5 Film Hollywood yang Mampu Menyelamatkan Waralaba dari Kehancuran

Enggak semua film yang menghadirkan waralaba mendapatkan sambutan bagus, baik dari segi peraihan pendapatan mau pun dari segi kritik. Banyak film waralaba yang flop dan terancam kelanjutannya. Untungnya, pada suatu titik, ada film dari waralaba itu yang mampu menyelamatkan keseluruhan proyek. 

Nah, apa saja installment yang mampu menyelamatkan waralaba dari sebuah film? Mari kita simak di sini.

Film Hollywood yang mampu menyelamatkan waralaba dari kehancuran

Batman Begins (2005)

Film Waralaba Hollywood
Batman Begins via Istimewa

Para penggemar Batman atau DC pasti tahu bahwa Batman Returns (1992) yang dibintangi oleh Michael Keaton, mendapatkan impresi yang kurang baik dari penggemar. Impresi buruk itu muncul lantaran film ini dianggap terlalu depressing dan menampilkan adegan sadis. Pada tahun 1997, Batman & Robin dirilis dan alih-alih menyelamatkan waralaba, film ini justru dianggap sebagai karya Batman terburuk sepanjang masa.

Sosok manusia berkostum kelelawar ini kemudian “diselamatkan” lewat Batman Begins (2005) oleh Christopher Nolan. Batman ala Nolan ini memiliki kedalaman cerita sekaligus aksi yang pas. Melalui film ini, kita bahkan bisa ikut terseret dalam masa lalu Bruce Wayne si Batman yang kelam dan turut berkontribusi dalam membentuk ia saat ini.

Rise of The Planet of the Apes (2011)

Rise of The Planet of The Apes via Istimewa

Waralaba Planet of The Apes yang berfokus pada monyet-monyet dengan kecerdasan tinggi dibuat pada dekade 60-an dan merupakan waralaba yang sangat terkenal pada masanya. Namun, pada installment ke-5 (1973) film ini mendapatkan respons yang buruk.

Petualangan para kera ini digarap ulang dalam Planet of The Apes (2001). Namun, sambutan kritikus dan masyarakat kurang baik karena ceritanya dianggap dangkal dan efeknya pun enggak mengangkat kualitas film. Baru pada tahun 2011, dibuatlah Rise of The Planet of The Apes yang ternyata mendapatkan ulasan baik dan laris manis. Installment ini kuat dari segi plot, emosi, dan tentu punya efek spesial yang bagus.

Spider-Man Homecoming (2022)

Spider-Man Homecoming via Istimewa

Sosok Peter Parker yang diperankan oleh Tobey Maguire dalam Spiderman (2002) memang memorable dan mendapatkan sambutan baik di tengah kritikus dan penonton. Hal tersebut juga berlaku pada Spider-Man 2 (2004). Namun, kualitas Spider-Man 3 (2007) mengalami penurunan dan proyek terakhir bermasalah. Ada crash antara Sam Raimi, sutradara, dan pihak Sony selaku rumah produksi. Kemudian, Sony membuat proyek The Amazing Spider-Man yang ternyata flop di pasaran.

Pada tahun 2017, bekerja sama dengan Marvel, Sony merilis reboot yang bertajuk Spider-Man: Homecoming. Dibintangi Tom Holland, film ini mendapatkan sambutan baik serta laris di pasaran. Homecoming menyegarkan sosok Spider-Man dan membuat film ini terasan lebih fun.

Spider-Man Homecoming (2022)

Ragnarok via Istimewa

Waralaba Thor dari MCU memang kerap mendapatkan review yang so-so dan enggak terlalu baik jika dibandingkan dengan film lain besutan Marvel. Sambutan kritikus dan penonton pun menurun setelah sekuel dari Thor (2011), yakni Thor: The Dark World dirilis. Film ini dianggap memiliki plot yang biasa saja dan efek CGI-nya kurang.

Namun, hal tersebut diperbaiki lewat Thor: Ragnarok (2019). Installment ketiga ini dianggap menarik, humornya asyik, dan aksinya pun menyenangkan. Sayang, penerusnya, Thor: Love and Thunder (2022) kembali menurun kualitasnya.

Casino Royale (2006)

Kamu pasti sudah tahu betapa legendarisnya sosok James Bond sejak film pertamanya, Dr. No (1962). Dr. No mendapatkan peraihan penonton yang tinggi dan pujian dari berbagai kritikus. Dibintangi Sean Connery, film ini betul-betul mampu memperkenalkan James Bond sebagai ikon mata-mata cassanova yang cerdas dan menggoda.

Setelahnya, bukan hanya Sean Connery saja yang memainkan peran James Bond. Peran ini berpindah tangan ke berbagai aktor. Namun, harus diakui bahwa film James Bond di era Pierce Brosnan, GoldenEye (1995), Tomorrow Never Dies (1997), dan The World is Not Enough (1999) merupakan beberapa film James Bond dengan skor terendah. Hal itu terjadi bukan karena Brosnan aktor yang buruk, tetapi karena ceritanya standar dan terlalu banyak berfokus pada teknologi, topik yang memang sedang hangat-hangatnya dibahas menjelang abad ke-21.

Setelahnya, reboot James Bond pun terjadi melalui Casino Royale (2006) dan peran ini beralih ke Daniel Craig. Selain mampu memberikan nuansa baru ke persona Bond, Casino Royale punya cerita kuat, kompleks, dengan bond girl yang berkarakter kuat, enggak cuma pemanis aja.

***

Membuat film waralaba tetap sustain memang bukan hal yang mudah, karena pada satu titik, penonton bisa bosan dan filmmaker mungkin akan menurun kualitasnya karena menganggap bahwa penonton akan menyambut film itu, apa pun yang terjadi. Namun, film-film di atas membuktikan bahwa waralaba film itu bukan sesuatu yang selalu megah dan butuh effort untuk mempertahankannya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.