*Spoiler Alert: Review film Budi Pekerti ini mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Dua tahun yang lalu, kita kedatangan film Penyalin Cahaya (2021) yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja. Meski sempat diwarnai kontroversi karena skandal salah satu penulis naskahnya, film yang jadi debut Wregas dalam menyutradarai film panjang ini mendapat respons yang sangat positif. Pada 2023 ini, Wregas kembali dengan film panjang keduanya, yaitu Budi Pekerti, yang juga meraih 17 nominasi di ajang Festival Film Indonesia.
Sinopsis film Budi Pekerti berkisah tentang Bu Prani, seorang guru Bimbingan Konseling (BK) yang legendaris di salah satu SMP Yogyakarta karena caranya menangani murid bermasalah. Bu Prani yang terkenal dengan sifatnya yang penuh budi pekerti dicalonkan untuk jadi wakil kepala sekolah baru. Namun, masalah datang ketika video yang menampilkan Bu Prani sedang marah-marah di pasar viral pada media sosial.
Nah, sebelum kamu nonton film Budi Pekerti di bioskop, simak terlebih dahulu ulasan KINCIR berikut ini!
Review film Budi Pekerti
Tampilkan kengerian media sosial yang bikin berefleksi
Film Budi Pekerti berhasil menghadirkan konflik yang terbilang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat zaman sekarang. Film ini sukses menampilkan kengerian media sosial dalam menghancurkan kehidupan Bu Prani sebagai guru dan juga keluarganya hanya lewat video yang berdurasi 20 detik. Masalah yang ada dalam film ini pun benar-benar dibawakan dengan cara yang realistis, humanis, dan juga bikin emosional.
Masalah yang dialami oleh Bu Prani dalam film ini juga sangat mungkin untuk dialami oleh kita semua. Makanya, layaknya cara Bu Prani dalam menangani muridnya, film ini berhasil membuat masyarakat jadi berefleksi setelah menonton. Budi Pekerti berhasil membuat kita jadi lebih berhati-hati dalam bersikap di ruang publik, dan juga lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
Namun, menurut KINCIR cara pembawaan konflik dalam film ini terbilang sangat mirip dengan Penyalin Cahaya. Hal ini pun membuat naik-turun konfliknya Bu Prani agak mudah ditebak, termasuk nasib akhirnya. Entah apakah cara pembawaan cerita tersebut memang jadi ciri khas dari Wregas sebagai sutradara, atau karena ceritanya terlalu realistis sehingga mudah tertebak alurnya.
Akting pemain yang menggugah emosi
Jajaran pemain film Budi Pekerti dipenuhi oleh aktor papan atas Tanah Air. Mulai dari Sha Ine Febriyanti yang memerankan Bu Prani, Dwi Sasono sebagai suaminya Bu Prani, Prilly Latuconsina sebagai Tita yang merupakan anak pertama Bu Prani, dan Angga Yunanda sebagai Muklas yang merupakan anak keduanya Bu Prani. Para pemain utama tersebut pun berhasil menyampaikan emosi tiap karakternya dengan baik ke penonton.
Sepanjang filmnya, Sha Ine Febriyanti berhasil menggambarkan Bu Prani yang jadi lebih menjaga emosi sambil menyelesaikan masalahnya, karena tidak mau urusannya semakin panjang. Dwi Sasono pun dengan sukses menggambarkan kondisi seseorang yang mengidap bipolar di awal filmnya. Sementara itu, Prilly dan Angga berhasil menampilkan perasaan gundah ketika orang tua terkena masalah dengan cara mereka masing-masing.
Di luar para pemain utama, Omara Esteghlal yang tampil sebagai Gora selaku mantan muridnya Bu Prani juga berhasil mencuri perhatian penonton menjelang akhir filmnya. Rasanya memang pantas jika para pemain yang KINCIR sebutkan di atas masuk nominasi Piala Citra 2023. Bahkan, enggak menutup kemungkinan jika beberapa di antara mereka ada yang menang, karena memang sangat layak.
Perpaduan sinematografi ciamik dan scoring yang bikin adegan semakin dramatis
Selain ceritanya yang relateable, film garapan Wregas Bhanuteja juga terbilang selalu menarik secara visual. Apalagi, Budi Pekerti kembali menghadirkan sejumlah simbol semiotika pada visualnya yang bisa dibilang jadi ciri khas tersendiri. Sayangnya, arti dari beberapa simbol semiotika tersebut kurang tergambarkan dengan jelas sewaktu menonton, berbeda seperti Penyalin Cahaya yang artinya sangat jelas.
Terlepas dari hal tersebut, cara pengambilan gambar dalam film ini tetap membuat sejumlah adegannya jadi terasa semakin dramatis. Begitu juga scoring dan soundtrack sepanjang filmnya yang sukses membuat momen Bu Prani membuktikan dirinya tak bersalah jadi semakin terasa emosional.
***
Meski bergenre drama, Budi Pekerti terasa seperti sebuah ‘film horor’ yang membuat kita ketakutan setelah nonton sehingga lebih berhati-hati dalam bersikap di ruang publik dan ranah media sosial. Rasanya sangat layak jika Budi Pekerti disebut sebagai salah satu film terbaik pada tahun ini. Jika kamu tertarik, film ini sudah bisa kamu saksikan di sejumlah bioskop Indonesia pada 2 November 2023.
Nah, bagaimana tanggapan kamu tentang review film Budi Pekerti tersebut? Share pendapat kamu dan ikuti terus KINCIR untuk ulasan seputar film lainnya, ya!