Libur Lebaran menjadi momen emas bagi rumah produksi film Indonesia untuk merilis film jagoan mereka. Sebab, dalam masa libur panjang yang cukup panjang tersebut, tak sedikit masyarakat yang memilih untuk menghabiskan waktu dan uangnya untuk nonton di bioskop. Pada libur Lebaran 2024 ini ada dua film horor lokal yang rilis berbarengan di bioskop Tanah Air, yaitu Siksa Kubur dan Badarawuhi di Desa Penari.
Perilisan kedua film horor lokal secara berbarengan di momen libur Lebaran 2024 ini pun dianggap sebagai ‘perang besar.’ Sebab, keduanya merupakan film horor garapan dua sutradara ternama Indonesia. Bahkan, tak sedikit juga yang menganggap kalau perang dua film horor lokal pada libur Lebaran 2024 ini mirip dengan fenomena Barbenheimer pada pertengahan 2023 lalu.
Sekadar informasi, Siksa Kubur adalah film garapan Joko Anwar, sutradara yang dikenal jadi spesialis genre horor berkat kesuksesan di film-film sebelumnya, termasuk duologi Pengabdi Setan. Sementara itu, Badarawuhi di Desa Penari digarap Kimo Stamboel yang juga identik dengan genre horor serta punya ciri khas sendiri. Film ini juga merupakan prekuel dari KKN di Desa Penari (2022) yang sampai saat ini menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa.
Melihat latar belakang sineas yang menggarapnya, rasanya memang wajar jika kita ingin menonton kedua film tersebut di momen libur Lebaran 2024. Namun, seandainya kamu hanya punya bujet atau biaya untuk nonton satu film saja, manakah yang lebih layak untuk dipilih? Daripada bingung, langsung saja simak pembahasan KINCIR berikut ini!
Lebih baik Badarawuhi di Desa Penari atau Siksa Kubur?
Penceritaan
Siksa Kubur: Secara garis besar film Siksa Kubur berkisah tentang seorang perempuan yang berniat membuktikan kalau siksa kubur itu tidak ada. Hal ini karena orang tua dari perempuan tersebut meninggal akibat ulah dari seseorang yang takut dengan penyiksaan kubur. Premis yang diangkat oleh film garapan Joko Anwar tersebut terbilang menarik dan juga segar di dunia perfilman horor.
Joko Anwar pun terbilang sukses mengeksekusi premis unik tersebut dengan sangat baik secara perlahan dan pasti. Namun, cerita di film ini tak luput dari kekurangan yang bisa dibilang terletak pada bagian ending-nya. Sebab, ending-nya yang terkesan menggantung dan terdapat plot hole sukses bikin penonton bertanya-tanya.
Meski begitu, ending yang penuh pertanyaan tersebut masih bisa cukup dimaklumi. Soalnya, hal ini seolah bikin penonton melihat ending-nya dari konsep kepercayaan sang tokoh utama tentang keberadaan siksa kubur yang menurutnya belum pasti ada. Selain itu, ending dari film ini juga terbilang bikin penonton jadi berdiskusi usai menyaksikannya.
Badarawuhi di Desa Penari: Kisah film Badarawuhi secara garis besar berfokus pada seorang perempuan muda dan kerabatnya yang terpaksa mencari Desa Penari karena ibunya sakit. Namun, mereka kemudian mendapat gangguan dari Badarawuhi selaku entitas terkuat yang menjadi penunggu di desa tersebut.
Kalau bisa dibilang proses bercerita film film ini memang lebih baik ketimbang pendahulunya, yaitu KKN di Desa Penari. Namun, garis besar premis yang diangkat Badarawuhi enggak jauh berbeda dengan pendahulunya, begitu juga dengan proses penyelesaian beberapa konfliknya.
Terlepas dari hal tersebut, world building tentang Desa Penari sempat bikin ceritanya terasa menarik pada satu jam pertama durasinya. Namun, lagi-lagi, setelah itu cerita dalam film ini seolah mengulang apa yang sudah ada pada KKN.
Menjelang ending, film ini juga seolah kebingungan bagaimana cara mengakhiri konfliknya, karena penyelesaiannya bertele-tele dan juga terasa antiklimaks. Lalu, meski ending-nya tidak semenggantung Siksa Kubur, Badarawuhi masih menyisakan banyak plot hole pada ceritanya untuk sebuah film yang berstatus sebagai prekuel.
Akting dan karakterisasi
Siksa Kubur: Film ini diisi oleh jajaran aktor papan atas Indonesia yang kualitas aktingnya sudah enggak perlu diragukan lagi. Rasanya enggak ada pemain utama yang aktingnya kurang di film ini, kecuali segelintir pemain tambahan. Akting yang mencuri perhatian di film ini pun datang dari Faradina Mufti selaku pemeran utama, serta Widuri Puteri yang jadi versi masa kecilnya.
Pembawaan emosi hingga dialog antara Faradina dan Widuri benar-benar sama seolah benar-benar menyaksikan sang karakter tumbuh dewasa sepanjang filmnya. Keduanya juga berhasil memenuhi peran mereka sebagai bintang utama, karena fokus penonton rasanya hanya tertuju pada mereka sepanjang film pada dua latar waktu cerita yang berbeda.
Selain Faradina dan Widuri, pemain yang performanya yang juga berhasil bikin tertarik kepada karakternya adalah Slamet Rahardjo. Tanpa membocorkan lebih banyak, karakter Slamet Rahardjo di film ini sukses bikin penonton naik pitam berkat pembawaan sang aktor.
Badarawuhi di Desa Penari: Berbeda dengan KKN, film Badarawuhi dibintangi oleh Maudy Effrosina sebagai pemeran utama. Maudy terbilang sudah langganan bermain di film yang bergenre horor. Malahan, kalau bisa dibilang akting Maudy di film ini jadi yang terbaik ketimbang proyek-proyek horor ia sebelumnya.
Selain Maudy, akting yang enggak kalah memikatnya juga datang dari Claresta Taufan Kusumarina sebagai salah satu pemeran pendukung yang sukses berduet dengannya. Lalu, Aulia Sarah yang porsi perannya sebagai Badarawuhi lebih banyak di film ini juga tak kalah bikin gagal fokus. Kalau bisa dibilang, ketiga pemeran perempuan ini jadi sosok yang bikin akting di filmnya terasa menarik.
Sayangnya, karakterisasi dan akting kerabat sang tokoh utama terasa masih bisa dimaksimalkan. Karakter yang masing-masing diperankan Jourdy Pranata, M. Iqbal Sulaiman, dan Ardit Erwandha ini enggak berhasil bikin penonton peduli dengan keberadaan mereka. Bisa jadi, penokohan karakter yang kurang kuat adalah alasan utamannya.
Tingkat seram sebagai film horor
Siksa Kubur: Berdasarkan judulnya, sudah jelas kalau film ini mengambil konsep kengerian dari azab kubur yang pada dasarnya memang terdapat dalam agama Islam. Penggambaran momen penyiksaan kuburnya pun sesuai dengan apa yang terdapat di Al-Qur’an dan hadis yang berhasil memenuhi ekspektasi.
Kengerian juga berhasil diciptakan lewat adegan jump scare dengan build up yang terasa sangat menegangkan. Tak hanya itu, terdapat juga beberapa adegan gore yang sukses bikin ngilu, terlebih karena efek visualnya yang memiliki kualitas baik sehingga unsur kebrutalannya jadi terlihat lebih realistis.
Badarawuhi di Desa Penari: Kalau kamu mengikuti film-filmnya Kimo Stamboel, pasti tahu bahwa ia dikenal sebagai sutradara horor yang identik dengan adegan gore. Nah, dalam film Badarawuhi pun kita akan disajikan dengan momen yang jadi ciri khasnya Kimo. Meski enggak banyak, adegan gore dalam film ini sangat berhasil bikin jijik dan ngilu, terlebih berkat efek visualnya yang bagus.
Badarawuhi pun bisa dibilang bukan film horor yang mengandalkan jump scare, karena nyaris enggak ada momen yang bikin kaget. Badarawuhi rasanya lebih seperti film horor yang ‘atmosferik’ karena kerap membangun nuansa yang mencekam lewat desain suaranya. Film ini juga bisa dibilang terasa sedikit lebih mencekam ketimbang KKN di Desa Penari.
Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran di atas, rasanya enggak mengherankan kalau Siksa Kubur mampu bersaing dengan mendapatkan 511.731 penonton di hari kedua penayangannya. Sementara update terakhir dari Badarawuhi adalah 344.507 penonton di hari pertama penayangannya. Patut ditunggu beberapa hari ke depan perkembangan jumlah penontonnya.
Namun, rasanya Siksa Kubur terlalu sayang untuk dilewatkan di bioskop. Soalnya, film garapan Joko Anwar ini hadir dengan premis yang segar dengan kengerian adegan horor yang terasa baru pula tentunya. Tapi, kalau kamu punya bujet lebih, ada baiknya kamu juga menonton Badarawuhi di Desa Penari. Sebab, film produksi MD Pictures tersebut memiliki daya tarik tersendiri yang mungkin akan lebih cocok untuk selera sebagian orang.
***
Nah, kalau kamu hanya bisa menonton salah satunya, film apa yang akan kamu saksikan di bioskop pada libur Lebaran 2024 ini? Share pendapat kamu dan ikuti terus KINCIR untuk kabar terbaru seputar film lainnya, ya!