Deretan Film Pendek Netflix yang Bisa Disaksikan Saat Sibuk

Durasi standar sebuah film biasanya adalah sekitar 90 menit (1,5 jam) sampai dengan 2,5 jam. Namun, buat kamu yang sibuk atau enggak pengin menghabiskan banyak waktu buat mencapai ending dari sebuah tontonan, film pendek bisa menjadi opsi buat kamu. Kabar baiknya, ada berbagai film pendek Netflix dengan durasi kurang dari satu jam khusus buat kamu yang ingin mendapatkan hiburan singkat.

Walaupun pendek, tetapi deretan film ini sangat menghibur dan enggak menghabiskan banyak waktumu. Apa saja deretan film pendek yang inspiring di Netflix ini? Yuk, tonton satu per satu!

Deretan film pendek Netflix buat orang sibuk

Two Distant Strangers (32 menit)

Ada yang unik dari film pendek berdurasi sepanjang 32 menit bertajuk Two Distant Stranger. Walaupun singkat, tetapi rasanya film ini bikin kamu bisa berlarut-larut masuk ke dalam ceritanya.

Film Two Distant Strangers bercerita tentang seorang pria african-american bernama Carter James yang menjalani hari-harinya seperti biasa, berharap pulang ke rumah seperti biasa menemui anjingnya. Namun, di tengah jalan, ia dikonfrontasi polisi yang menuduhnya macam-macam, seperti misalnya membawa narkoba, dan sebagainya. Ia pun tertembak oleh polisi, dan terjebak time loop di mana ia selalu berakhir ditembak, apa pun yang ia lakukan.

Two Distant Strangers sendiri memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar tentang seorang pria yang terjebak di dalam time loop. Film ini sebetulnya ingin menjadi metafora dari penembakan dan prasangka buruk bagi para keturunan Afrika Amerika di AS atau yang biasa dikenal sebagai black people.

Time loop sendiri merupakan metafora dari prasangka dan penembakan yang terus-menerus berulang, membuat banyak black people merasa takut saat berhadapan dengan aparat. Bahkan, di akhir film, pesan ini semakin kuat dengan dituliskannya nama-nama korban penembakan enggak bersalah oleh aparat yang sebetulnya sedang menjalani hari seperti biasa, seperti bekerja atau memasang gorden.

The Wonderful Story of Henry Sugar (32 Menit)

Benedict Cumberbatch juga membintangi film pendek di Netflix dengan tema seorang penjudi. Ya, premisnya cukup sederhana tetapi unik. Seolah seperti seirama dengan karakter ikonik lain Benedict Cumberbatch, Dr.Strange, The Wonderful Story of Henry Sugar bercerita tentang sosok Henry Sugar yang doyan berjudi, bahkan menggunakan warisannya untuk mendanai hobinya itu.

Suatu hari, Henry Sugar menemukan buku catatan dokter mengenai seorang pria bernama Imdad Khan yang memiliki kemampuan khusus berkat berguru pada seorang guru sakti. Nahas, sebelum sempat diteliti lebih lanjut sec Imdad telanjur meninggal. Namun, dari catatan dokter, ditemukan bagaimana kiat-kiat Khan mendapatkan superpower ini.

Cara itu dimanfaatkan Henry Sugar untuk mendukung hobi judinya. Dari situ, Sugar bisa menerawang kartu, membuatnya menang berkali-kali hingga menghamburkan uang.

Walaupun terasa tanpa konklusi, tetapi film ini cukup asyik ditonton saat kamu ingin sesuatu yang ringan dengan permainan warna yang bold sekaligus colorful sekaligus witty khas Wes Anderson, sutradaranya.

The Swan (17 menit)

The Swan sebetulnya masih berkaitan dengan The Wonderful Story of Henry Sugar. Ia adalah bagian ke-2 dari short movies Wes Anderson di Netflix, tentunya dengan gaya warna dan aspek simetris yang Anderson banget.

Namun, film ini memang “mengganggu”. Ia sendiri berkisah tentang perundungan kepada seorang anak bernama Peter Watson yang harus terus-menerus menghindari perundungan yang terjadi kepada dirinya. Kisah perundungan memang sudah banyak diulas di dalam berbagai film, tetapi kisah perundungan di sini dibuat dengan cara intens, menyebabkan kamu seolah berada di posisi tokoh yang selalu ketakutan akan kejutan-kejutan perundungan kejam yang akan ia terima. Dengan cara yang unik, film ini memainkan rasa cemasmu dan membuat kamu merasa enggak nyaman saat menontonnya.

The Ratcatcher (17 menit)

Masih diadaptasi dari karya Roald Dahl dan disutradarai Wes Anderson, The Ratcatcher yang merupakan installment ke-3 ini bercerita tentang pembasmi tikus. Sepertinya ide cerita ini remeh, tetapi Anderson mampu mengemas kisah ini dengan sisi yang berbeda, membuat kita justru merasa bahwa sang pembasmi adalah psikopat.

Frustrasi karena tikus sulit tertangkap, akhirnya Claud, nama sang pembasmi ini, menggunakan berbagai jenis metode untuk memusnahkan tikus, hingga metode gila yang di luar akal. Dengan adanya peran narator layaknya installment sebelumnya, kita diajak untuk lebih menyelami obsesi sang pembasmi terhadap tikus.

Poison (17 menit)

Inilah installment terakhir dari Wes Anderson x Roald Dahl di Netflix. Poison sendiri dibintangi juga oleh Benedict Cumberbatch, dan di sana ia menjadi seseorang bernama Harry Pope yang “terjebak” di tempat tidurnya sendiri, karena saat bangun, ia melihat ular melintas di atas piyamanya kemudian ketakutan setengah mati.

dr. Ganderbai pun didatangkan untuk menolongnya, dan menyuntikkan antibisa agar ia enggak digigit. Masalahnya, ular itu enggak terlihat sampai film hampir berakhir. Dan, dr. Ganderbai pun bercanda seraya berkata bahwa itu mungkin cuma mimpi. Marah, ia pun melontarkan kalimat rasis kepada sang dokter.

Terlihat meaningless? Ternyata enggak. Walau seperti antiklimaks, tetapi poison dan anggapan adanya ular seperti merujuk kepada poison/venom yang ada di dalam “hati” Pope yang rasis. Ular itu mengusiknya, menjadi racun, dan menjebaknya sehingga menjadi orang yang toksik.

If Anything Happens I Love You (12 Menit)

Sebetulnya, menonton If Anything Happens I Love You enggak sepenuhnya bisa menghiburmu. Malahan, mungkin kamu akan overthinking setelah melihat film yang satu ini. Ya, If Anything Happens I Love You, secara singkat bercerita tentang bagaimana sepasang suami istri melewati hari usai sang anak menjadi korban penembakan acak di Amerika Serikat.

Film animasi ini, dengan nuansa sketch, memberikan kesan sedih, depresi, dan kekosongan yang kuat. Jelas bukan film yang direkomendasikan untuk kamu yang sedang lelah secara psikis. Namun, dalam waktu 12 menit, kamu bisa menyelami duka dari mereka yang ditinggalkan, dan memahami bahwa nyawa setiap orang memang berharga.

Canvas (9 menit)

Sama seperti film pendek Netflix sebelumnya, Canvas juga menceritakan tentang kehilangan. Namun, berbeda dengan If Anything Happens I Love You yang grafis dan alurnya menyebabkan rasa kosong dan terasing di dalam hati, Canvas lebih heartwarming.

Kisah Canvas dimulai dengan seorang kakek yang kehilangan minat melukis setelah sang istri meninggal dunia. Suatu hari, anaknya menitipkan sang cucu ke rumahnya, dan sang cucu yang senang menggambar seolah mengajak sang kakek untuk ikut menggambar.

Sayangnya, keinginan untuk melakukan hal itu sudah enggak ada karena ia kehilangan belahan jiwanya. Namun, ketidaksengajaan sang cucu menemukan lukisan neneknya di gudang membuat sang kakek teringat kembali masa-masa indah saat sang istri masih hidup.

Pada saat itu, ia menyadari bahwa kenangan yang ia tuangkan di dalam lukisan enggak pernah mati. Pendek, sederhana, tetapi Canvas membantu kita belajar untuk menyadari bahwa memang hidup adalah tentang penerimaan dan kehilangan, pada akhirnya.

Netflix
Via Istimewa.

***

Walaupun singkat, tetapi berbagai film pendek Netflix di atas bisa membuat kamu belajar banyak hal baru, terhibur, berpikir, bahkan memberikan inspirasi untuk character development-mu sendiri. Tertarik nonton?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.