melihat “penampakan” di luar angkasa dan berseru, “I see a dead female cosmonaut”, memang membuat hidup Jo berubah. Dan ia mempertahankan apa yang dilihatnya sekian lama. Namun perlahan sesuatu terkait ingatan dan hal-hal di luar nalar mempengaruhinya. Juga mempengaruhi relasinya dengan suaminya dan anaknya.
Saat kembali ke bumi, Jo berkali-kali memperlihatkan sikap mesra kepada suaminya dan tentu saja disambut dengan heran oleh Magnus. Pasalnya kondisi rumah tangga mereka sebelumnya goyah oleh isu perselingkuhan Jo dengan rekan kerjanya, Frederic. Anehnya Jo tak pernah mengingat kejadian itu dan berkali-kali mengucapkan I Love You dengan tulus kepada suaminya yang masih keheranan itu.
Berbeda dengan ke putrinya, Jo justru menampakkan perilaku berbeda 180 derajat. Dalam beberapa adegan, ia justru menghenyakkan putrinya ketika berujar bahwa ia bukanlah dirinya. Dan tentu saja hal ini membuat gadis kecil itu ketakutan dan memilih berlindung di bawah ketiak ayahnya. Maka hubungan ibu dan anak itu terasa asing, terasa berjarak dan terasa ada sesuatu yang tak terjabarkan terjadi di antara mereka berdua. Dan Magnus terperangkap di tengah kondisi itu.
Panggung luas bagi Noomi Rapace
Dari Swedia, Noomi Rapace mengguncang jagat dunia hiburan setelah penampilannya yang magnetik dalam trilogi adaptasi novel, The Girl with the Dragon Tattoo (2009). Sebagai Lisbeth Salander, ia berhasil menerjemahkan seluruh pengalaman ketubuhan ke dalam bahasa visual yang menarik.
Kita melihat Noomi sebagai Lisbeth yang kikuk, tak percaya pada siapapun, namun juga bisa terikat erat dengan hal apapun yang membuatnya tertarik dan di balik penampilannya yang gahar, ia super cerdas. Kompleksitas karakter itu dianggap sebagai tantangan oleh Noomi dan dijalaninya dengan sukses.
Kini dalam Constellation, perannya sebagai astronot sekaligus ibu dan istri menuntut daya jelajah maha luas baginya untuk melakukan eksplorasi. Ada sesuatu yang magnetik dari cara Noomi berdiri diam, memandang sesuatu, bereaksi terhadap hal yang belum dilihat oleh penonton, yang membuatnya menjelma sebagai aktris brilyan. Dan peran sebagai Jo memberinya panggung luas untuk kembali memperlihatkan craftmanship-nya sebagai seorang aktor.
Dengan plot yang sesungguhnya super tipis dan seringkali terasa terlalu berpanjang-panjang jika ditarik hingga ke 8 episode durasi 50 menit per episode mau tak mau membuat Constellation mesti bertaruh pada sisi pemeranan yang tepat. Untungnya memang Noomi adalah pilihan yang cerdik.
Sebagai astronot sekaligus pemimpin misi, kita percaya dengan keberanian dan pengorbanannya. Sebagai seorang istri yang mencoba memulihkan rumah tangga yang porak poranda, kita percaya dengan ketulusan dan rasa cintanya yang dalam pada suaminya. Dan sebagai seorang ibu, kita juga tahu bahwa sekacau apapun dirinya setelah pengalaman mengerikan yang dialaminya di luar angkasa, ia tetaplah ibu bagi Alice.
Bisa jadi Noomi menjadi alasan pertama kita memirsa Constellation, bisa jadi juga kita menyukai betapa kisah tentang apa yang terjadi di luar angkasa sekalipun masih punya dampak pada kehidupan kita di bumi. Dan banyak sekali hal-hal misterius yang menabrakkan pengetahuan dan kepercayaan dalam satu rentang waktu yang akan menguji apa yang kita yakini.